NovelToon NovelToon
Antagonist Yang Menghindari Takdir

Antagonist Yang Menghindari Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Obsesi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:12.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aplolyn

Saat tragedi mengambil jiwanya, Syifa menemukan dirinya yang masuk ke dunia novel sebagai seorang antagonis yang secara obsesif mengejar protagonist pria bahkan berencana untuk menghancurkan hubungannya dengan sang kekasih.

Pada akhirnya dia akan mati terbunuh karna alur itu, oleh sebab itu untuk menghindarinya, dia selalu menghindari pria itu.

Namun bagaimana jika tiba-tiba alurnya berubah, pria itu malah memperhatikannya..

"Tidak! ini tidak ada dalam plot!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Pagi berikutnya, kampus terasa sedikit lebih cerah atau mungkin Syifa yang memaksakan diri untuk menganggap semuanya lebih terang dari kenyataannya.

Ia berdiri di depan cermin kamarnya, menarik napas panjang, lalu mengikat rambutnya tinggi-tinggi.

“Aku nggak mau jadi badut lagi,” gumamnya lirih pada bayangannya sendiri.

Tas pemberian Tante Desy yang semalam hampir dia lempar ke kepala Kayden, kini tergeletak di pojok kamar, tidak dia pakai dan tidak mau ia sentuh. Ia memilih tas lainnya, toh banyak juga tas branded yang ada di kamarnya.

Dia merasa agak malu setelah menerima barang dari tante Desy, entah kenapa sekarang hatinya lebih mantap untuk bertindak tegas dalam menolak semua yang berkaitan dengan Kayden

Saat melewati lobi kampus, beberapa teman melambaikan tangan, tapi Syifa hanya tersenyum tipis. Fokusnya satu, masuk kelas, duduk, belajar, dan yang terpenting adalah menghindari Kayden.

Ia melangkah cepat menuju gedung fakultas, namun hatinya mencelos begitu melihat kerumunan mahasiswa depan kelas. Bukan karena kerumunannya.. tapi karena ada satu sosok tinggi bersweater hitam yang berdiri di tengah-tengah mereka.

Kayden.

Tentu saja.

Dia bersandar pada dinding, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana, tatapan matanya gelap seolah sedang menilai semua orang di sekitarnya tidak penting. Rambutnya sedikit berantakan, dan wajahnya setegang malam tadi.

Saat matanya bertemu Syifa dari kejauhan.. alih-alih mengalihkan pandangan seperti orang normal, Kayden justru menegakkan tubuhnya.

Seolah menunggu.

Seolah sengaja.

Syifa langsung memutar balik.

Tapi baru lima langkah, suara datar dan dingin itu memotong udara.

“Syifa.”

Langkah Syifa berhenti. Bukan karena ingin, tapi karena beberapa mahasiswa sudah menoleh dan mulai bisik-bisik.

“Syifa, kamu dipanggil Kayden tuh.”

“Eh, mereka baikan?”

“Atau berantem lagi?”

Syifa menghirup napas panjang, menguatkan diri, lalu membalikkan badan.

“Ada apa?” tanyanya, singkat dan dingin. Tidak menunduk. Tidak gugup.

Kayden tampak terkejut sepersekian detik karena Syifa tidak menunjukkan sikap panik atau canggung seperti semalam.

Ia melangkah mendekat mencoba mengamatnua.

“Kenapa kamu nggak bawa tas yang mama..”

“Stop.”

Mata Kayden menyipit.

Syifa mengangkat tangan, menghentikan tanpa ragu.

“Aku nggak mau bahas tas itu. Dan aku nggak mau bahas apa pun yang bukan urusan kuliah.”

Kalimat itu membuat suasana sekitar langsung senyap. Beberapa mahasiswa pura-pura sibuk dengan ponsel, tapi jelas memperhatikan drama ini.

Kayden menatapnya lama.

“Jadi kamu ngelakuin ini sekarang?” suaranya rendah. “Sikap.m sok tegasmu ini.”

