Sebuah rasa cemburu, membuatku melakukan hal yang paling gila. Aku nekat meniduri seorang pria yang sedang koma.
Tahun berlalu dan kini, ada sosok kecil yang membuatku hidup dalam kebahagian. Hingga suatu hari, sosok kecil yang tak lain adalah anakku dan pria yang koma waktu itu, membawaku kembali.
Kembali ke kehidupanku yang dulu. Tempat dimana, aku akan memulai kisah yang baru dari lingkungan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nikahi Aku
Vanya menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan membuat tubuhnya rileks adalah pilihan terbaik. Dari pada terus menerus kabur. Lagi pula, laki-laki kan biasanya akan lebih tertarik dengan perempuan yang jual mahal. Begitulah bunyi hati Vanya. Vanya menguatkan hatinya. Membuang jauh rasa gugup dan takut yang selama ini ia rasakan. Bukankah jika dia terus bertingkah aneh maka akan menimbulkan kecurigaan?
" Presdir Nath. Kenapa saya harus menuruti keinginan anda? kenapa tiba-tiba anda meminta saya untuk memanggil 'Sayang'? " Sejujurnya, Vanya menahan tubuhnya yang masih gemetar, rasa sok berani itu juga tiba-tiba sirna saat pandangan mereka bertemu.
Nath tersenyum melihat Vanya yang begitu tak sinkron. Matanya yang menunjukan dirinya gugup, tapi mulutnya dengan berani berkata dengan lantang. Nath mendekatkan wajahnya.
" Karena sejak malam itu, kau dan aku adalah pasangan.
Vanya menelan ludahnya sendiri. Bagaimana tidak? bayangan-bayangan saat malam itu mulai menyusup ke otaknya. Betapa dia dengan tidak tahu malunya, merespon semua sentuhan yang diberikan Nath. Dia juga tahu benar. Saat itu, dia juga terlihat bernafsu sekali. Wajahnya memerah saat mengingat leher Nath yang dipenuhi noda merah bekas gigitannya.
" Pre, Presdir Nath, itu, itu kan tidak sengaja. " Vanya mengalihkan pandangannya. Betapa memalukan dirinya malam itu.
" Benarkah? "
" Iya. "
" Kalau begitu, aku butuh tanggung jawab darimu. Kau sudah memakai tubuhku sampai puas. "
Vanya terperangah tidak percaya. " Presdir Nath! kau mana boleh berbicara begitu?! "
" Kenapa? apa kau pikir tubuhku ini milik negara yang bisa dinikmati siapa saja? gratis begitu? "
" Aku tidak menganggapnya begitu. "
" Lalu? kau tidak mau bertanggung jawab? "
Vanya mengepalkan tangannya. Kali ini bukan gugup, Tapi kesal bercampur marah. Bagaiman bisa, dia membicarakan hal yang begitu sensitif tanpa mengenal tempat. Vanya meraih tangan Nath dan mengajaknya ke mini kafe langganan mereka.
Bagus sekali! Akhirnya sadar juga bahwa kita butuh tempat untuk bicara. Vanya, apa kau tahu? sentuhan tanganmu sangat hangat. Aku benar-benar tidak akan menyerah apapun yang terjadi.
Setelah sampai di cafe. Mereka duduk saling berhadapan.
" Presdir, aku rasa, kita tidak perlu mengingat kejadian itu lagi. "
" Kenapa? apa kau malu? "
Tentu saja aku malu bodoh! Tuhan, aku ingin menyumpal mulutnya! Semoga saja dia tersedak kopi dan tidak bisa bicara lagi.
" Presdir Nath. Aku benar-benar meminta maaf tentang itu. Tapi, bukankah kau yang lebih bersalah? "
" Aku? apa salahku? " Baiklah Nath, kau hanya perlu terlihat rugi untuk mendapatkan untung. Batinnya.
" Itu juga termasuk salahmu karena membiarkan milikmu bereaksi. " Vanya mengalihkan pandangannya. Rasa kesal karena di mintai pertanggung jawaban membuatnya begitu berani berbicara meski ada rasa takut dibalik itu.
Nathan menahan tawanya. Vanya, jika bukan ditempat umum, aku pasti akan menggigit bibirmu yang manis itu.
" Baiklah. Aku bersalah. "
" Eh? " Tidak disangka, ternyata mudah sekali berbicara dengan Presdir Nath. Vanya tersenyum senang mendengarnya.
" Anda memang orang yang paling pengertian. " Ujarnya sembari tersenyum.
" Iya. Karena aku yang bersalah, maka biarkan aku yang bertanggung jawab. " Nath menyisakan senyum di bibirnya.
" Apa?! "
Yang benar saja? sepertinya, takdir sangat senang mempermainkan ku.
" Kenapa kau begitu terkejut? "
" Presdir Nath, aku rasa aku tidak membutuhkan pertanggung jawaban darimu. "
Nathan menyunggingkan senyum liciknya.
Sial! apa maksud senyum nya itu?
" Kau hanya memiliki dua pilihan. Yang pertama bertanggung jawab karena sudah meniduri ku atau biarkan aku bertanggung jawab karena telah meniduri mu. "
Meniduri? kata-kata ini benar-benar membuat Vanya ingin muntah. Seandainya saja Nath tahu kalau Vanya sudah lebih dulu menidurinya, kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Nath? apa yang akan terjadi oleh Nathan kecil.
