Karena Fitnah Ibu Mertua ku, rumah tangga ku berantakan. Dia tega memfitnah dan menghadirkan orang ketiga di dalam rumah tangga ku.
Aku tak tahu, kenapa ibu mertua jadi kejam seperti ini, bahkan bukannya dia yang meminta agar aku dan Mas Doni segera menikah.
Ada apa ini?
Bagaimana nasib rumah tangga ku?
Siapa yang akan bertahan, aku atau ibu mertua ku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mediasi Kedua
Sindy dan Bu Anita dalam perjalanan pulang setelah menghadiri persidangan.
Tubuh Sindy terkulai bersandar pada bahu Bu Anita.
"Masih mual kamu Nak?" tanya Bu Anita sambil mengusap kepala Sindy.
"Iya Bu, kepala Sindy rasanya sakit sekali seperti mau pecah," keluh Sindy dengan suara yang lirih.
"Bagaimana kalau kita ke rumah sakit saja Sin, mumpung kita lagi di jalan nih. Ibu takut kamu kenapa-napa lagi. Maklum di rumah cuman kita berdua."
"Sindy nggak apa-apa, bu hanya saja tubuh Sindy lemas habis muntah tadi."
"Ibu telpon ayahmu saja ya Sin. Dia harus tahu keadaanmu."
"Jangan lah Bu, Sindy kan gak sakit cuma ngidam saja."
Wek wek …Cindy kembali merasakan perutnya yang bergejolak.
"Pak tolong berhenti Pak! Pinta Sindy dengan tiba-tiba.
Pak sopir mengerem mendadak, Sindy langsung keluar dari mobil itu kemudian kembali muntah di jalan.
Uek uek…
Setelah muntah Sindy
bermaksud untuk kembali ke mobil. Karena terburu-buru dan tak melihat jalan, tak sengaja kaki Sindy terperosok ke dalam lubang yang ada di trotoar jalan, hingga bagian bokongnya terhempas.
"Ahk sakit!" keluh Sindy.
Bu Anita keluar dari mobil, kemudian menghampiri Sindy.
"Sindy, kamu tuh Kenapa gak hati-hati sih? Ada lobang kok gak kelihatan."
Sindy terdiam sambil menahan rasa sakit pada bagian perutnya.
"Kamu tidak apa-apa kan Sindy?" tanya Bu Anita ketika melihat ekspresi Sindy yang meringis menahan rasa sakit.
"Perut Sindy terasa keram Bu. Ah sakit sekali."
"Ayo kita ke rumah sakit saja, Ibu khawatir dengan keadaanmu."
"Pak sopir tolong bantuin Pak!"
Sopir taksi itu pun keluar dan membantu mengangkat tubuh Sindy dan menuntunnya ke dalam mobil.
"Ayo Pak jalan kita ke rumah sakit terdekat."
Pak sopir membawa mobil menuju Rumah Sakit setibanya di rumah sakit Sindy langsung mau mendapatkan penanganan.
***
"Pasien harus diopname ya Bu ,karena kekurangan cairan. Selain itu karena hempasan tadi pasien mengalami cedera otot perut dan sangat berbahaya untuk kehamilannya. Beruntung hanya kram otot saja tidak sampai mengalami pendarahan."
"Iya suster lakukan apa saja yang penting anak saya dan kandungannya bisa selamat."
"Iya tentu Bu, kalau begitu silahkan isi formulir rawat inapnya di kasir."
Setelah dari ruang UGD Sindy dipindahkan ke ruang perawatan.
"Berapa lama Sindy harus berada di rumah sakit Bu?" tanya Sindy.
"Dokter bilang setidaknya tiga hari ini kamu gak boleh bergerak aktif Sin. Kram otot kamu bisa mengakibatkan pendarahan bahkan keguguran. Jadi kamu harus hati-hati ya Nak."
"Iya Bu."
"Kalau begitu kamu istirahat saja ya Nak, jangan pikirkan yang macam-macam. Pikirkan saja kesehatan kamu," ucap Bu Anita sambil mengusap kepala Sindy.
"Iya Bu." Sindy mulai menutup mata karena usapan lembut sang ibunda.
Setelah Sindy terlelap, Bu Anita keluar dari ruang perawatan untuk menelpon suaminya.Namun tak tersambung.
Sang suami yang notabene bekerja sebagai nahkoda kapal itu memang selalu sulit dihubungi .
"Aduh mas bagaimana cara menghubungi kamu, aku khawatir dengan keadaan Sindy," gerutu Bu Anita.
Bu Anita kembali ke ruang perawatan Sindy. Dilihatnya wajah sang putri yang terlihat begitu pucat.
"Kasihan sekali kamu Nak, seharusnya wanita hamil sepertimu harus mendapat perhatian lebih dari suamimu, tapi apa. Kau justru harus menanggung sendiri penderitaan ini," ucap Bu Anita sambil mengusap kepala Sindy.
Bulir bening menetes di pipi Bu Anita. Bu Anita menjadi sakit hati Doni dan ibunya yang telah memperlakukan putrinya semena-mena.
