Vivian Lian di hidupkan kembali setelah mendapatkan pengkhianatan dari suaminya dan adik tirinya. Di kehidupan lalu, dia mempercayai ibu tirinya dan adik tirinya hingga berakhir mengenaskan. Dia pun melakukan cinta semalam dengan calon tunangan adik tirinya hingga mengandung anak sang CEO demi membalaskan rasa sakit hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Nenek Amel pada Elina
Vivian melihat secarik kertas di atas nakas, ia membacanya dan tersenyum lalu menghela nafas. Kebahagiaan yang ia dapat hanyalah sesaat. Bolehkah ia serakah untuk mendapatkan semuanya?
Ia melihat dua piring makanan di atas meja, makan siang yang ia lewati dan makan malam. Seperti itulah yang tertulis di kertas itu.
Sebelum memakan makan malam ia melakukan ritual mandinya, tubuhnya terasa lengket karena keringat yang membasahinya. Entah berapa kali ia melakukannya dengan Anderson.
Ia duduk dengan tenang di sofa itu, memotong steak yang di hidangkan dan memakannya. Perutnya memang lapar, kebetulam makanan yang hidangkan sangat enak, ia tidak perlu manahannya lagi dan memakanmya dengan lahap.
Di tempat lain.
Anderson begitu murka pada Daniel yang tak bisa mencegah Elina. Baru saja ia bahagia tapi kini ketakutan lagi. Entah dimana Elina sekarang? Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Ia kasihan pada Elina yang sedang mengandung. Tidak mudah bagi wanita yang hamil tanpa suami.
"Aku tidak mau tau, kau harus mencari Elina sampai ketemu," ucapnya dengan dingin. Ia tidak mau tau, tidak boleh terjadi sesuatu pada Elina.
"Maafkan saya bos, saya akan mencari nyonya Elina." Daniel membungkuk hormat. Ia kemudian kembali mencari lagi Elina.
"Aku harus mencari Elina." gumam Anderson. Ia pun keluar dari Apartementnya dengan langkah buru-buru.
Sedangkan Elina, dia sedang duduk menatap wanita di depannya. Mengingat kejadian masa lalu yang membuatnya mengambil jalan yang salah.
"Kenapa kau datang lagi?" tanya Nenek Amel. Salah satu pengawalnya melihat Elina berkeliaran di jalan. Pengawalnya itu pun langsung membawa Elina kekediaman nenek Amel.
"Maafkan aku Nek, aku tidak bisa jauh dari Anderson." Elina meremas dres yang ia pakai. Ia sangat takut menghadapi nenek Amel.
Nenek Amel seperti kehabisan kata-kata, siapa sangka Elina muncul dan yang ia takutkan wanita ini malah menghancurkan pernikahan cucunya yang masih seumuran jagung. "Pergilah, aku tidak ingin mengulangingnya lagi. Kau sudah memilihnya, jadi jalan itu yang harus kau tempuh."
"Tidak Nek, saya ingin bersama Anderson."
Nenek Amel menahan geramnya. "Aku tidak tau kalau kau wanita yang tidak tau diri. Beraninya kau mengatakan ingin bersama Anderson. Dia sudah menikah." Ingin sekali nenek Amel mencekik wanita di depanya. Dulu ia menawarkan sejumlah uang dan yang di pilih wanita ini bukan Anderson tetapi uangnya. "Apa uang yang aku berikan sudah habis dan kau menjerat Anderson lagi?"
Elina mengepalkan kedua tangannya, saat itu ia benar-benar butuh uang. Jika bukan karena uang ia sudah memilih Anderson.
"Dan kau wanita yang suka uang."
"Aku sudah bersama dengan Anderson dan Anderson membawa ku di Apartementnya."
Duar
Bagaikan petir yang menyambar nenek Amel sontak terkejut, mulutnya seakan berhenti. Semenjak kapan ia melewatkan hal semacam ini yang sangat penting. "Kau bersama Anderson?" tanya nenek Amel. Ia tidak percaya pada cucunya itu.
Dadanya naik turun, ia melihat ke arah pengawalnya. "Panggil Anderson ke sini, aku ingin mendengarkan penjelasannya." Nenek Amel mengeraskan rahangnya, bibirnya gemetar. Ini sudah kelewatan, jika cucunya dulu bermain dengan wanita ia cukup membereskannya saja. Para wanita itu hanyalah hiburan untuk Anderson. Hingga ia mendapatkan tawaran dan berharap Anderson berubah dengan pernikahannya bersama Alena, tapi sialnya ia di tipu dan ia jatuh hati pada Vivian, wanita yang terlihat berbeda dari kebanyakan wanita yang mendekati Anderson.
"Dia harus datang sebelum 30 menit." Bagaikan ular betina hitam yang ingin memangsa, racunnya menjalar di seluruh tubuhnya ingin memangsa musuhnya.