Aku dapat telfon dari ibu dan katanya itu hal penting ibu meminta ku pulang, terpaksa aku pulang. Aku tidak menyangka aku mendadak di suruh menikah sampai aku tidak menyangka wanita yang akan aku nikahi bukanlah wanita tipe ku, bahkan melainkan jauh dari tipe ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehadiran Irna
Matahari merangkak di langit sinarnya membakar semangat para pejuang dolar, tetapi semangatnya tak kunjung habis agar gerak kembali mengejar mimpi dengan sengit. Begitu jam sudah berada di angka 11.35, pertemuan Najwa dan Syasa di sudahi karena waktu dzuhur tidak lama lagi, perpisahan kembali lagi. Kedua gadis itu berpelukan sebelum pergi, apa lagi Syasa akan melanjutkan kuliah S2-nya, akan sulit bagi mereka untuk bertemu lagi.
"Kamu baik-baik yah, jalani saja semuanya dengan sabar. Aku akan bantu kamu berdo'a agar suami mu dapat berubah. Dan kalian bisa menjalankan rumah tangga yang sakinah."ucap Syasa, ia kasihan melihat temannya begitu banyak perasaan yang dia lalui, tapi Syasa juga salut karena meski begitu dia tetap teguh dan tidak mudah nyerah.
"Makasih ( terlihat dari kerutan matanya kalau dia sedang tersenyum ) kamu juga, semoga cita-cita yang kamu ingin kan segera tercapai. Kamu harus berjuang ! tanpa mengenal lelah."
"Yah, maka kita sama-sama harus berjuang. Apa pun masalah yang tertimpa pada kita, kita harus sabar."Najwa mengangguk sambil tersenyum, Syasa dapat melihatnya dari kerutan matanya.
"Oke...."
"Assalamualaikum...."ucapan terakhir Syasa saat pertemuan mereka.
"Waalaikum'salam...."jawab Najwa, sebelum Syasa pergi jauh ia tidak ingin pergi dulu. Ia menunggu punggung milik Syasa hilang dari pandangannya.
Setelah punggung milik Syasa menghilang, Najwa pun pergi. Meninggalkan kafe itu menuju parkiran karena di sana sudah ada sopir yang sedang menunggunya. Sopir yang selalu mengantar jemputnya.
"Maaf, membuat anda menunggu."kata Najwa saat sudah masuk kedalam mobil. Sopir itu melihat kaca spion yang di dalamnya berada Najwa.
"Tidak apa-apa kok, nona tidak usah meminta maaf ini sudah tanggung jawab ku."katanya. Kemudian ia menghidupkan mobil, hingga mobil itu meninggalkan pekarangan Gramedia.
Seiring perjalanan Najwa menatap terus keluar jendela, ia melihat anak SD yang sedang berjalan kaki menuju rumahnya. Mereka pun berjuan tanpa mengeluh karena kelelahan, mereka yang tidak punya kendaraan tiap harinya pergi dan pulang sekolah hanya berjalan kaki. Tapi mereka tidak pernah mengeluh. Najwa sadar, dirinya yang hanya menjalan kan rumah tangga dan dapat sedikit masalah ia sudah mengeluh minta ampun. Tapi bagaimana pun wanita lah yang paling mudah rapuh, seperti kaca yang mudah pecah.
Najwa tiba di rumah sebelum Adzan dzuhur berkumandan walau Sholawat Mesjid sudah di penghujung. Najwa langsung mengganti pakaian yang seperti biasanya kalau di dalam rumah dia hanya menggunakan rok, baju kaos, dan jilbab yang tidak terlalu panjang.
Tidak lama kemudian Adzan dzuhur pun berkumandan, Najwa langsung beranjak mengambil air wudhu dan kemudian menunaikan sholat. Setelah Ke empat rakaat itu sudah tertunaikan, gadis itu melanjutkan untuk berdoa.
Tok..Tok..
Ketukan itu membuat doa Najwa terhenti, gadis itu segera bangun dari duduknya untuk membuka pintu.
"Maaf non mengganggu, nyonya meminta anda turun."kata bi' Yuna begitu sopan.
"Baiklah bi' aku bersiap dulu,"
Kemudian bi' Yuna pergi dan Najwa kembali menutup pintu dan segera mengganti jilbab sholatnya. Saat tiba di bawah ia melihat gadis yang sudah dikenalnya tak lain Irna sepupu iparnya begitu juga koper yang berada di sampingnya.
"Hay kakak ipar,"sapa Irna kepada Najwa, Najwa hanya membalasnya dengan senyuman lalu mengambil tempat duduk.
