Pertemuan yang tak terduga antara lelaki dingin yang gila kerja, dengan wanita ceria yang penuh semangat. Karena insiden yang terduga, membuat keduanya melakukan cinta satu malam, dan terpaksa menjalani pernikahan secara mendadak. Pernikahan yang saling menguntungkan.
Lovata, seorang anak dari seorang pengusaha kaya. Ibunya dituduh sebagai pelakor karena hamil dengan ayahnya yang mengaku single pada awalnya. Akhirnya memutuskan untuk tidak mau menikahi lelaki itu dan membesarkan anaknya sendiri. Namun itu membuat istri sah ayahnya, marah, karena merasa telah dikhianati. Dan kemudian membuat masalah terus menerus dengan ibunya Lovata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Senja🧚♀️, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Atta meminta maaf karena telah melibatkan Ernes dalam misi balas dendamnya kepada teman-temannya. "Maaf, habisnya aku kesel banget sama mereka." ucap Atta.
"Tapi, makasih ya karena tadi udah ikuti sandiwaraku.." meskipun minta maaf tapi Atta juga mengucapkan terima kasih karena Ernes telah membantunya.
"Lah kan emang kenyataannya kita suami istri kan.." jawab Ernes.
"Lagipula tujuan kamu nikahin aku kan untuk itu.." imbuh Ernes dengan nada ambigu. Atta pun merasa tak enak hati.
"Iya juga sih.. Tapi tetap aja, aku harus berterima kasih.."
Cup...
Atta mengecup pipi Ernes sebagai ucapan terima kasihnya kepada Ernes.
"Pinter juga..." puji Ernes karena Atta selalu tanggap untuk menyenangkan hatinya.
"Minggu depan kita daftarkan pernikahan kita!" imbuh Ernes yang membuat Atta membulatkan matanya.
"Minggu depan tapi ibuku kan masih?"
"Sesuai rencana aja, kita nikah secara sederhana di depan ibu kamu dan ayah kamu, meskipun begitu dia tetap ayah kandung kamu."
Atta menganggukan kepalanya. "Iya.." jawabnya singkat.
"Tak apa kan tanpa pesta? Yang terpenting kita sah jadi suami istri." tanya Ernes.
Sebenarnya mereka sudah pernah membahas masalah tersebut. Dan mereka berdua sepakat untuk menikah biasa saja. Tapi untuk mengkonfirmasi, Ernes kembali bertanya kepada Atta.
"Nggak masalah.." jawab Atta sama seperti harapan Ernes.
****
Aiko menghubungi Ernes karena dia sedang butuh teman untuk curhat. Mereka sudah lama deket, jadi Aiko merasa nyaman setiap kali curhat dengan Ernes. Setelah mengantar Cio ke sekolah, Aiko pergi ke tempat dimana dia dan Ernes janjian ketemu.
Sesibuk apapun Ernes, untuk Aiko dia selalu luangkan waktunya. Seperti pagi ini, sebenarnya dia ada rapat tapi dia menundannya dan memilih untuk bertemu dengan Aiko terlebih dulu.
"Tapi ini klien penting, bos.." Ryan memperingati Ernes.
"Tunda atau batalkan aja kerja samanya!" Ernes tetap kekeh dengan pendiriannya. Ernes juga nampak khawatir sekali.
"Atau kamu aja yang wakili aku!" terpaksa Ryan yang harus pergi mewakili Ernes meeting. Ryan melakukan itu karena tidak ingin perusahaannya terkena masalah nantinya.
Sementara Ernes bergegas menuju tempat dimana dia dan Aiko janjian. Kafe tersebut tempat mereka sering nongkrong dulu. Bukan tanpa sebab Ernes merasa khawatir dengan Aiko, karena waktu Aiko menghubunginya, suara Aiko seperti orang nangis. Itulah sebabnya Ernes merasa khawatir.
Setengah jam perjalanan dari kantor Ernes. Sesampainya dikafe tersebut, Ernes segera berlari mencari Aiko. Tak butuh waktu lama Ernes sudah bisa menemukan dimana Aiko berada.
"Ai,"
"Nes..."
"Kamu kenapa?" tanya Ernes.
"Kamu kenapa, Ai?" Ernes terus bertanya karena Aiko tidak menjawab pertanyaan sebelumnya.
"Rakha main cewek di belakang aku.." ucap Aiko sembari menangis.
Ernes pun terkejut dan menjadi marah. Bisa-bisanya si Rakha main cewek dibelakang istrinya. Padahal istrinya sedang hamil besar sekarang. Namun, Ernes berusaha sebisa mungkin supaya tidak meluapkan amarahnya. Dia berusaha menahan amarahnya.
"Kamu tahu darimana?" tanya Ernes.
"Aku udah curiga beberapa bulan terakhir, Rakha tuh lebih sering makan malam diluar, pulang juga sering telat, dan kemarin aku baca chat dia sama wanita lain, mesra.." jawab Aiko sembari menangis.
"Nes, bawa aku pergi! Aku ingin menenangkan diri!" pinta Aiko yang sepertinya sangat terluka dengan perlakuan suaminya.
