NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menunggu Kanaya Pulang

*****

" Bunda?" Gumam Shafa bertanya.

"Bunda siapa?" Tanya Zeyden ikutan heran.

" Ini tas pasien mama yang di ICU. Mungkin orang sekitar nya sedang mencari nya." Jawab Shafa kembali memasukkan ponsel Kanaya ke dalam tas.

" Tapi itu kan tulisan nya BUNDA, ibu nya kali, ma."

" Dia sudah tidak punya ibu. Mungkin ini teman atau ibu teman nya. Ah... Sudah lah. Biar saja." Jawab Shafa acuh.

" Apa tidak sebaik nya mama angkat saja? Katakan jika yang mereka hubungi sedang di rawat di rumah sakit." Usul Zeyden.

Shafa menatap Zeyden. Ide Zeyden ada benar nya juga. Orang yang menghubungi Kanaya pasti mengenal nya dengan baik. Mungkin mereka harus tahu keadaan Kanaya sekarang agar mereka tidak khawatir.

" Besok saja jika belum sadar juga. Kita tidak tahu kan, mungkin dia merahasiakan sakit nya dari orang di sekitar nya. " Jawab Shafa.

Zeyden mengangguk mengerti.

" Bosen nungguin mama?"

" Sangat bosan, ma."

" Kenapa tidak keliling rumah sakit saja. Ini itu rumah sakit keluarga kita. Tapi kamu nggak pernah tuh mama lihat keliling lihat - lihat rumah sakit. Oh ya... Ada dokter gigi baru baru. Lukisan luar negeri. Cantik, mama suka."

Shafa tersenyum dengan sedikit seringai menggoda, memandang putra yang selama ini terperangkap dalam kesendirian yang kelam.

Senyumnya yang memikat itu seakan-akan berusaha melumerkan dinding es yang membeku di sekitar hati sang putra yang dingin dan terisolasi.

" Mau di apain?" Tanya Zeyden santai.

Shafa mendesah pelan dan duduk di depan Zeyden.

" Mau di apain? Ya di ajak kenalan lah, sayang. Ajak ngobrol, minta nomor hp nya, ajak jalan, jadian, terus jadi menantu mama deh." Jawab Shafa menjelaskan sesuatu yang harus nya tidak lagi dia ajar kan ada Zeyden.

" Mama suka sama dokter gigi itu?" Tanya Zeyden.

" Suka." Jawab Shafa singkat.

" Kalau begitu harus nya mama punya dua anak laki - laki. Biar yang satu bisa mama jodohkan sama dokter gigi itu."

" Kalau nggak mau sama dokter gigi, kamu mau nya sama dokter spesialis apa? Banyak loh dokter baru yang masih single di sini." Tanya Shafa lagi.

" Nggak mau sama dokter, ma." Jawab Zeyden dengan tenang.

Shafa melemparkan tawa kecil, suaranya terdengar lembut namun sarat kecemasan. Matanya menyaksikan Zeyden dengan raut yang bercampur harapan dan rasa takut.

"Kamu ini, selalu saja membuat mama khawatir kalau bicara tentang jodoh."

Napasnya sedikit tercekat, seakan kalimat selanjutnya begitu berat untuk diucapkan. Menggeleng perlahan, dia mencoba menyembunyikan kekecewaan yang mulai membara di dadanya, kekecewaan bahwa sang putra tercinta mungkin tidak akan pernah membuka hatinya untuk percintaan.

" Zey, mama sama papa ini bakal semakin tua. Umur kamu juga sudah cocok kok untuk menikah? Perempuan seperti apa yang akan kamu pilih untuk mendampingi kamu? Jangan terlalu banyak pilihan. Yang sesuai dengan kriteria kamu tidak akan ada. Teman - teman mama saja, ada yang sudah punya cucu banyak loh, Zey. Mana cucu nya udah besar - besar lagi. Sudah pada sekolah. Lah... Mama. Anak mama masih betah ngejomblo." Tanya Shafa panjang lebar.

" Ma, bisa nggak sih nggak usah bicara soal itu.

Perempuan itu ribet, ma. Yang ada malah bikin pusing." Rengek Zeyden menatap Shafa yang sibuk dengan kertas - kertas nya.

