Istri Kedua Suamiku

Bandara udara Internasional Leonardo da Vinci.

Italia, ibu kota Roma.

Zahra dengan kedua orangtuanya menginjak kan kakinya di negara Eropa, kepindahan mereka sudah di pikirkan secara matang oleh Gunawan. Karena, Gunawan cukup tahu bagaimana mantan menantunya itu, Roki akan terus berusaha menganggu Zahra dengan Kenzo.

"Aku tidak menyangka, kalo aku akan kembali ke kota Roma ini," ucap Zahra tersenyum simpul.

Karena dahulu, Zahra sempat melanjutkan kuliah S1 di Italia.

"Semoga kamu bisa beradaptasi lagi disini," ujar Gunawan tersenyum.

"Aku akan memulai hidup baru disini papah, tentunya dengan anakku," kata Zahra.

"Papah akan selalu mendukung keputusan kamu, selagi itu membuat kamu bahagia," ujar Gunawan.

Sejak dahulu, kedua orangtua Zahra selalu mendahulukan Zahra, itu sebabnya mereka setuju dengan pernikahan Zahra dan Roki, karena mereka tidak bisa melihat anak perempuan satu-satunya menangis.

 "Ayah selalu mendahulukan aku, maafkan aku karena telah mengecewakan ayah," ucap Zahra.

"Yang berlalu sudahlah berlalu, sekarang kamu harus memulai hidup baru, menatanya dari awal," jawab Gunawan.

Zahra tersenyum mengangguk.

"Jemputan kita sudah sampai, ayo masuk kedalam mobil," ajak Gunawan.

"Ayo," jawab Zahra.

 Kepindahan mereka tidak bersama Irpan dan Sisil, karena mereka mempunyai anak yang masih bersekolah, jadi Irpan dan Sisil tidak ikut pindah. Mungkin, sesekali akan berlibur ke negara eropa itu.

"Setelah ini, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Gunawan.

"Untuk saat ini, aku mau fokus mengurus Kenzo ayah. Tapi, nanti setelah Kenzo besar, aku akan ikut mengurus perusahaan ayah," jawab Zahra.

 "Kenzo ada mamah, biar mamah yang menjaganya," sahut Ela.

"Aku percaya sama mamah, tapi di umur Kenzo yang masih kecil, dia sangat membutuhkan seorang ibu, apalagi mengingat ayahnya.." Kata Zahra terpotong.

"Sudahlah, jangan mengingat bajingan itu, papah yang akan menggantikan sosok ayah buat Kenzo," sahut Gunawan.

"Kenzo tidak akan kekurangan kasih sayang, sekalipun dia hidup tanpa sosok aya," ujar Ela tersenyum.

Zahra tersenyum sumringah, kedua orangtuanya benar-benar menerima dirinya dengan anaknya.

Setelah satu jam lamanya, akhirnya mereka sampai di sebuah mansion mewah bergaya eropa itu.

"Selamat datang tuan, nyonya, dan juga pangeran kecil," sapa sang maid tersenyum.

"Bibi Em, aku sangat merindukan bibi," ucap Zahra, langsung memeluknya.

"Saya juga sangat merindukan nona Zahra, lama kita tidak berjumpa," ujar Em.

Em adalah kepala maid di mansion itu, Em sudah dapat kepercayaan dari Gunawan sehingga keputusan seisi rumah Em lah yang mengatur kalo soal dapur.

Em juga sangat dekat dengan Zahra, sedari kecil sampai dewasa.

"Ayo masuk nona, kamar sudah tersedia," ajak Em.

Zahra langsung masuk kedalam mansion itu, sudah lama dia tidak kesana. Semenjak Zahra menikah dengan Roki, Zahra benar-benar menjadi istri yang jarang keluar rumah.

 "Kenzo biar mamah tidurkan, kalo kamu mau jalan-jalan disekitar sini silahkan," kata Ela.

Zahra mengangguk, karena Zahra sudah sangat merindukan suasana tempat itu.

"Pah, aku keluar dulu ya, mau cari angin," kata Zahra.

"Tapi jangan jauh-jauh ya, ingat. Kalo disini itu beda dengan Jakarta," ujar Gunawan.

"Iya pah, aku akan hati-hati," jawab Zahra.

Gunawan langsung memberikan kunci mobilnya, lalu Zahra langsung meninggalkan mansion itu, pergi dengan mobil sang ayah.

"Sudah lama aku tidak balapan," batin Zahra,

"Tapi sekarang, aku harus memikirkan Kenzo, kalo aku kenapa-kenapa, kasian Kenzo."

Zahra melihat-lihat disekeliling sana, dia tidak ada niatan untuk pergi jauh.

