Diceraikan di malam pertamanya sebagai pengantin, membuat Embun terdiam dengan seribu bahasa.
Perceraian itu membuat ibunya kembali menjodohkan Embun dengan seorang tuan muda kaya raya. Mengetahui gadis itu pernah menikah dan bercerai, "Apa yang akan kau tawarkan agar aku mau menikahi mu?" seru tuan muda dingin itu padanya.
Waktu pun berlalu, tiga tahun kemudian setelah perceraian dengan Agra, mereka bertemu untuk pertama kalinya, "Milka, lihatlah betapa menyedihkannya dia. Selama tiga tahun ini apakah dia tidak bisa hidup dengan benar?" ejek Agra pada Embun, mantan istrinya.
Dia baru saja melempar bara api kehadapan istri seorang tuan muda Rendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La_Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jelek dan Kampungan
Thalia berlari senang kearah Rendra lalu memeluknya tanpa mau menatap kakak iparnya, memeluknya erat.
"Kakak, kenapa kau memilih untuk menikah? Kau bahkan belum meminta persetujuan dariku," imbuhnya dengan mengerucutkan bibir, aaa manis sekali sih.
Reaksi itu membuat Embun tersenyum tipis, senang sekali melihat gadis manis itu.
Ekor mata Thalia melirik tajam ke arah Embun, "Kakak, siapa dia? Mengapa memakai gaun pengantin?" menatap tak suka.
"Mulai sekarang panggil dia kakak ipar, dia istri kakak."
"Aigo... siapa nama mu?" tanya Thalia sembari merangkul lengan Rendra.
"Nama saya Embun Lara -"
"What? Hahaha..." dengan cepat dia memotong, "Kenapa nama mu bisa sejelek itu? Benar-benar kampungan. Mama, mengapa mama dan papa membiarkan kakak menikahi wanita ini?"
Thalia bahkan sampai memegangi perutnya yang sakit akibat terbahak, suasana itu sampai terlihat di mata para pelayan, ada yang menahan senyum dan ada juga diam tak bereaksi.
"Thalia, jangan bicara seperti itu... sekarang dia sudah menjadi istri dari kakakmu, turuti apa yang dikatakan kakak kepadamu... kau harus memanggilnya kakak ipar," seru mama sembari mengusap pucuk kepala putrinya.
"Mama tapi namanya begitu lucu, Embun?" menutup mulut sendiri menahan tawa.
"Apa yang kalian bicarakan? Rendra, bawa istrimu ke kamar dia pasti lelah," ucap sang papa yang mulai merasa terganggu dengan celotehan tak berguna Thalia.
Rendra hanya diam tak menjawab, tetapi dia bergegas menaiki tangga yang beberapa menit kemudian di susul istrinya.
"Mmmmm.... maaf semuanya, saya -"
"Pergilah nak, kau pasti lelah, kan?" sahut mama menimpali yang dengan ragu-ragu Embun mengangguk pelan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kamar tidur yang luas melebihi bath room nya di rumah yang dulu, membuat gadis itu berdecak kagum.
"Mau sampai kapan kau berdiri disitu?" tanya Rendra yang sedang duduk di sofa, dia menggerakkan telunjuknya, "Kemari."
Embun yang sedang berdiri di ambang pintu pun mendekat ke arahnya, masih dengan menyeret gaun yang melekat di tubuhnya.
"Iya, tuan?"
Gadis itu mundur selangkah saat Rendra beranjak dari duduknya, "Lepaskan pakaianku, tanganku sangat lelah."
Dia terdiam saat mendengar tugas pertamanya setelah menikah, aaaa ya ampun dia bahkan tak pernah melihat tubuh lawan jenisnya sampai detik ini.
Kini, kesucian matanya akan ternodai untuk yang pertama kalinya, hm.. menyebalkan.
"Apa yang kau lamun kan? Tidak dengar ya barusan aku menyuruhmu apa?"
"Dengar tuan," bahkan tangannya saja mendadak gemetar saat menyentuh kancing jas tuxedo Rendra, perlahan ia membukanya lalu berlanjut ke kemeja. Satu persatu dia membukanya hingga mulai memperlihatkan bentuk ABS-nya.
Gerakkan tangannya sempat terhenti, hal itu membuatnya benar-benar malu.
"Kenapa berhenti? Lanjutkan."
"Ba- baik tuan," aaaaaaa... apa-apaan ini? Seumur hidup ku, aku bahkan tak pernah melihat tubuh telanjang seorang pria.
Pakaian atas telah terlepas sepenuhnya, lalu Embun mundur selangkah. "Su- sudah tuan."
"Apanya?"
Tolong jangan membuatku untuk melakukan hal yang lebih dari itu.
Napasnya mendadak berirama cepat seiring dengan kegugupan yang ia dapatkan.
Manik cokelatnya mengikuti arah tangan Rendra yang menunjuk ke celana, "Kau belum membukanya."
Aaaaaaaaarrrggghhh.... sialan, kenapa tidak kau saja yang membukanya!
Kali ini gadis itu benar-benar dibuat sangat geram, hingga tak sadar membuatnya mengepalkan kedua tangan.
"Tidak mau? Sudah lupa dengan apa yang telah disepakati, mau aku bacakan ulang semuanya?"
"Tidak..." menjawab dengan suara pelan, ragu-ragu dia melangkah hingga membuat tuan muda tak sabaran, Rendra mendadak mengulurkan tangannya untuk menarik tangan Embun, "Tuan, apa yang -" Eh?!
Tubuhnya tertarik hingga menghabiskan jarak di antara mereka berdua, kedua manik yang saling bersitatap membuat Rendra menelan.
wlpn sultan klu aku mah ogah punya suami spt Rendra nih.percuma aja baik" lembut" tapi kepala batu selip dikit salah pasti kena hukuman