NovelToon NovelToon
Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Bukan Kamu Boss...Tapi Barista Berotot Itu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Persahabatan / Romansa / Satu wanita banyak pria
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: whatdhupbaby

Vivian Shining seorang gadis dengan aura female lead yang sangat kuat: cantik, baik, pintar dan super positif. Dia tipe sunny girl yang mudah menyentuh hati semua orang yang melihatnya khusunya pria. Bahkan senyuman dan vibe positif nya mampu menyentuh hati sang bos, Nathanael Adrian CEO muda yang dingin dengan penampilan serta wajah yang melampaui aktor drama korea plus kaya raya. Tapi sayangnya Vivian gak sadar dengan perasaan Nathaniel karena Vivi lebih tertarik dengan Zeke Lewis seorang barista dan pemilik coffee shop yang tak jauh dari apartemen Vivi, mantan atlet rugbi dengan postur badan bak gladiator dan wajah yang menyamai dewa dewa yunani, juga suara dalam menggoda yang bisa bikin kaki Vivi lemas sekita saat memanggil namanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon whatdhupbaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 27 No Boys Allowed

Esoknya, pagi keberangkatan.

"Maaf, Vi. Kalau saja aku gak ada urusan mendadak hari ini, aku pasti bisa mengantar mu ke bandara." ujar Zeke dengan suara berisi penyesalan.

Zeke memang tidak janji akan mengantarkan Vivi dan Mia berangkat ke bandara, namun dia sudah berniat untuk mengantarkan dua sahabat itu. Tapi tiba-tiba ada kabar kalau mantan kapten tim rugby nya menikah, mau tidak mau dia harus datang ke pesta pernikahan teman satu timnya itu.

"Gak apa apa Zeke. Kamu udah terlalu banyak membantu ku." Ucap Vivian tersenyum.

"Tapi aku ingin memastikan kembali semuanya sudah siap."

Vivian hanya diam saat Zeke mulai memeriksa kembali tas kecil berisi paspor, tiket, dan dompet untuk kesekian kalinya. "Obat pusingnya jangan lupa. Vitamin C-nya juga. Jangan minum minuman dingin berlebihan nanti malah sakit tenggorokan," pesannya sambil memasukkan botol air mineral ke tas tangan Vivian.

"Aku bukan anak kecil, Zek," protes Vivian, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan.

"Aku tahu, aku hanya ingin memastikan semua yang kamu perlukan sudah siap." jawab Zeke lembut, menyelipkan hand sanitizer ke kantong samping tas.

Tiba-tiba klakson taksi berbunyi nyaring. Mia menyembulkan kepala dari jendela. "Ayo, Vi! Nanti kita telat!"

Tiba-tiba Zeke menarik Vivian dalam pelukan erat. "Hati-hati di sana. Kalau ada apa-apa, telepon aku. Jangan lupa makan teratur," bisiknya di telinga Vivian.

Vivian hanya bisa mengangguk, wajahnya merah padam dan jantungnya berdebar kencang. Pelukan Zeke terasa hangat dan membuatnya ingin berlama-lama dalam pelukan itu.

Mini-Vivi tiba-tiba muncul di pundak Vivi, berbisik, " Gimana kalau kita batalin saja rencana liburan ini Vi?. Biar kita bisa lama lama peluk Zeke..."

Tapi Mia yang sudah gak sabar untuk liburan "ZEKE! LEPASIN TEMEN GUE! KITA HARUS PERGI!" teriaknya lagi, kali ini sambil membuka pintu taksi.

Zeke akhirnya melepas pelukannya, tangan nya masih diatas bahu Vivi. "Pergilah. Nikmati liburanmu," ucapnya, mata nya tak beranjak dari Vivian.

Kemudian dengan sigap, Zeke mengangkat koper Vivian ke bagasi taksi. "Jaga diri, ya," pesannya sekali lagi pada Vivian yang sudah ada didalam taksi sebelum menutup pintu.

Vivian mengangguk.

Taksi mulai bergerak.

Vivian memandang Zeke melalui kaca belakang. Pria itu masih berdiri di tempat yang sama, tangan terangkat melambai, senyum yang terlalu lembut.

Hingga taksi belok dan sosoknya hilang dari pandangan, Vivian masih menatap ke belakang.

"Capek deh lihat kalian," canda Mia mengguncang bahu Vivian. "Tapi... dia memang spesial, ya?"

Vivian hanya mengangguk, jari nya menyentuh botol air mineral yang masih terasa hangat oleh bekas pegangan Zeke.

________

Sesampainya di bandara.

Mia terlihat seperti sedang memindahkan seluruh isi rumahnya, lima koper besar berjejal di sekitar kakinya, plus sebuah tas tote raksasa yang berisi, " beberapa baju yang bisa aku pakai dalam seminggu" Quote Mia.

Vivian hanya berdiri di sampingnya dengan satu koper dan satu ransel. “Mi, kita cuma pergi tujuh hari, bukan pindah planet,” goda Vivian, mengangkat alis melihat tumpukan koper itu.

“Gak ada yang namanya ‘cuma’ dalam kosakata liburan!” bantah Mia dengan semangat, sambil mencoba menutup koper ketiga yang hampir meledak.

Tiba-tiba, sebuah panggilan...

“Vivian.”