Selama menjalani bedrest Sindy harus istirahat total dia hanya bisa berbaring serta membolak balikkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tentu hal itu membuatnya tak nyaman belum lagi rasa tak enak di bagian perutnya membuatnya tak berselera untuk makan hingga membuat tubuh semakin kurus dan pucat.
Sindy harus berjuang sendirian demi tumbuh kembang janin yang ada di rahimnya.
***
Selama semingguan di rawat di rumah sakit akhirnya Sindy diperbolehkan untuk pulang.
"Di rumah harus tetap bedrest ya Bu, karena kandungannya belum memasuki trimester kedua, jadi selama trimester pertama ini ibu harus tetap menjalankan bedrest hingga usia kandungan ibu memasuki usia 16 Minggu," ucap dokter yang memeriksa keadaannya.
"Iya dokter. Apa Sindy tidak boleh bergerak seperti di rumah sakit ini?"
"Boleh, tapi jangan melakukan pekerjaan berat ya, sebaiknya untuk sementara jangan keluar dari kamar, jika untuk menghirup udara segar bisa membuka jendela dan berjemur sebentar di pagi hari agar lebih segar."
"Baik Suster terima kasih penjelasannya."
Bu Anita membereskan barang-barang. Setelah itu ia memesan taksi untuk mengantar mereka pulang. Sebenarnya hari ini adalah sidang mediasi kedua. Namun karena keadaan Sindy yang tak memungkinkan dia pun tak menghadiri sidang tersebut. Sindy bahkan pasrah atas putusan pengadilan.
***
Hari ini adalah sidang mediasi kedua.
Doni dan pengacaranya. Memasuki ruang persidangan begitupun Bu Misye dan Viola yang terus mengikuti mereka. Doni mengedar pandangannya ke arah sekitar, tapi tak menemukan Sindy.
"Sepertinya istri anda tidak hadir di persidangan kali ini," kata pak Firman.
"Sepertinya begitu," sahut Doni dingin.
Bu Misye dan Viola saling melempar senyum.
"Bagus juga jika dia tidak hadir, biar perkara ini cepat selesai," bisik Bu Misye.
Masing-masing peserta sidang memasuki ruangan dan duduk di posisi masing-masing.
Begitupun dengan para Hakim memasuki ruang persidangan dan duduk di meja hijau.
"Baiklah Apakah pihak penggugat dan tergugat sudah hadir?" tanya Panitera sebelum sidang di mulai.
"Pihak tergugat belum hadir yang mulia dan tak ada informasi apapun terkait ketidakhadiran pihak tergugat," sahut salah seorang panitera lagi.
"Baiklah kalau gitu sidang dilanjutkan dengan tanpa kehadiran pihak tergugat."
Tok tok tok
Hakim mengetuk palu.
" Berhubungan pihak tergugat tidak hadir, Kalau begitu saya tanya kepada pihak penggugat. Apa Anda ingin rujuk atau ingin melanjutkan sidang gugatan cerai ini?" tanya hakim.
"Saya akan lanjutkan sidang gugatan cerai ini," sahut Doni.
"Baiklah karena pihak tergugat tidak hadir. Dan tak memberi kabar berita. Kami memutuskan untuk menggelar sidang putusan perkara perceraian anda dua minggu dari saat ini."
Tok tok Hakim mengetuk palu.
Sidang pun selesai.
Doni dan kuasa hukumnya keluar dari sidang.
" Dua Minggu lagi kemungkinan sidang putusan pengadilan karena sepertinya pihak tergugat tak menuntut apa-apa. Meskipun begitu anda harus memberikan harta gono-gini kepada istri anda, jadi anda bisa buat daftar harta apa saja yang anda dapat setelah menikah," ucap pak Firman.
"Alah ngapain mikirin harta gono-gini. Wanita yang bermain serong apa, pantas diberi harta gono-gini?! Syukur-syukur putra saya tidak menuntut balik perbuatan perselingkuhannya!" sahut Bu Misye.
"Tetap saja harus diberikan ibu.Itu adalah hak seorang wanita yang diceraikan oleh suaminya, selain nafkah selama belum jatuhnya putusan pengadilan,"sahut pengacara.
Bu Misye mengerucutkan bibirnya.
"Enak banget dia, anak saya yang kerja, dia yang dapat hartanya," tukas Bu Misye.
"Sudahlah Ma, memang aturannya seperti itu kok," sahut Doni.
"Iya Pak, saya akan tetap membagikan harta gono gini meski pihak tergugat tidak menuntut," pungkas Doni.
Bu Misye menghembuskan napas panjang.
"Ngapain sih kamu beri dia harta kamu Doni, daripada untuk wanita itu, mending kamu berikan untuk mama," dengus Bu Misye.
"Sudahlah Ma, memangnya mama gak Doni beri uang apa?" Doni berlalu meninggalkan Bu Misye karena tidak ingin berdebat.
"Lihatlah akan buat Doni tidak jadi memberikan harta gono-gini itu," dengus Bu Misye kemudian tersenyum menyeringai.
sungguh mantap sekali ✌️🌹🌹🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘
tahniah buat kehamilan mu Ainun
tahniah Ainun