"Kamu selesaiin dulu aja sama Rakha baik-baik! Aku yakin ada yang tidak beres dengan Rakha.." Ernes tidak mau memperkeruh suasana. Dia menyarankan agar Aiko menyelesaikan urusannya dengan suaminya secara baik-baik.
"Aku capek, Nes.. Aku hanya ingin lahiran secara normal seperti waktu lahirin Cio."
"Iya aku tahu perasaan kamu saat ini, tapi aku nggak mungkin bawa kamu pergi karena ini masalah pribadi kalian.."
"Oh iya, kamu mau punya istri kan? Iya aku paham.. Maaf.." ucap Aiko terlihat sangat kecewa. Tapi dia juga harus sadar posisinya.
"Bukan masalah itu Ai.. Kalau pun aku punya istri, kamu akan aku prioritaskan.. Hanya saja aku tidak mau memperburuk hubungan kamu dengan Rakha." jelas Ernes.
"Tapi jujur, aku nggak percaya kalau Rakha bisa lakuin itu ke kamu. Dia kan cinta banget sama kamu.." imbuh Ernes.
"Itu dulu, sekarang dia sudah berubah banget.."
"Kalau gitu aku balik dulu!" pamit Aiko.
Ernes menatap Aiko yang sepertinya sangat kecewa kepadanya. Dan sepertinya Aiko sudah siap pergi karena dia membawa tas cukup besar.
"Jangan cerita ke mama atau papa masalah ini ya. Mereka lagi bahagia atas kelahiran anak Defan. Aku nggak mau rusak moment bahagia mereka." pinta Aiko.
Begitu Aiko melangkah, dengan cepat Ernes menahannya. "Kamu mau pergi kemana?" tanyanya.
"Entahlah. Yang penting aku tidak mau ketemu Rakha untuk sementara waktu."
"Kenapa nggak ke rumah orang tua kamu?"
"Aku nggak ingin papa sama mama tahu masalahku, aku juga tidak ingin papa ngamuk. Aku pamit ya.." Aiko menarik tangannya dari genggaman Ernes.
"Ikut aku!" Ernes tidak membiarkan Aiko pergi tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Ernes memutuskan untuk membawa Aiko ke apartemen yang baru dia beli beberapa waktu yang lalu. Karena ibunya Atta masih belum diperbolehkan pulang, jadi apartemen itu masih kosong.
"Sementara kamu tinggal disini, nanti biar aku yang jemput Cio sekolah. Kalau kamu ingin menenangkan diri, tenangin diri kami disini, jangan pergi kemana-mana! Aku nggak ingin kamu kenapa-napa!" ucap Ernes.
"Ini??"
"Ini apartemen yang baru aku beli, rencananya untuk tempat tinggal aku dan istriku." jawab Ernes berterus terang.
"Ha? Aku cari tempat lain aja, aku nggak enak dengan istri kamu." Aiko hendak pergi tapi Ernes melarangnya.
"Nanti aku jelasin ke dia. Kamu disini aja jangan kemana-mana sampai kamu tenang!" pinta Ernes.
"Makasih.." Ernes menganggukan kepalanya kemudian dia pamit kembali ke kantor. Tapi sebelumnya, Ernes menjemput Cio disekolahnya terlebih dulu dan mengantarkan Cio ke apartemen miliknya.
Di kantor..
Ernes meminta Atta untuk ke ruangannya. Ada yang ingin dia katakan kepada Atta mengenai Aiko. Ernes berharap Atta akan paham kondisinya.
"Udah makan?" tanya Ernes.
"Udah. Ada apa ya pak?" di kantor, Atta ingin bersikap layaknya seorang karyawan biasa.
Ernes melambaikan tangannya kemudian menepuk pahanya. Sebuah isyarat supaya Atta mendekat dan duduk dipangkuannya. Awalnya Atta menolak karena masih jam kerja. "Ini kantorku, apa yang aku katakan itu adalah perintah!" ucap Ernes yang membuat Atta terpaksa harus menuruti kemauan Ernes.
"Kenapa?" tanya Atta setelah duduk dipangkuan Ernes.
"Kamu masih ingat sepupu aku yang bikin kamu cemburu waktu itu?" Atta menganggukan kepalanya.
"Ingat. Tapi aku nggak cemburu kalik.." sangkal Atta.
Ernes lalu menceritakan apa yang terjadi dengan Aiko sampai Ernes harus membawa Aiko ke apartemen mereka. "Kamu marah nggak?" tanya Ernes setelah menceritakan semuanya.
"Enggak. Tapi itu sama aja kamu udah terlibat dalam masalah orang lain.." jawab Atta.
"Aku tahu. Tapi aku tidak bisa membiarkan Aiko kenapa-napa karena pergi tanpa arah dan tujuan, apalagi dia hamil besar.. Aku juga udah tolak tadi, tapi aku nggak tega.."
"Ya udah nggak apa-apa. Kasihan kan, dia mungkin butuh ketenangan sekarang.." tentu saja Atta tidak keberatan karena apatemen tersebut kan yang beli juga Ernes. Lagipula, sama seperti Ernes, Atta tidak ingin sepupu Ernes itu kenapa-napa dalam keadaan hamil besar.
"Kapan-kapan aku kenalin ke kamu!" Atta menganggukan kepalanya pelan.
khh-vcgcxhh