"Siapa namamu? Kenapa wajahmu sangat mirip denganku?" tanya Gavin spontan tanpa basa-basi.
"Namaku Daniel. Mirip denganmu? Kurasa tidak, Uncle. Kata Mommy, aku sangat tampan! Bahkan, tak ada yang mengalahkan ketampananku."
"Sial! Berani sekali anak kecil ini melawanku,"
Daniel, adalah putra Elleana yang pandai melukis dan mulai tumbuh besar. Kemampuannya dalam melukis, membuat siapapun kagum padanya. Siapa sangka, ia memenangkan lomba melukis di sebuah galeri seni ternama. Rupanya, seorang Gavin Alenxander, sang CEO galeri seni itu, merasa bahwa Daniel mirip dengannya. Apakah Daniel dan CEO itu ada hubungannya?
Sebuah keajaiban terjadi, ketika Daniel menghadiri lelang lukisan terbesar di dunia. Ellea dan Gavin dipertemukan dalam sebuah acara yang sama. Gavin Alexander sangat kaget, mengingat anak kecil yang mirip dengannya, tengah bersama Ellea, wanita yang dulu pernah menjadi masa lalunya.
Apakah hubungan Ellea dan Gavin di masa lalu? Siapakah Ayah Daniel sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Don't go away
Luxury Gold hotel, Negara X ....
Wajah cantik nan manis itu, berubah menjadi wajah yang masam dan penuh kekecewaan. Cellyn, dialah wanita yang sama sekali tak dianggap oleh Gavin. Cellyn kesal, baru saja kemarin ia menemui prianya, tapi ternyata Gavin meninggalkannya begitu saja. Hatihya sakit, ia benar-benar terluka melihat Gavin mencampakkan dirinya.
Tiba-tiba ...
"Pulanglah bersamaku ..." ajak Eric pada Cellyn.
"Tak usah merayuku!" Cellyn tak menoleh Eric sedikit pun.
"Kau sudah menduga bukan, jika hal ini akan terjadi? Tak perlu larut dalam kesedihan, karena sebentar lagi, Gavin pasti akan jatuh padamu!"
"Omong kosong kau, Eric! Kau memaksaku untuk datang ke sini, padahal aku sibuk. Ternyata, di sini pun aku di campakkan oleh Gavin. Aku ingin pulang saja, kau siapkan penerbanganku sekarang juga!" Gerutu Cellyn pada Eric.
"Baik-baik Nona manis ... aku akan meminta Gilang untuk menyiapkan semuanya!"
Cellyn, tenanglah ... sebentar lagi, sampai aku mengetahui rahasia Gavin dan Elle, semua akan kembali pada asalnya. Aku mulai curiga pada Daniel, yang jika kuperhatikan, dia mirip sekali dengan ... Gavin si singa jantan itu! Mungkinkah Daniel adalah? Dan Gavin juga Elle, pernah melakukan ....
...*****...
"Tuan, pesawat pribadi kita akan mendarat tak lama lagi," ucap Aaron.
"Persiapkan semuanya. Pendaratan berada di lantai atas perusahaan, kan?"
"Ya, Tuan."
Tak menemukan solusi setelah mendatangi Eric, Gavin akan berusaha sendiri mengejar Ellea. Ia masih harus mengumpulkan beberapa kekuatan untuk bisa mengakui Daniel dan mengatakan keadaan yang sesungguhnya pada dunia. Selain ia memikirkan karir perusahaannya, Gavin juga memikirkan nasib Ellea dan Daniel. Tak mudah baginya untuk melakukan semua ini tanpa rencana yang matang.
Banyak tangan nakal yang ingin meruntuhkan Gavin dengan mudah. Karena itulah, Gavin tak ingin gegabah memutuskan sesuatu. Gavin akui, jika Daniel memang anaknya, karena Gavin pernah melakukan hubungan terlarang itu dengan Ellea ... tapi, untuk saat ini Gavin harus menyusun strategi terlebih dahulu, agar Ellea dan Daniel tetap aman.
Penerbangan dari negara X menuju negara Y telah mendarat dengan sempurna. Gavin sudah sampai di perusahaannya. Ia turun dari atas untuk segera menuju ke lantai bawah. Gavin meminta Aaron segera menghubungi Samuel, dan jangan biarkan Samuel pergi ke manapun. Ada hal yang perlu Gavin tanyakan padanya.
"Aaron, di mana Samuel?" tanya Gavin saat melihat ruang staff kosong.
"Jajaran manager dari berbagai divisi sedang meeting di ruang serbaguna." Ujar Aaron.
"Batalkan meeting itu, dan suruh Samuel menghadap ke ruanganku sekarang!" Titah Gavin, lalu ia berbalik menuju ruang kerjanya.
