Hay gaes, penasaran kan sama cerita Dave dan Vera yang tiba-tiba menikah.
Sebelum kalian membaca cerita ini, ada kalanya kalian membaca ceritaku yang judulnya "Partner Ranjang Om Duda"
Dave William Pratama, Putra tunggal dari keluarga Pratama, nasib percintaan tidak semulus seperti wajahnya.
Mencintai sahabatnya yang bernama Zena, membuat Dave harus menikahi Vera, adik tiri dari Zena.
Kecelakaan yang menimpa ibunya, telah merengut nyawa keluarga Vera, membuat Vera terpaksa menikah dengan Dave.
Verania Putriani, wanita cantik yang usianya baru menginjak 20 tahun. Sebagai mahasiswa yang terpopuler di kampusnya, banyak yang mengagumi kecantikannya, dia merupakan kekasih dari Putra Cort Wilson.
Di saat malam pertamanya dengan Dave, Vera justru pingsan dan dinyatakan keguguran.
Amarah, kebencian, sangat jelas tercetak di raut wajah Dave.
Yuk, simak ceritanya. Cerita ini khusus aku buat di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
"Ahh maaf, aku kelewat senang. Kapan-kapan kita jalan yuk? Sudah lama kita tidak jalan menikmati udara malam," ajak El, "Aku akan memakai gaun ini," sambungnya lagi sambil tersenyum.
Ekhem ...
Suara Excel menyadarkan El dan Dave yang hanyut dalam obrolan mereka.
"Dave, kita sudah sampai di apartemen doker El," ucap Excel membuat Dave melihat bangunan di luar mobil.
"Aku akan menemanimu, sekarang kita turun. Dan kamu Cel, tunggu di mobil," titah Dave di angguki El.
Setelah mereka turun dari mobil, Excel menajamkan matanya untuk melihat sahabat dan teman wanita sahabatnya masuk ke lobby apartemen.
"Ternyata feeling aku benar, dokter itu menyukai Dave. Dia berusaha mendekati Dave dengan status pertemanannya. Terlihat dari cara memandang dan bicaranya pada Dave, aku juga melihat cinta di mata dokter itu, tapi kenapa Dave bodoh? Atau dia pura-pura tidak tahu demi menjaga hubungan pertemanannya?" gumam Excel.
Setelah menunggu 15 menit di dalam mobil, akhirnya Excel melihat sahabatnya keluar dari lobby dan berjalan menuju mobilnya.
"Sudah?" sindir Excel saat Dave mendudukkan bokongnya di bangku belakang.
"Apanya yang sudah?"
"Ish Dave, coba kamu lihat dan perhatikan gerak gerik dokter El, dia menyukaimu Dave, sadarlah!" titah Excel memutar kepalanya menghadap sahabatnya, "Dia mendekatimu dengan status teman. Menurutku, mulai sekarang kamu jauhi dokter El. Ingat istrimu di rumah," sambung Excel kembali.
"Aku tidak menganggapnya sebagai istri, dan aku menganggap El sebagai adikku. Sikapnya memang seperti itu dari dulu, mungkin karena dia nyaman di dekatku. Kamu tidak boleh menuduhnya seperti itu," ujar Dave yang berfikir dengan logika.
"Terserah mu saja Dave, tapi jika suatu hari nanti terjadi sesuatu dengan rumah tanggamu, aku tidak akan ikut campur lagi. Dan seharusnya tadi kamu mengatakan jika kamu sudah menikah, memangnya apa yang mau kamu lakukan sampai-sampai harus merahasiakan pernikahanmu?" kesal Excel menyalakan mesin mobilnya.
"Mungkin, jika dalam 1 tahun ini aku puas menyiksa Vera, aku akan menceraikannya, lagipula aku tidak mencintainya. Percuma jika aku mengumumkan pernikahan ku yang sesaat ini," jawab Dave santai.
"Kau benar-benar gila," umpat Excel, "Setelah kamu menceraikan istrimu itu. Aku akan berdoa, agar kamu mendapatkan pengganti yang lebih buruk daripada istrimu," ucap Excel membuat Dave melototkan matanya.
"Jangan pernah bicara seperti itu Cel! Kau sama saja sedang mendoakan hidupku yang buruk!" seru Dave menendang bangku kemudi Excel.
Di dalam kamar, Vera yang sedang tidur siang terbangunkan oleh suara ketukan pintu dari luar pintu kamarnya.
Tokk ...
Tokk ....
Tokk ....
"Nyonya," panggil Bi Tuti dan Lord bersamaan.
"Apa benar, Nyonya tidak kabur? Saya takut, jika Nyonya kabur," ucap Bibi pada Lord.
"Tidak mungkin terjadi Bi, lihatlah penjagaan kami lebih ketat. Di bawah sudah ada beberapa teman-temanku yang membawa senjata tajam," jawab Lord mengelak.
