NovelToon NovelToon
Milikku Selamanya

Milikku Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / CEO Amnesia
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: erma _roviko

Bukan pernikahan kontrak! Satu atap selama 3 tahun hidup bagai orang asing.

Ya, Aluna sepi dan hampa, mencoba melepaskan pernikahan itu. Tapi, ketika sidang cerai, tiba-tiba Erick kecelakaan dan mengalami amnesia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menghapus bukti pernikahan dingin

Pukul sebelas malam, udara di luar rumah sakit terasa dingin dan lembap. 

Aluna telah meyakinkan dokter Bayu dengan suara datar dan logis, sebuah topeng yang baru diciptakan, bahwa ia perlu pulang sebentar untuk mengambil pakaian bersih dan dokumen penting untuk masa rawat inap yang panjang.

Dia harus membereskan TKP emosional mereka, Wijaya Mansion sebelum Erick sadar sepenuhnya.

Mansion itu kini bukan lagi rumah. Rumah sudah lama mati di antara dinding-dinding marmer ini. Kini, ia adalah museum dari kebohongan yang harus dipertahankan. 

Setiap sudut yang dingin, setiap perabotan minimalis modern, setiap kalender dengan jadwal bisnis yang padat, adalah bukti nyata yang mengancam realitas tahun 2015 yang kini harus Erick yakini.

Aluna mengemudi kembali, membiarkan gerbang tinggi Mansion terbuka dengan suara gemerisik rantai yang terasa seperti desahan. Ia masuk menggunakan kunci lama, dan Mansion itu menyambutnya dengan keheningan yang tebal. 

Namun, malam ini, keheningan itu terasa konspiratif, seolah dinding-dinding itu tahu rahasia yang harus ia sembunyikan.

Langkah kakinya menggema di lantai, membawa rasa sakit yang asing. Ia menuju tujuan pertamanya, harus menemukan surat cerai yang ia tinggalkan, pemicu utama semua kekacauan ini.

“Tentu saja,” gumam Aluna. “Mereka tidak akan meninggalkan dokumen sepeka itu.”

Aluna mulai mencari. Ia membuka laci-laci arsip yang terkunci dengan sistem kode, mencoba kombinasi yang sama yang Erick gunakan untuk koper perjalanannya. 

Di laci kedua, ia menemukan map yang ia tinggalkan,  sekarang diselipkan dengan rapi di antara laporan keuangan bulanan yang di-stapler.

Jantungnya berdebar kencang. Ia menarik map itu. Di sana, tertulis tanda tangannya yang tegas di bagian tergugat, permintaan pemisahan yang kini terasa begitu sia-sia dan konyol.

Aluna menatapnya sejenak, membiarkan mata dingin Erick dari kertas itu menatapnya kembali. 

“Kau tidak akan melihat ini,” monolognya, merobeknya. 

Sobekan pertama, lalu kedua, ketiga, hingga surat resmi itu menjadi tumpukan serpihan kecil tak berarti. Itu terasa seperti ritual yang tertunda, pembebasan yang akhirnya ia lakukan, tetapi dengan harga yang salah.

Pemisahan fisik surat cerai hanyalah permulaan. Aluna melanjutkan misinya, ia harus menghapus setiap jejak yang mengarah pada Erick Wijaya yang dingin dan Aluna yang tersakiti.

Ia berjalan ke kamar utama mereka, yang selama ini ia hindari. Di balik lipatan pakaian yang sudah ia kemasi, ia mengambil sepasang tiket pesawat. Tiket sekali jalan ke Eropa, jalur pelariannya, simbol kemerdekaannya.

Aluna berjalan ke kamar mandi, menyalakan keran, dan menempelkan tiket itu ke wastafel porselen dingin. Ia menyalakan korek gas kecil dan membakar tiket itu. Ia melihat kertas glossy itu mengeriting, melepaskan asap tipis yang berbau manis, dan berubah menjadi abu kelabu.

“Selamat tinggal, kebebasan.”

Kebebasannya kini telah menjadi asap yang perlahan tersedot ke lubang pembuangan.

Selanjutnya, ia mengambil ponsel lamanya, ponsel yang ia gunakan untuk komunikasi dengan Erick yang dingin. Ia harus menghapus bukti paling menyakitkan, komunikasi mereka dari tahun-tahun terakhir. Ia membuka folder SMS.

Ia melihat ratusan teks yang menjadi kronik kematian pernikahan mereka.

‘[Aku pulang larut. Jangan tunggu aku.]’

‘[Aku di Tokyo. Jangan ganggu.]’

‘[Ini bukan drama, Aluna. Berhentilah bersikap sensitif.]’

Setiap pesan adalah tusukan. Aluna menghapus semuanya, satu per satu. Ini adalah ritual pemakaman bagi rasa sakitnya sendiri. Ia harus membunuh Aluna yang tersakiti agar Aluna yang penuh harapan versi 2015.