Aaron semakin bingung dibuat Gavin. Entah apa yang Gavin inginkan, Gavin tak menjelaskan apa maunya, ia hanya menyuruh dan menyuruh. Ingin rasanya Aaron bertanya, tapi saat ini mustahil bertanya pada Gavin, karena sepertinya Bosnya itu sedang marah besar.
Dengan terpaksa, Aaron menghentikan meeting yang tengah berlangsung. Aaron meminta Samuel untuk segera menemui Gavin di ruangannya. Samuel ketakutan, ia tak merasa melakukan kesalahan. Namun aneh, tiba-tiba saja Samuel dipanggil dan meeting diberhentikan secara paksa.
"Apa aku akan dipecat?" tanya Samuel.
"Sepertinya tidak. Dia hanya ingin bertanya padamu. Kuharap, jangan menyembunyikan apapun. Kau harus jujur pada Tuan Gavin, mengerti?" Aaron menegaskan.
"Bertanya apa? Aku tak menyelundupkan apapun dari perusahaan, aku juga tak korupsi sedikitpun," Samuel berpikir keras.
"Kau tak usah banyak bicara. Hadapi saja Bos, dan jangan berbohong padanya. Kau harus jujur, agar Bos tak marah!"
"Baik, Pak Aaron." Samuel pasrah.
Perlahan, Samuel mengetuk pintu ruangan Gavin. Gavin mempersilakan Samuel masuk dan memintanya untuk duduk di sofa. Wajah Samuel sangat tegang, karena semua orang di perusahaan ini takut pada Gavin. Gavin tak basa-basi, ia langsung pada pokok pembicaraannya.
"Maaf mengganggu waktumu. Ada hal penting yang harus aku tanyakan padamu, Manager Samuel," Gavin menatap Samuel.
"Silakan, Tuan ... apa yang ingin anda katakan?" jawab Samuel gugup.
"Kau dekat dengan Daniel? Di mana dia sekarang?" tanya Gavin.
Samuel kaget, karena sungguh tak menyangka, Gavin akan membahas Daniel, bukan perusahaan.
"Daniel? Dia sudah tak tinggal di kota ini lagi, Pak. Dia dan Ibunya pindah ke luar kota, karena mereka memutuskan untuk membuka galeri kecil-kecilan di kota lain." Jelas Samuel.
"Kota mana?"
"Kota R, Tuan." Jawab Samuel.
"Apa nama galeri seni miliknya?"
"Kalau tidak salah, Daniel's Gallery ... aku juga terkadang mengirim bunga untuk toko mereka, karena mereka menjual bunga juga."
"Baik, kau boleh pergi, Manager Sam!" Hanya itu yang Gavin katakan.
Samuel heran. Ia sudah shock setengah mati, karena dipanggil oleh pemilik perusahaan. Nyatanya, Gavin memanggilnya hanya untuk mencari tahu informasi tentang Daniel saja. Samuel mengelus dada, ia kira nasibnya di Louvre gallery akan berakhir hari ini, tapi ternyata semua benar-benar diluar dugaannya.
Tak lama, Gavin segera menghubungi Aaron, "Aaron, aku punya misi untukmu! Laksanakan perintahku sekarang juga. Karena aku tak ingin kecolongan untuk yang kedua kalinya!" Ucap Gavin.
"Baik, Tuan."
Secepat kilat, Gavin meminta Aaron untuk pergi ke kota R. Gavin yakin, Ellea sudah sampai di rumahnya. Sebelum Gavin bertindak, ia harus memastikan bahwa Ellea ada di rumah itu. Namun, tiba-tiba Aaron mendapat panggilan dari seseorang, dan ternyata panggilan itu sangat penting, hingga Aaron terpaksa memberhentikan mobilnya.
"Apa? Sial! Baiklah, kau antisipasi segera!" Titah Aaron, kemudian mematikan ponselnya.
Gavin tersentak, "Kenapa? Ada apa?"
"Gawat, Tuan. Wanita yang kau cari hanya sebentar di rumah itu. Ia membawa dua koper dan sepertinya mereka akan terbang ke Negara Z!" Aaron sedikit cemas.
"Sialan! Tutup Bandara kota R sekarang. Dan juga, blokir penerbangan menuju kota Z! Biar Ellea tertahan di bandara. Aku harus segera menemuinya sebelum semua terlambat. Ternyata Eric benar-benar sengaja membuat skenario ini."
Aaron mengangguk, "Baik, aku akan memerintahkan mereka segera."
Aaron menelepon beberapa orang-orangnya ....
"Ellea! Kenapa dia mudah sekali percaya pada Eric? Aarrgggghhh, sial. Aku harus segera menghentikannya, sebelum ia benar-benar pergi!"
"Tuan, bersiaplah. Aku akan mengemudi dengan kecepatan tinggi seperti Lewis Hamilton. Anda tak mabuk darat, kan?" Aaron bisa-bisanya meledek Gavin.
