Idzam Maliq Barzakh seorang pengusaha muda yang sukses dalam karir nya namun tidak dalam urusan asmara. Karena jenuh dengan kisah asmaranya yang selalu bertemu wanita yang salah, ia berganti profesi menjadi penjual kebab di sebuah mini market atas saran sahabatnya Davin. Ia ingin mencari Bidadari yang tulus mencintainya tanpa memandang harta. Namun perjalanan kisah cintanya ketika menjadi penjual kebab selalu mengalami kegagalan. Karena rata-rata orang tua sang wanita langsung tidak setuju ketika tahu apa profesi Izam sebenarnya. Mereka beralasan jika anak mereka menikah dengan Izam akan menderita dan melarat karena tidak punya harta dari menjual kebab tersebut. Karena hampir putus asa, ia di sarankan sahabatnya fahri untuk tinggal di sebuah pesantren sederhana untuk memperdalam ilmu agama dan di sana lah ia bertemu bidadari yang sesungguhnya yang mau menerimanya apa adanya bukan ada apanya.
Mohon untuk tidak Boomlike teman-teman, untuk menghargai karya para author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amay di jodohkan paksa Bude Maryam
"Plak"
Anita menangis sambil memegang pipinya yang baru saja di tampar Umi nya.
Ia menatap Umi nya sejenak dengan tatapan terluka, ia lalu pergi keluar kamarnya tanpa mengatakan apapun. Marlena shock melihat tangan nya sendiri yang sudah menampar Anita, ia langsung terduduk dan memukuli tangan nya ke lantai.
Ia menyesal sudah menuruti bisikan syaitan dengan menampar anaknya, alih-alih memberikan kata-kata yang lembut, ia malah membuat Anita semakin membencinya.
Ketika Anita hendak turun, di tangga ia berpapasan dengan Abi nya yang hendak naik ke lantai atas. Haji Amir memanggil Anita, namun Anita mengabaikan panggilan Abi nya dan terus berlari menuju keluar rumah.
Haji Amir bergegas ke kamar Anita menyusul istrinya yang tadi ia suruh untuk membujuk anak mereka. Sesampainya ia di sana, ia melihat istrinya menangis dengan memukuli tangan nya sendiri ke lantai sambil berkata maaf.
"Apa yang terjadi Marlena? Kenapa aku lihat Anita menangis sambil memegang wajahnya? " tanya Haji Amir dengan wajah bingung.
"Ma-maaf Bi! Umi kebablasan! Umi tidak sengaja menampar putri kita Bi! Umi marah karena ia membantah omongan Umi dan terjadi begitu saja! " jawab nya dengan penuh penyesalan.
"Astaghfirullah hal adzim... Keterlaluan kamu Marlena! Bisa-bisanya kamu menampar anak mu sendiri karena ia membantah omongan mu? Seharusnya kau introspeksi diri? Menyesal aku sudah membiarkanmu mendidik Anita selama ini! " ucap Haji Amir dengan geram.
Tanpa memperdulikan teriakan dan tangisan istrinya, Haji Amir bergegas turun ke bawah dan mencari keberadaan Anita.
Ia seketika merasa lega karena melihat Anita sedang duduk di ayunan di taman samping rumah mereka.
🌾🌾🌾
Di Ponpes Mutmainnah...
Bude Maryam yang baru saja kembali dari kota datang ke pesantren dengan marah-marah. Ia melampiskan emosi nya pada Pak lek Rohim dan Bulek Saroh yang sedang melakukan kajian rutin di Aula pesantren.
"Rohim, Saroh! Keluar kalian! Keluar! " teriak nya dari luar.
Ia datang tidak sendiri, tapi dengan beberapa tetua desa yang mendukung rencananya itu. Ia sudah berhasil menghasut dan mengadu domba warga desa untuk membenci Amay yang bukan anak kandung Kyai Sulaeman.
Pak lek Rohim dan Bulek Saroh keluar dari aula dengan tergopoh-gopoh mendengar teriakan dari arah luar.
"Ada apa ini rame-rame? " tanya Pak lek Rohim dengan tegas.
"Bah, ajak masuk aja dulu! Malu teriak-teriak di luar, di hadapan para santri dan pengajar lagi! " Bisik Bulek Saroh kepada suaminya.
"Ayo, Bapak-bapak silahkan masuk dulu jika kalian tidak malu menjadi tontonan semua santri di sini? " Ajak Pak lek Rohim dengan sedikit menyindir kedatangan mereka.
Mereka yang mendengar sindiran Pak lek Rohim langsung mengikuti langkah Bulek Saroh menuju kediaman mereka dan Bude Maryam terpaksa mengikuti mereka dengan wajah masam.
"Sekarang kita sudah ada di sini? Ada maksud apa Bapak-bapak sekalian datang ke pesantren ini ramai-ramai? " tanya Pak lek Rohim dengan bijak.