“Terserah kamu mau nyebut apa.” Syifa merapikan tali tasnya. “Tapi aku sudah mutusin satu hal. Aku nggak mau terlibat masalah sama kamu lagi. Jadi, kalau nggak penting, jangan ajak aku bicara.”

Kayden tidak menanggapi langsung. Ia memiringkan kepala sedikit, seperti sedang menganalisis makhluk aneh yang baru ditemukan.

“Ini bukan kamu.”

“Bagus,” jawab Syifa cepat. “Berarti aku berhasil berubah.”

Beberapa mahasiswa berbisik kagum mendengar keberaniannya.

Kayden mendekat satu langkah.

Syifa menegakkan punggung, tidak mundur.

“Kamu pikir dengan sikap begini kamu bisa ngilangin masalah?” Suara Kayden pelan, tapi dingin. “Kamu tetap bikin orang peduli dan ikut kebawa dramamu.”

Syifa mencibir. “Peduli? Kayden, kamu bahkan semalam bilang nggak punya waktu buat drama. Jadi kita sepakati saja: aku bukan dramamu.”

Rahang Kayden mengencang.

Namun sebelum ia sempat menjawab, dosen datang dan mahasiswa langsung berhamburan masuk kelas.

Syifa segera melangkah cepat ke dalam, memilih kursi paling pojok dekat jendela.

Ia berharap Kayden duduk jauh.

Tapi tentu saja dunia tidak pernah semurah itu.

Kayden masuk, berjalan tanpa menoleh atau peduli pada tatapan mahasiswa lain, dan.. duduk tepat di sebelah Syifa.

Syifa menegang. “Di kelas ini banyak kursi lain.”

“Tapi aku pilih yang ini.” Nada Kayden santai tapi bernada tantangan. “Ada masalah?”

“Ya. Ada.”

“Bagus.” Kayden membuka laptopnya. “Aku juga.”

Syifa memutar bola mata. “Aku duduk di sini duluan.”

“Terlambat,” balas Kayden tanpa menatap. “Aku nggak pindah.”

Syifa membuang napas kasar.

Saat dosen mulai menjelaskan materi, Syifa berusaha fokus, mencatat cepat, tidak ingin terganggu oleh aroma parfum Kayden yang entah kenapa hari ini lebih menyebalkan daripada biasanya.

Namun saat ia sedang menulis, Kayden tiba-tiba berbisik lirih:

“Kamu benar-benar udah gak tertarik sama aku?”

Syifa mengetuk meja dengan bolpoin tanpa menoleh. “Kayden, aku lagi belajar.”

“Jawab.”

“Enggak.”

“Syifa.”

Nada itu membuat Syifa memutuskan untuk menatapnya. Tatapannya tajam.

“Apa?”

Kayden balas menatap, rahangnya tegang.

Syifa hampir tertawa karena kesal.

“Kamu udah denger berulang kali, masa aku harus bilang lagi?!,” jawabnya pelan tapi tegas. “Aku udah gak tertarik sama kamu!.”

Kayden membeku.

Beberapa mahasiswa di depan sempat menoleh, karna meskipun Syifa melanjutkan dengan suara rendah, tapi jelas masih terdengar oleh beberapa orang.

“Kamu udah bukan satelitku lagi, Kayden.”

Kayden menahan napas, seakan itu adalah pertama kalinya dia mendengar itu dari Syifa.

Kayden menutup laptopnya pelan, menatap Syifa lama, lebih lama dari yang seharusnya.

Tatapannya bukan marah, lebih seperti bingung dan sedikit penasaran.

'Ini malah jadi makin menarik Syifa..'p

1
aria
lanjut
Lynn_: ditunggu ya kak🙏
total 1 replies
Rohimah
cweknya planga plongo Bae,, g bisa tegas gtu,,
Lynn_: maklum kak, baru jadi orang kaya, gampang tergiur, padahal ada uang di atm tapi kok dia gak kepikiran beli sendiri di luar negeri, sekalian jalan-jalan kan ya?, btw makasih sudah mampir dan komen ya kak🙏😇☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!