"Najwa, ibu akan menemani ayah keluar kota berapa minggu, dan ibu meminta Irna tinggal bersama kalian. Dia bisa membantu mu mengurus rumah."jelasnya.
Najwa terdiam sebentar "bukannya itu akan merepotkan adik ipar ?"tanya Najwa, hanya mengurus rumah buat apa memanggil orang ? Najwa merasa itu hanya alasan.
"Ah..tidak kok kak, lagian aku tidak ada kerjaan." bagaimana mungkin merepotkan, kalau untuk selalu bersama kak Aktar tidak akan merepotkan sama sekali. pikir Irna.
"Oh, baiklah, " pikir Najwa itu akan lebih bagus karena dia tidak akan tinggal satu rumah dengan Aktar, tidak ada yang tahu jika itu terjadi Aktar akan semakin aneh.
"Kalau begitu jam berapa ibu berangkat ?"
"Sekarang ini. Tinggal menunggu ayah mu saja menyelesaikan dokumennya sedikit. Ah itu dia..."katanya melihat Ikrar suaminya keluar dengan membawa tas dan koper.
Begitu Natri berdiri menghampiri suaminya membantunya mengangkat tas.
"Bu' biar Najwa saja yang antarkan keluar,"ucap Najwa sudah berada di depan mertuanya.
"Tidak usah, Ibu bisa kok. oh ya Irna kemarilah.."katanya, Irna langsung menghampirinya.
"Iya tante ?"
"Mendekatlah sedikit.."kemudian Irna mendekatkan badannya. Najwa melihat keduanya heran tapi ia tidak ambil pusing.
"Kamu ingatkan tugas mu? jika Najwa dan Aktar bertengkar langsung kabari ibu, karena kehadiran mu disini hanya mengawasi mereka !"kata Natri setengah berbisik.
"Iya tante, aku akan kabari itu."
"Bagus !"Natri kembali ke Najwa ia tersenyum melihat menantu kesayangannya, ada sedikit tidak rela meninggalkan menantunya tapi bagaimana pun dia harus menemani suaminya.
"Yasudah, Ibu dan Ayah berangkat dulu. Najwa jaga baik-baik diri mu nak."
"Jika Aktar berbuat ulah dengan mu tanya Ayah, biar Ayah yang akan memberinya pelajaran setelah Ayah kembali."
"Baiklah..Ayah ibu, mari Najwa antar sampai di depan." kemudian mereka bertiga bergegas pergi.
Tinggal Irna yang berdiri melihati mereka, dengan tatapan iri melihat Najwa yang yang dipenuhi perhatian dari mertuanya, bahkan orang lain pun akan iri melihat itu.
Tante kau meminta ku mengawasi mereka, begitu perhatiannya kamu dengannya. Tapi maaf aku tidak bisa menjalankan semua itu ! gumam Irna dengan tatapan sinis.
"Najwa kami pergi dulu, jaga diri mu baik-baik yah."kata Natri.
"Iya bu' kalian hati-hatilah, jika ada apa-apa di jalan jangan lupa telfon aku."ucap Najwa, kedua orang tuanya mengiakan sambil melemparkan senyuman mereka sebelum pergi.
Saat mobil mereka sudah pergi, Najwa kemudian masuk ia melihat Irna yang berdiri terdiam dalam lamunannya.
"Irna ?"kata Najwa saat ia sudah berada di dekat Irna.
"Ah, iya ?"Irna berbalik melihat Najwa, wajahnya berubah seketika.
"Koper mu belum di bawah ke kamar, mau aku panggilkan pelayan biar mereka mengantarkan koper mu ke kamar ?"tanya Najwa.
"Tidak usaha repot-repot, aku bisa melakukannya sendiri."kata dengan melepaskan senyumannya.
"Em... kakak ipar, kak Aktar biasanya pulang jam berapa yah ?"tanya Irna sebelum membawa kopernya ke kamar. Najwa melihat Irna datar.
"Aku juga tidak tahu, emang kamu ada perlu apa sama dia ?"
"Ah tidak ada kok, aku pergi bawa koper dulu."kata Irna kemudian pergi membawa kopernya menuju kamar.
Bersambung..
-
-
-
-
Untuk pembaca setia, author minta Maaf🙏 tidak bisa Up 3 Bab berhubung lagi sakit. maka selanjut kalian bisa menunggu kelanjutan berikutnya setelah author sembuh. mohon doanya semoga author bisa sembuh secepatnya dari demam😑
See you🌹
Lanjut lagi kak