" Sok tahu kamu. Kayak pernah dekat sama perempuan saja."

" Ya tahu lah. Mama ingat kan sama cewek yang aku tabrak?"

Shafa mengangguk tanda dia mengingat nya.

" Ingat. Apa kenapa dia?"

" Tuh dia, cewek paling aneh yang pernah Zey temuin. Orang nya cuek... Keras kepala. Aneh deh pokok nya."

" Aneh gimana? Memang dia bisa berubah?"

" Bayangin aja nih ya, ma. Setelah malam itu, besok nya Zey datangin tuh rumah nya. Mau lihat keadaan kaki nya. Sudah mendingan apa belum. Dan malam itu Zey lihat kaki nya masih berdarah. Berarti belum sembuh kan?"

Shafa hanya mengangguk - angguk mendengar kan cerita sang putra.

" Tapi waktu Zey ajak ke rumah sakit, dia malah nggak mau. Malah bilang Zey nggak boleh dekat - dekat sama dia. Aneh kan, ma? Gila tuh cewek." Tambah Zayden lagi.

" Yang gila itu kamu. Anak orang kok mau di sosor aja. Ya nggak mau lah dia." Celetuk Shafa.

" Kalau sama cewek itu, kamu harus bisa tenang, lembut, bicara yang sopan. Ajak dia ngobrol, kenalan, buat dia nyaman dekat sama kamu. Bukan main dekat - dekat gitu aja, Nak. Semua ada proses nya."

" Tapi dia boleh tuh dekat - dekat sama cowok lain Zey lihat kemarin. Dia oke - oke aja kelihatan nya." Protes Zeyden kesal.

"Terserah dia lah. Kenapa jadi kamu yang sewot?"

" Bukan sewot, ma. Kesal aja gitu."

Shafa meletakkan pulpen nya dan menatap sang putra sambil nyengir. Menunjuk wajah anak nya itu dengan ujung pulpen nya.

" Kamu cemburu ya? Kamu suka ya sama cewek itu?" Tebak Shafa seraya nyengir yang lebar.

" Ya nggak lah, ma. Kenal aja nggak." Bantah Zeyden dengan gugup.

" Bisa aja. Suka sama pandangan pertama. Pasti anak nya cantik, kalau nggak mana mungkin bisa bikin anak Amma kesal begini." Goda Shafa lagi.

Zeyden hanya diam. Tak lagi menanggapi ucapan mama nya. Yang ada sang mama akan semakin meledek nya karena sudah cemburu.

Namun, dalam sekejap, wajah Kanaya terlintas begitu jelas dalam pikirannya, momen itu saat Kanaya dengan dingin menolak saat Zeyden ingin mendekat melihat kaki nya yang berdarah.

Zeyden diam membiarkan rasa kesal dan penasaran menggantung nyata di udara yang dingin.

" Kita pulang yuk." Ajak Shafa yang lebih dulu bangkit dari duduk nya.

" Memang nya mama sudah boleh pulang?" Tanya Zeyden.

" Sudah. Pasien mama sudah melewati masa kritis nya. Jadi udah bisa mama tinggal. Tinggal menunggu besok saja. Insha Allah dia segera sadar." Jawab Shafa.

Ibu dan anak itu pun keluar dari ruang praktek sang mama.

Dengan langkah ringan yang mencerminkan ketenangan, mereka berdua melewati ruang ICU yang dijaga oleh beberapa suster yang sibuk.

Namun, ruangan itu seperti memiliki magnet yang tak terlihat, menarik perhatian Zeyden. Hingga akhirnya, ia menoleh, matanya menangkap sesuatu yang mungkin terlewatkan sebelum ia mengambil langkah lebih jauh menjauh dari ruangan itu.

*

*

*

" Diaman kamu, Naya? Sudah tengah malam begini kenapa kamu belum pulang juga?" Gumam Fatma yang masih terjaga sambil menunggu pintu kamar nya terbuka dan menampakkan sosok Kanaya yang pulang.

Panggilan yang dia lakukan pun tak kunjung di jawab. Rasa khawatir semakin menggerogoti pikiran nya. Dia tidak bisa tenang sampai dia mendapatkan kabar dari Kanaya. Dia yangulai khawatir akan keadaan Kanaya di luar sana.

1
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!