Setelah selesai, ia kembali ke ruang jerja. Ia harus memastikan area keyboard benar-benar bersih. Ia menyalakan lampu meja yang menyorot meja kaca. Ia menggeser laptop Erick, membersihkan debu di meja kaca, mencari secarik kertas, pena, atau apa pun yang bisa mengingatkan Erick pada pekerjaan obsesifnya yang mengabaikan Aluna.

Aluna memindahkan bantalan mouse kulit dan membersihkan area di bawah keyboard laptop yang besar. Tangannya menyentuh sesuatu yang kasar, tersembunyi, terselip di antara lekukan meja dan alas mouse.

Itu adalah sebuah catatan kecil, dilipat dua, sedikit kusut, ditulis dengan tulisan tangan Erick yang khas dan miring, tulisan yang ia kenal dari kartu ucapan mereka, bukan dari email bisnis yang dingin. 

Catatan itu pasti jatuh dari map atau diselipkan di bawahnya oleh Erick sendiri, tepat sebelum ia bergegas meninggalkan tempat itu.

Aluna membukanya dengan jari-jari gemetar.

Di atasnya, hanya ada tiga kata, ditulis dengan cepat, terburu-buru, seolah di tengah kekacauan pikiran.

‘Tunggu aku, Aluna.’

Tubuh Aluna membeku. Nafasnya tercekat. Jantungnya berhenti berdetak, lalu mulai berdenyut lagi dengan liar, memompa darah ke telinganya. Ia membaca ulang, dan lagi.

Air mata yang ia tahan sejak meninggalkan rumah sakit kini tumpah, panas dan membakar. Ini bukan pesan yang dingin. Ini bukan pesan yang dikirim oleh CEO yang ingin mengontrol narasi perceraian.

Ini adalah pesan yang dikirim oleh seorang pria yang sedang panik, yang menyadari ia mungkin akan kehilangan segalanya, dan yang bergegas pulang untuk mencegahnya. 

Tunggu aku adalah sebuah permohonan. Itu adalah pengakuan bahwa ia perlu waktu untuk memperbaiki keadaan, atau setidaknya, untuk bicara secara jujur sebelum semua diputuskan oleh pengacara.

Aluna jatuh terduduk di kursi kulit Erick, menggenggam catatan itu hingga kusut. Realitas menghantamnya dengan kekuatan tabrakan mobil itu sendiri.

“Dia bahkan menulisnya!” lirih Aluna, bukan hanya suara via telepon, juga catatan kecil yang disembunyikan. 

Dia tidak datang untuk menghukumnya atau menyetujui perceraiannya dengan tenang. Dia datang untuk berjuang.

‘Kita akan akhiri semua ini,’ kata Erick di telepon sebelum kecelakaan itu. 

Aluna berasumsi dia bermaksud mengakhiri pernikahan. Sekarang, Aluna menyadari, dia mungkin bermaksud mengakhiri penderitaan mereka, mengakhiri keheningan di antara mereka, mengakhiri status  yang menyakitkan.

Erick telah melihat surat cerai itu. Dia tahu Aluna sudah pergi. 

Dan dia, Erick Wijaya yang dingin, ternyata bergegas, mengesampingkan jadwalnya, mengesampingkan pride-nya, untuk berteriak Tunggu! sebelum terlambat.

Dan di tengah tergesa-gesa itu, di tengah dorongan emosional yang langka itu, dorongan emosional pertama yang tulus dalam bertahun-tahun, ia mengalami kecelakaan.

Aluna merasakan beban kebersalahan yang mengerikan. Kecelakaan itu, amnesia itu, semua itu adalah konsekuensi langsung dari tindakan berani yang ia ambil di pagi hari. 

Ia meremas catatan itu ke dadanya, menangis bukan untuk pernikahan yang gagal, tetapi untuk kesempatan yang hilang, untuk kata-kata yang tidak akan pernah diucapkan.

“Kenapa kau tidak bilang!” erangnya ke dalam keheningan ruangan. 

“Kenapa kau harus menunda begitu lama!”

Aluna bangkit. Ia mengambil catatan kusut itu dan memasukkannya ke dalam saku tersembunyi pada jaketnya. Meskipun ia harus menghapus semua bukti masa lalu, catatan ini adalah satu-satunya bukti yang ia butuhkan, Erick yang ia cintai masih ada di suatu tempat, dan ia sedang dalam perjalanan pulang.

“Ya, aku sudah menunggu. Tapi sekarang, kau harus berjuang untukku.”

Misi selesai. 

Aluna mematikan lampu, meninggalkan Mansion, dan kembali ke rumah sakit, siap memainkan peran barunya. 

Wanita yang menunggu, yang tidak pernah terluka, yang tak pernah ditinggalkan.

1
kalea rizuky
lanjut donk
erma _roviko: Siap👍
total 1 replies
kalea rizuky
Aluna pura2 bahagia g enak mending jujur trs cerai biar aja erik gila sebel q liat laki. gt
Soraya
hadiah pertama dari q lanjut thor
erma _roviko: siap😍😍
total 1 replies
Soraya
mampir thor
erma _roviko: Makasih kak😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!