Vivian dan Mia serentak menoleh. Nathanael berdiri di sana, dengan jeans dan kaus hitam sederhana tampak sangat berbeda dengan image bosnya yang biasanya. Di tangannya, ada sebuah koper kecil berwarna abu-abu elegan.

" Nat, kenapa kamu..."

“Maaf, aku tidak bermaksud mengikuti mu...” ucap Nathanael cepat sebelum Vivian sempat menyelesaikan kalimatnya. “Tapi tolong bawa ini. Isinya cuma P3K lengkap, jaket windproof, dan beberapa snack untuk perjalanan.”

Vivian membuka mulut untuk menolak, tapi Nathanael sudah menggeleng.

“Jangan ditolak,” pintanya, suaranya lembut tapi pasti. “Ini untuk kamu. Biar aku tenang di sini.”

Dia menyodorkan koper itu, dan Vivian tanpa sadar menerimanya. Bobotnya tidak berat, tapi terasa berarti.

“Aku gak tahu kamu mudah mabuk perjalanan atau nggak,” tambah Nathanael sedikit ragu. “Ada obatnya di sana, plus air mineral dan permen jahe.”

Mia yang awalnya diam, kini mencubit lengan Vivian, berbisik, “Lihat? Dia bahkan lebih paranoid dari Zeke!”

Mini-Vivi muncul di bahu Vivian, memegang bendera putih. “DIA RELA NGEJAR KITA SAMPAI BANDARA BUAT NGASIH KITA SATU KOPER BEKAL PERJALANAN VI!! KALO BEGINI CARANYA, AKU NYERAH!! MALE LEAD SATU INI EMANG GAK ADA SAINGAN!!."

Vivian akhirnya mengangguk, senyum tipis muncul di bibirnya. “Terima kasih, Nat. Ini... sangat berarti.”

Nathanael hanya mengangguk dengan senyum tipis. " Nikmati liburan mu,Vi." Lalu berbalik pergi tanpa kata-kata lagi.

Tepat saat dia menghilang di kerumunan, ponsel Vivian berdering.

Chat dari Zeke,

ZEKE: “Jangan lupa minum obat mabuk perjalanan setengah jam sebelum naik pesawat. Aku taruh di kantong samping tas ranselmu.”

Vivian memeriksa tasnya dan ternyata benar didalam ada obat mabuk seperti yang di tulis Zeke.

Dia tersenyum,

Sesaat kemudian ponselnya kembali berdering,

Chat dari Nathanael,

Nathanael: " Hati-hati di jalan Vi. Jangan lupa kesehatan mu."

Sementara Mia menggeleng tak percaya.

“Kamu dikelilingi oleh para calon suami yang overly protective, Vi.”

__________

Di dalam pesawat mereka mendapatkan tempat duduk yang sama dengan Vivian yang mendapatkan bagian dipinggir jendela.

Saat pesawat mulai berangkat mata Vivian tak hentinya melihat gedung bandara yang perlahan mulai menjauh dan entah kenapa tiba tiba saja perasaan merindukan akan sesuatu menyusup dadanya.

Pesawat sudah mencapai ketinggian jelajah, tapi Vivian merasa seperti masih terjebak di antara bumi dan langit. Dia menatap jendela, melihat gumpalan awan yang seharusnya menenangkan, tapi justru membuatnya semakin gelisah.

"Mi, aku aneh," bisiknya pada Mia yang sedang asyik memilih film. "Kita baru saja lepas landas, tapi aku sudah ingin pulang."

Mia memalingkan wajah dari layar. "Hah? Kamu mabuk perjalanan? Mau pake obat?"

"Bukan," Vivian menggeleng, tangannya memeluk bantal kecil yang disediakan maskapai. " Aku rindu... padahal belum sampai tujuan. Aku rindu apartemenku, rindu... Zeke, " katanya dalam hati.

Perasaan ini seperti ada kabel yang menariknya kembali ke tanah, ke tempat yang familiar, ke aroma kopi di kafe Zeke, bahkan ke meja kerjanya yang selalu berantakan di kantor.

" Kamu tahu Mia..." Panggilnya mencoba menjelaskan. "Perasaan ketika kamu tahu harus pergi ke tempat baru, bertemu orang baru, padahal yang kamu inginkan hanyalah selimut dan Netflix di rumah."

Mia tertawa. " Aku gak tahu kalau kamu seorang introvert Vi."

Vivian mengangguk, " Iya pas jaman kuliah. Sekarang jauh lebih baik. Tapi aku gak tahu bakal kambuh lagi sekarang."

Vivian membayangkan apartemennya yang kecil namun nyaman.

Aroma kopi dan Zeke yang menemaninya dengan senyumannya yang hangat.

Bahkan Nathanael yang selalu membuatnya canggung dan gugup kini menjadi suatu rutinitas yang familiar baginya, bahkan merindukannya.

Mia menggenggam tangan Vivi erat.

" Apa aku aneh?" Tanyanya lagi pada Mia.

"Tidak," jawab Mia meyakinkan. "Kamu hanya manusia yang mencintai rutinitasnya. Tapi percayalah, nanti saat kita melihat laut Bali, semua kerinduan ini akan terbayar."

Sekali lagi Vivian mengangguk. " Iya. Semoga."

__________

1
Naurila Putri
kereenn lanjutt terussssss kakkk
ethereal: terimakasih kak🙇🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!