Sugar Baby Om Ganteng

Setalah bicara dengan Dinda, dan langsung pergi meninggalkannya begitu saja. Bahkan tidak ada lagi kabar darinya. Entah kemana laki-laki itu perginya, tapi yang pasti Dinda sudah tau jika pria itu pergi meninggalkannya sendirian.

"Aku harus memulai hidupku yang baru. Aku tidak ingin terus-terusan seperti ini. Ya, aku akan memulai kehidupan baruku. Aku akan pergi kehidupanku yang baru. Aku akan pergi dari sini!" Dinda sedang bertekad bahwa dia akan pergi meninggalkan tempat itu. Seperti yang dana katakan bahwa dia bisa tinggal di sini kapanpun yang diinginkannya dan untuk sementara ini dia tidak bisa tinggal di sini. Dinda memilih untuk pergi ke luar negeri saja untuk memulai kehidupannya di sana. Dia akan mencari jalan hidupnya di negara orang.

Setelah benar-benar memikirkan segalanya Dinda sudah memutuskan bahwa dia akan pergi meninggalkan negara ini. Bahkan dia juga tidak memberitahukan tentang kepergian pada kedua temannya karena dia tidak ingin mereka berdua merasa sedih dan kehilangan dirinya. Tidak banyak yang Dinda bawa, karena dia harus mengurus segalanya lebih dulu sebelum pergi ke luar negeri.

Tujuannya saat ini adalah negara jepang. Dinda akan bekerja di sana jika memang dia beruntung. Berharap bahwa dia bisa memulai kehidupannya yang baru karena di sini dia sudah tidak memiliki kehidupan apa pun lagi.

"Dinda ...!" teriak Siska dan Intan saat melihatnya keluar dari apartemen Daniel.

Melihat kedua teman-temannya yang berlari ke arahnya seperti itu membuat Dinda langsung masuk ke dalam taksi dan pergi meninggalkan mereka. Bukan untuk menghindar tapi ini adalah jalan terbaik untuk mereka semua.

"Dinda ...!" panggil mereka lagi saat sudah masuk ke dalam taksi dan pergi meninggalkan mereka. Melihat reaksi Dinda terhadap mereka membuat Siska dan Intan merasa sakit hati ketika melihat teman mereka seperti itu. Dinda pasti sangat sakit sekali. Mereka berdua yang mengajaknya ke dalam dunia ini, tapi hanya dia saja yang mendapatkan hukumannya.

"Kasihan Dinda, dia pasti sakit banget sekarang," ucap Siska yang melihat mobil taksi online yang membawa Dinda pergi.

"Kita biarin dulu sih Dinda. Nanti kalau udah tenang dia juga pasti datengin kita." Intan usaha untuk berpikir positif, kalau sebenarnya sangat sulit untuk berpikir positif tentang apa yang dirasakan saat ini. Mereka aku jika teman mereka pergi meninggalkan mereka begitu saja dan tidak ingin berteman dengan nilainya. Entahlah, mereka hanya bisa berharap bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan mereka berdua.

Sedangkan di dalam mobil yang membawanya, Dinda hanya bisa berusaha untuk tetap tegar agar tidak gundah lagi dengan keputusannya.

"Aku harus bisa. Aku harus bisa melakukan hal ini demi diriku sendiri. Jika keluargaku sendiri sudah tidak menganggap ku, lalu untuk apa lagi aku berjuang demi mereka? Sekarang biarlah aku yang menjalani semua ini. Aku harap aku bisa menjalani kehidupanku yang jauh lebih baik lagi." ucap Dinda dengan penuh keyakinan.

Saat di dalam perjalanan menuju kantor imigrasi, Dinda melihat adik-adiknya yang ngamen di pinggir jalan. Melihat hal itu membuat jantung Dinda terasa sesak sekali melihatnya. Jujur, pasti ini sulit sekali di lakukan mereka dan dia juga yakin jika ibunya tidak tau apa yang adik-adiknya lakukan saat ini.

"Pak, bisa tolong bantu saya?" tanya Dinda pada supir taksi onlinenya.

"Apaan neng?" tanya sang supir.

Dinda mengeluarkan uang dari dalam dompetnya dan hanya menyisakan untuk membayar taksinya saja dan dia memberikan semua uang itu yang hampir berjumlah 5 juta rupiah untuk di berikan pada adik-adiknya.

"Berikan ini pada dua anak itu pak, tolong ya dan jangan bilang kalau ini dari saya. Bilang aja ini dari bapak. Saya kasihan sama mereka karena saya memiliki dua orang adik juga. Jadi saya-" Dinda tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi karena dia sangat sedih melihat adik-adiknya bekerja seperti itu.

Merasa kasihan dengan penumpangnya, akhirnya pak supir tadi meminggirkan mobilnya dan turun untuk memberikan uang itu ke dua anak laki-laki yang mengamen di lampu merah tadi.

"Maafin kakak dek, maafin kakak," ucap Dinda dengan berlinang air mata ketika melihat kedua adiknya harus mengamen di pinggir jalan seperti itu. Bahkan salah satu dari mereka membawa kemoceng untuk membersihkan mobil orang-orang yang berhenti di lampu merah.

***