Vanya memberanikan diri untuk bertanya. Terus memberikan pengertian, sepertinya tidak akan membuahkan hasil batinnya.
" Pertanggung jawaban seperti apa yang anda inginkan dariku? "
" Nikahi aku. "
" Apa?! " Vanya bangkit dari posisi duduknya. Bangku yang tadi ia gunakan sampai mundur beberapa sentimeter dan jatuh terlentang.
Nath menarik tangan Vanya agar duduk disampingnya.
" Duduklah, Tidak perlu sekaget itu. "
Tidak perlu kaget? yang benar saja? kalau kau tahu aku sudah lebih dulu meniduri mu, lalu kita sudah memiliki anak, aku tidak bisa membayangkan pertanggung jawaban seperti apa yang harus aku berikan.
" Aku akan memberikan dua opsi untukmu memilih. " Kali ini wajah serius Nath seolah tak terbantahkan. Tapi bukan Nath namanya jika memberikan celah agar mangsanya memiliki peluang untuk melarikan diri.
Vanya kembali memenangkan dirinya. Dia kembali fokus dengan kata 'Dua Opsi' Berharap, jika satu lagi opsi yang di berikan oleh Nath, bisa dengan mudah ia penuhi.
" Baiklah Presdir Nath. Bisa tolong katakan sekarang. "
" Yang pertama, Nikahi aku. "
Tidak mungkin!
" Yang kedua, aku akan menikahi mu. "
" Apa?! " Vanya kembali menegang. Wajah yang biasanya terlihat malu-malu dan gugup, kini hilang entah kemana. Hanya tersisa kekesalan yang ada diwajahnya.
" Presdir mana boleh seperti itu. Itu namanya sama saja kan?! "
" Ck. Babe, kau ini tidak bisa berpikir jernih ya? 'Nikahi aku' itu berarti tanggung jawab mu kepadaku. 'Aku akan menikahi mu' itu bentuk pertanggung jawaban dariku dan darimu juga.
" Presdir! Kenapa kau sangat licik?! "
" Karena aku, adalah Nathan Chloe. "
Vanya menarik nafas dan menghembuskan perlahan. Berbicara dengan Presdir nya memang tak semudah yang ia bayangkan. perlahan, Vanya kembali mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan pembicaraan mereka agar menemui titik terang.
" Presdir Nath, "
" Iya Babe. " Jawab Nath yang sedari tadi memangku wajah sembari menatap Vanya. Bibirnya tak berhenti tersenyum. Biasanya, dia akan terhibur dengan wajah Vanya yang gugup setiap melihatnya. Tapi kali ini, Nath juga begitu bahagia melihat wajah marah Vanya yang terlihat menggemaskan.
" Jangan memanggilku begitu! Apa Presdir tidak tahu? memanggil wanita lajang dengan sebutan Babe itu terdengar sangat ambigu?! " Vanya benar-benar tidak tahan lagi. Babe? bahkan Vanya ragu, kalau Nath tahu apa yang dia lakukan lima tahun lalu, rasa-rasanya, Nath akan memanggil Vanya dengan sebutan Brengsek atau mesum.
" Kau lupa lagi? kau kan kekasihku. "
Kekasih? eh? aku punya kekasih?. Sejenak pikiran Vanya melayang. Kata kekasih membuatnya seolah terbang dengan jutaan kebahagian.
Eh tunggu! kenapa aku bahagia mendengarnya?! ini mana boleh begitu. Tapi, kalau mengingat Nathan kecil, Pria yang cocok dengan tiga syarat darinya ya memang Ayah kandungnya sendiri. Kaya, Kaya, Tampan?
Tok...! Tok...! Nath mengetuk meja beberapa kali untuk menyadarkan Vanya dari lamunannya.
Vanya terperanjak dan tersadar dari segala lamunannya. " Presdir Nath, Begini. "
Vanya menarik nafas dan menghembuskan perlahan. Dia harus bisa menyampaikan maksudnya dengan kata-kata yang sopan dan terkesan tidak menyakiti.
" Pernikahan bukanlah hal yang bisa kita buat untuk main-main. Pernikahan bukan untuk sekedar rumah-rumahan saja. Presdir Nath, aku hanya ingin menikah sekali seumur hidupku. Jadi lebih baik, anda mencari wanita lain saja. "
Vanya mengatupkan bibirnya secepat kilat saat melihat wajah Nath yang sedikit kesal. Padahal, tadi sudah berniat akan berbicara baik-baik. Tapi mulutnya kehilangan kendali dan berbicara kesana kemari tanpa bisa di cegah.
" Apa kau pikir aku ingin menikah berkali-kali? " Nath menatap Vanya tajam. Suasana yang tadi biasa saja, kini tiba-tiba berubah mistis. Rasanya, Oksigen yang berada disekitar mereka tertekan oleh hawa dingin dari seorang Nathan Chloe.
" Itu, maaf Presdir, aku tidak bermaksud begitu. Hanya saja, laki-laki tampan dan banyak uang, biasanya akan memiliki beberapa wanita dibelakang istrinya kan? " Sudah kepalang tanggung. Lebih baik disampaikan saja maksudnya.
" Itu penilaian mu untukku? "
To Be Continued.