 Namun, mobil yang di gunakan Zahra tidak sengaja menabrak mobil seseorang.

"Ups, aku tidak lihat-lihat!" kesal Zahra.

Zahra langsung keluar dari mobilnya, guna akan meminta maaf kepada orang yang mobilnya sudah dia tabrak. Dengan memakai bahasa Italia.

"Sorry, saya tidak sengaja," ucap Zahra,

"Sepertinya aku telah ceroboh, mereka sepertinya segerombolan preman."

  "Hei nona, kalo menjalankan mobil berhati-hati, lihatlah mobil tuan kita tertabrak," ujarnya dengan sangar,

"Anda tidak mungkin bisa menggantikan mobil tuan kami yang sangat mahal ini."

"Sekali lagi saya minta maaf, saya benar-benar tidak sengaja," mohon Zahra.

"Ada apa ini, kenapa terdengar suara keributan?" tanyanya dengan suara yang ketus.

"Mobil anda tertabrak oleh nona ini," jawabnya.

Lalu, dia melihat mobil kesayangannya itu, pria itu sangat kesal.

"Siapa dirimu, kenapa berani-beraninya menabrak mobil kesayangan saya!" bentaknya dengan suara yang dingin dan ketus.

"Maaf tuan, saya tidak sengaja," ucap Zahra lagi.

"Kalo lagi bicara itu tatap mata lawan bicara!" bentaknya lagi.

Zahra mengangkat wajahnya.

"Ya'ampun, wajahnya sangat dingin," batin Zahra takut.

"Sepertinya kamu bukan berasal dari negara ini?" tanyanya.

"Saya dari Indonesia tuan, baru saja pindah ke sini," jawab Zahra, meskipun perasaannya takut. Tapi, Zahra tidak mau terlihat takut.

"Siapa namamu?"

Zahra terdiam, tak menjawab pertanyaan pria asing itu.

"Saya tanya, siapa namamu, dan siapa keluargamu?" tanyanya lagi.

"S-saya.." ucap Zahra gugup,

 "Zahra Mutiara Watson."

Dengan suara yang kecil, Zahra mengatakan siapa namanya.

"Kamu anak perempuan Gunawan Watson?" tanyanya lagi.

"Iya tuan," jawab Zahra aneh, karena pria yang ada di depannya itu kenal dengan sang ayah.

"Pulanglah, jangan terlalu sering keluar sendiri diwaktu sore," ucapnya.

"Baik tuan, terima kasih," kata Zahra.

Zahra langsung membalikan tubuhnya, dia akan kembali ke dalam mobilnya.

"Nama saya Xavier Alveric."

Zahra tak menghiraukan ucapan Xavier, dia langsung meninggalkannya.

"Menarik, kenapa saya baru tahu kalo tuan Gunawan mempunyai anak secantik dia," batin Xavier.

***

 Sore sudah berlalu, dan malam sudah datang. Sehabis mandi, Zahra langsung keluar dari kamarnya, karena ingin menemui keluarganya.

"Mah, Kenzo rewel ngak?" tanya Zahra.

"Tidak sama sekali, Kenzo anak baik. Tidak menyusahkan," jawab Ela.

"Syukurlah, aku takut kalo Kenzo rewel," ujar Zahra,

"Mah, dimana papah?" tanya Zahra.

"Ada di ruangannya," jawab Ela.

"Aku kesana dulu ya mah," ujar Zahra.

Karena melihat Kenzo anteng bermain dengan ibunya, Zahra langsung meninggalkan mereka.

"Pah, lagi sibuk ngak?" tanya Zahra.

"Tidak, ayo masuk," jawab Gunawan.

 "Tadi aku tidak sengaja bertemu dengan seorang pria, tapi mereka kenal dengan papah," ucap Zahra langsung ke intinya saja.

"Siapa itu?" tanya Gunawan.

"Xavier Alveric."

"Kami sempat berkenalan pah," jawab Zahra.

"Xavier!"

"Kenapa kamu bisa bertemu dengan tuan Xavier?" tanya Gunawan.

"Aku tidak sengaja menabrak mobilnya, mau ganti rugi, tapi dia menolaknya, setelah tahu kalo aku anak papah," jawab Zahra.

"Aneh, biasanya tuan Xavier suka bengis kalo berurusan dengan orang asing," batin Gunawan.

"Kenapa papah bengong?" tanya Zahra aneh.

"Xavier itu pembisnis muda yang sangat disegani di negara ini, bahkan di negara lain juga seperti itu," jawab Gunawan.

Setelah mengetahuinya, Zahra hanya mengangguk saja, karena menurutnya tidak penting.

***