"Begini Kyai! Kami semua menuntut agar pengurus pesantren ini di serahkan kepada Bude Maryam yang selaku tetua yang terlibat dalam kepengurusan pesantren ini sewaktu Kyai Sulaeman hidup dulu! " jawab salah satu rombongan yang hadir.
"Atas dasar apa Bapak-bapak sekalian seminta semua itu? Apakah Bapak-bapak ikut mengurus pesantren selama ini? Apakah Bapak-bapak ada yang memberikan bantuan ketika pesantren ini sempat terpuruk? " tanya Pak lek Rohim dengan wajah garang.
Bapak-bapak tersebut hanya diam dan saling memandang satu sama lain dengan raut wajah bingung mau jawab apa.
"Apakah Bapak-bapak tahu jika selama Kang Sulaeman hidup, Mbak Maryam hanya bertugas sebagai pengawas dapur umum, bukan bagian kepengurusan yang sebenarnya? " ucap Pak lek Rohim dengan wajah yang semakin garang.
"Heh Rohim! Kurang ajar sekali mulut mu itu? Bagaimana pun juga aku ini kakak ipar dari Sulaeman! " teriak Bude Maryam tidak terima dengan omongan Pak lek Rohim.
"Loh, aku kurang ajar gimana Mbak? Mbak kan memang di tugaskan untuk mengawasi dapur umum sama Kang Sulaeman! Dan satu lagi Mbak! Jangan pura-pura lupa deh kalau Mbak itu cuma kakak ipar tiri, Mbak menikah dengan kakak tiri Kang Sulaeman yang tidak mempunyai hak apa-apa dengan pesantren ini! " jawab Pak lek Rohim meng skakmat Bude Maryam.
Wajah Bude Maryam langsung pias mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Pak lek Rohim yang memang benar adanya.
Namun ia tetap tidak mau kalah, ia masih memasang wajah sombong dan angkuh nya di hadapan Pak lek Rohim dan Bulek Saroh.
"Baik lah! Aku tidak akan menuntut pesantren ini lagi asalkan keponakan kesayangan mu itu mau menikah dengan pria pilihan ku! " ucap nya dengan wajah menyeringai.
Pak lek Rohim dan Bulek Saroh, serta Bapak-bapak yang ada di ruangan itu terbelalak kaget mendengar ucapan Bude Maryam.
"Mbak gila! Wah, sudah gak beres otak Mbak rupanya! " jawab Pak lek Rohim dengan wajah terkejut.
"Jangan sembarangan ngomong kamu Rohim! Asal kamu tahu, aku akan menurut ke pengadilan jika anak pungut itu tidak layak memimpin pesantren ini, apalagi memilikinya! Ingat itu! " teriak Bude Maryam dengan wajah merah padam.
"Pokok nya kalian pikirkan dari sekarang! Toh wasiat Sulaeman juga cuma kertas doang! Itu semua gak berarti apa-apa! Dan Amay harus menikah dengan pria pilihan ku! " ucap Bude Maryam sambil keluar dari ruangan tanpa mengucapkan salam.
Begitu Bude Maryam pergi, Bapak-bapak itu ikut membubarkan diri dan Bulek Saroh mengurut dadanya yang sesak karena ucapan Bude Maryam.
"Bah, pokoknya Abah harus pikirkan bagaimana caranya Amay tidak di nikahkan paksa oleh nenek lampir itu! Umi gak rela Bah, gak ridho, gak ikhlas lahir bathin! Walaupun Amay bukan darah daging kita, tapi Umi yang udah membantu Mbak Izah untuk mengurus Amay dari dia bayi! Pokoknya Umi gak setuju! " ucap Bulek Saroh dengan wajah mengembun pertanda akan menangis.
"Emang siapa yang mau di nikahkan Umi? " tanya seseorang dari belakang Pak lek Rohim.
"Haikal ! Sejak kapan kamu berdiri di sini? " tanya Pak lek Rohim spontan.
"Jawab pertanyaan Ikal, Bah? Siapa yang mau di nikahkan paksa seperti yang Umi katakan tadi? " ucap Haikal lagi kepada Abahnya.
Pak lek Rohim pun menceritakan kedatangan Bude Maryam dengan bapak-bapak warga desa dan mengatakan juga ancaman Bude Maryam, karena sampai saat ini surat wasiat Abah Sulaeman juga masih berupa kertas usang yang belum ada kekuatan hukumnya.
"Apa?? Sudah gila mungkin Bude Maryam itu! Seenaknya saja mau menikahkan Kak Amay dengan sembarang pria! " teriak Haikal dengan wajah terkejut.
"Apa?? Menikah?? "
Bersambung...
Selamat membaca dan selamat beraktivitas readers semuanya...
Semoga hari kalian menyenangkan 💕😍..
tulisannya juga nggak banyak yang salah.
sampai di sini belum kelihatan tanda-tanda mau tamat.
sebetulnya akan bagus kalau dibuat season 1,2,3 dst
begitu kak..
maaf ya 🙏🙏