"Kau ingin aku pecat!? Tak perlu banyak bicara! Cepatlah bawa aku ke Bandara kota R dalam waktu tak lebih dari dua puluh menit!" Sentak Gavin.
“B-baik, Tuan ..."
...*****...
Tiga puluh menit berlalu ...
Waktu yang ditargetkan lebih dari sepuluh menit. Dan sepanjang jalan, Aaron terus saja dimarahi Gavin karena keterlambatannya. Gavin emosi, ia takut Ellea pergi dan jejaknya menghilang lagi. Sesampainya di bandara, Gavin segera mencari Ellea. Ia sudah sangat tak sabar, ingin segera bertemu Ellea, dan ... Daniel, tentunya.
Pengunjung bandara banyak yang kecewa, karena banyak pesawat yang delay dan bandara mengalami kendala besar. Entah apa sebabnya, namun mereka diminta untuk menunggu, dan bersabar sementara teknisi sedang menyelesaikan beberapa masalah. Gavin sudah mengetahui tentang penyebab delaynya pesawat, karena semua ini adalah ulahnya.
Gavin segera mencari ke semua arah. Tak lupa, ia meminta bantuan beberapa pengawalnya yang tersembunyi. Aaron pun mencari ke tiap ruangan. Luasnya bandara, tentu saja sedikit kesulitan mencari Ellea dan Daniel. Ditambah lagi, dengan membludaknya orang-orang di bandara. Gavin sudah bercucuran keringat, namun ia tak lelah, ia terus mencari Ellea yang entah di mana keberadaannya.
Tiba-tiba, pandangan Gavin tertuju pada kursi tunggu di dalam bandara. Seorang Ibu dan anak, yang terhalang oleh tubuh besar dua orang pria. Padahal, sejak tadi Gavin bolak-balik di sekitar ruang tunggu bandara, Gavin tak menemukan Ellea. Saat tenaganya mulai terkuras habis, ia seperti melihat sosok Ellea yang tengah mengusap-usap rambut seorang anak kecil, yang sangat-sangat Gavin rindukan.
Ellea! Apakah itu Ellea? Oh Tuhan ... aku ingin segera bertemu dengan dia. Tuhan ... terima kasih, kau telah menolongku, kau memudahkan jalanku. Batin Gavin.
Gavin berlari, ia memastikan apakah itu Ellea atau bukan. Hatinya berdebar saat ini. Entah mengapa, hati Gavin jadi tersentuh seperti ini. Ia merasa nyaman, karena ia telah menemukan wanita yang melarikan diri darinya. Gavin berkaca-kaca, karena yang ia lihat adalah Ellea dan Daniel. Tanpa basa-basi, Gavin mendekati mereka, yang tengah berbincang bersama.
"Mommy ... pesawatnya rusak, yah? Kita tak harus terbang, Mommy. Kita pulang saja ke rumah. Ayo, Mommy ...," rayu Daniel.
"Niel, kita harus terbang. Kita harus pergi dari rumah. Mommy mengkhawatirkan sesuatu, sayang ..."
"Ada apa Mommy?" Daniel mengernyitkan dahinya.
"Nanti kau akan tahu. Sekarang berdoa saja, semoga pesawatnya bisa segera terbang."
Tiba-tiba ... Gavin sudah tak bisa menahan diri lagi. Ia harus menahan Ellea pergi, bagaimana pun caranya.
"Pesawatnya tak akan terbang, karena aku yang menahannya!" Gavin sudah berada di belakang Ellea dan Daniel.
DEG. Jantung Ellea berdebar hebat. Ia mengenal suara berat di belakangnya.
Sontak saja Daniel dan Ellea berbalik, "K-kau! K-kenapa kau bisa ada disini?" mata Ellea melotot saking kagetnya.
Daniel terlihat senang, "Uncle? Kenapa kau bisa ada di sini, Uncle?"
"Ellea, jangan lari lagi, karena aku bisa menemukanmu. Dengarkan aku, akan kukejar ke mana pun kau pergi ... walau ..., ke ujung dunia sekali pun!" Ucapan Gavin benar-benar nyata.
Oh Tuhan ....
*Bersambung*
Kakak-kakak semua.....
ini hari senin, yang suka cerita Ellea dan Gavin, berikan vote dan hadiahnya yuk.. kalau cerita ini naik kan aku bahagia, bisa mempersembahkan kisah yang menarik untuk kalian pembaca setiaku...
Semoga kalian bertahan baca sampai akhir ya.... 🤗
makasih banyak atas dukungannya 🥰
Benar² dia bayar lunas karmanya, maybe dia masi bertahan hidup hanya karena menunggu ellea pulang
Hanya Wina Patrice (ibu ellea) yg tersisa Krena mmng dri awal dia selalu menjadi korban, entah itu korban di nikahi secara paksa oleh Hendrick demi balas dendam dan korban diselingkuhi Hendrick slama pernikahan.