"Atau mungkin Nyonya bunuh diri, saya dengar tadi malam, dokter El datang ke rumah," timpal Bibi dengan pikiran yang bercampur aduk, "Lebih baik, kamu dobrak saja pintunya. Siapa tahu ucapan saya benar," sambungnya kembali.
"Itu tidak mungkin terjadi, Tuan Dave sangat baik terhadap Nyonya, tidak mungkin Nyonya bunuh diri karena menjadi istri dari Tuan, bukankah Nyonya seharusnya menjadi wanita yang sangat beruntung. Dia mendapatkan perhatian khusus dari Tuan Dave," ujar Lord.
"Ahh lupakan, saya tidak mau berdebat dengamu. Sekarang yang harus kita pikirkan, bagaimana cara kita bisa masuk ke dalam kamar Nyonya," tanya Bi Tuti pada Lord.
Sewaktu mereka tengah berpikir tiba-tiba pintu terbuka dari dalam.
"Ada apa Bi," tanya Vera mengucek matanya lalu menguap.
"Maafkan saya, saya telah mengganggu tidur siang Nyonya. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa Tuan dalam perjalanan pulang," ucap Bibi membuat Vera bingung.
"Lalu, aku harus apa Bi? Aku baru bangun tidur dan aku belum mandi," jawab Vera melihat jam di dinding kamarnya, "Astaga sudah jam 5, aku sudah tertidur beberapa jam," gumamnya lagi.
"Bibi ada perlu apa? Aku mau mandi," ujar Vera saat ketua pelayan itu berdiam diri.
"Maaf Nyonya, saya hanya ingin menyampaikan bahwa Tuan Dave sudah dalam perjalanan pulang dan beliau menyampaikan pesan agar Nyonya menyambut kepulangannya," ucap Bibi membuat Vera melototkan matanya.
"Tidak bisa Bi, lihat pakaianku," titah Vera memperlihatkan daster bergambar minion bermata satu, "Diakan punya kaki dan bukan raja yang harus kita sambut," sambungnya lagi.
"Nyonya jangan menyulitkan saya, saya bisa dipecat jika Nyonya tidak mematuhi perintah Tuan," ucap Bibi panik.
Merasa iba pada ketua pelayan, akhirnya Vera terpaksa harus menyambut kepulangan suaminya, "Biar aku ganti pakaian dulu, Bi," titah Vera yang di cegah oleh Bi Tuti.
"Jangan Nyonya, saya sudah mendapatkan kabar dari satpam depan jika Tuan sudah masuk ke komplek rumahnya, lebih baik sekarang kita turun,"
"Ta-tapi Bi, saya menggunakan pakaian seperti ini," jawab Vera.
"Nyonya, saya mohon ...," ucap Bibi yang hampir bersujud di kaki Vera.
"Baik Bi, tapi jangan seperti ini," titah Vera mengulurkan tangan untuk memerintahkan ketua pelayan itu bangkit lagi,
"Silahkan Nyonya," titah Bibi memerintahkan Vera berjalan dahulu.
"Iya Bi," jawab Vera, 'Aku benar-benar sudah gila. Aku menyambut dia pulang dengan pakaian seperti ini, bisa-bisa sikapnya langsung berubah. Padahal, baru saja dia bersikap baik padaku. Oh Tuhan, semoga saja suami yang tidak aku cintai itu sedang dalam mode bahagia,' batin Vera menuruni satu persatu anak tangga.
Setelah sampai di lantai dasar, Vera berjalan menuju depan pintu utama. Dia menunggu mobil suaminya masuk ke pekarangan rumahnya.
"Lama sekali Bi, kalau tahu seperti ini lebih baik tadi aku mengganti pakaianku dulu," gerutu Vera setelah 5 menit menunggu di depan pintu utama.
"Maaf Nyonya, saya tidak tahu," jawab Bibi menundukkan kepalanya.
"Huh!" Vera menunggu mobil suaminya dengan memainkan gagang pintu rumahnya, dia memainkan gantungan kunci pintu rumah yang berbentuk hati.
Di saat asik bermain gantungan kunci rumahnya, tiba-tiba mobil Dave datang, segera dia merapihkan pakaiannya dan berdiri menyambut kepulangan suaminya dengan malas.
Dave turun dari mobil, tatapannya tertuju pada wanita yang memakai daster berwarna kuning.
"Lihat istrimu, sore hari sudah memakai pakaian seperti itu," goda Excel yang mendapatkan pukulan dari Dave.
Plak!
"Aww sakit," ringis Excel mengusap punggungnya yang terasa pedas.
"Bawa semua belanjaannya dan berikan padanya. Bilang, jika kau yang memilihkan semuanya," ucap Dave berjalan meninggalkan Excel yang sedang mengadu kesakitan.
"Di mana titipanku? Apakah sekertarismu sudah bicara kalau aku membutuhkan pakaian untuk masuk kuliah besok?" tanya Vera saat suaminya berjalan melewatinya.
Bersambung😘
ya bagus sih ceritanya. walaupun berkutat di peran utama nya aja. 👍