OM DUDA, NIKAH YUK!

Semua gerak-gerik keluarganya Dika sudah diawasi oleh Ragil dan anak buahnya. Dari Gania, Ridwan, Ines, Clara mau pun Rona.

Sebetulnya target pertama Ragil adalah Gania. Tapi ya meleset malah Ines yang naik mobilnya Gania.

Namun walau begitu Ragil tetap merasa puas sebab memang mereka semua akan merasakan akibatnya satu persatu entah cepat atau lambat.

Seperti sekarang target Ragil selanjutnya adalah Rona. Dan sudah sejak lama Rona bersama Clara selalu diawasi oleh Ragil untuk mengetahui apa saja kegiatan mereka.

Rona yang saat ini terlihat pergi untuk membeli sebuah rumah seperti menjadi kesempatan bagus bagi anak buah Ragil untuk melancarkan aksinya supaya tidak ketahuan. Dan telepon penting yang katanya untuk sales marketingnya semua itu sudah disetting oleh mereka semua supaya Rona sendirian.

Entah ide dari mana, namun tiba-tiba anak buah Ragil menyamar menjadi hantu dengan pakaian serba putih yang mereka ambil dari seprai ranjang yang ada di situ.

Semuanya serba mendadak tanpa ada persiapan sama sekali namun berhasil.

Mereka tersenyum puas waktu melihat sendiri Rona jatuh dari lantai atas sampai ke lantai bawah menggelinding seperti bola dari atas tangga.

"Aaaaaa .... " suara teriakan keras dari salah sat staf marketing yang tidak sengaja melihat Rona.

Karena suara teriakan itu semua orang langsung mendekati Rona dan segera membawanya ke rumah sakit terdekat.

Sedangkan anak buah Ragil langsung pergi dari situ lalu menghubungi Arfan.

Arfan yang mendapat laporan dari sang anak buah langsung melaporkannya kepada Ragil yang saat ini terlihat sedang bersantai di dalam kamarnya.

"Iya ... " ucap Ragil sambil berjalan kearah pintu.

Di saat sudah dibuka pintu kamarnya Ragil langsung melihat Arfan. "Ada apa?" tanyanya.

"Tuan. Sekarang berhasil lagi. Rona jatuh dari atas tangga dan kondisinya terlihat cukup mengenaskan." Lapor Arfan membuat Ragil tersenyum senang.

"Bagus."

"Suruh mereka mengawasi di rumah sakit untuk mengetahui bagaimana kondisinya," perintah Ragil.

Arfan menganggukkan kepalanya. "Baik, Tuan."

Arfan lalu berpamitan pergi untuk memberi perintah selanjutkan kepada anak buahnya.

Sedangkan Ragil langsung duduk di sofa kamarnya untuk menikmati wine kesukaannya sambil merayakan keberhasilannya.

Sehari dua rencana terlaksana semua dan dua-duanya berhasil. Ragil tersenyum puas sambil menenggak wine miliknya.

Clara terlihat berlari tergesa-gesa di dalam lorong rumah sakit untuk segera melihat kondisi sang mama.

Tadi Clara yang sedang ingin pergi tiba-tiba mendapat sebuah telepon dari kantor pemasaran jika sang mama baru saja jatuh di tangga atas sampai ke bawah.

Di situ Clara langsung panik dan segera menuju ke rumah sakit yang disebutkan.

Clara yang sudah sampai di depan ruang pemeriksaan sang mama langsung berdiam diri sangat khawatir menunggu hasilnya.

"Papa ... "

"Aku harus menghubungi Papa," ucapnya.

Dengan tangan gemetar Clara langsung menghubungi Dika yang saat ini sedang berduka sambil menemui para pelayat yang masih berdatangan ke rumahnya.

Mendengar ponselnya berdering, Dika pamit sebentar kepada semua orang untuk mengangkatnya. Apalagi yang telepon adalah Clara.

"Ada apa, Clara?" tanya Dika.

"Pa."

"Cepetan datang ke sini. Mama baru saja jatuh dari tangga," kata Clara.

"Apa?" Dika sangat terkejut sekali.

"Mama sedang diperiksa sama dokter, Pa."

"Pa, cepatlah datang ke sini, Pa."

"Clara takut mama kenapa-kenapa," Clara sudah menangis bersedih.

"Papa belum bisa pulang ke sana, Clara."

"Pekerjaan Papa di sini masih sangat banyak sekali."

"Satu minggu lagi Papa baru bisa pulang. Kamu jagain dulu mama ya," kata Dika berbohong kepada sang putri.

Clara semakin menangis mendengar jawab dari sang papa. "Iya baiklah," pasrah Clara lalu dia mematikan sambungan teleponnya.

Dika merasa semakin stres sebab semua keluarganya ditimpa masalah secara bersamaan. Dan lucunya hanya Rona saja yang mengetahui jika Dika sudah punya keluarga, Clara tidak tahu jika sang papa yang sangat dia sayangi ternyata cuma menikah siri dengan mamanya.

Setelah menunggu sekitar dua jam lamanya, Clara akhirnya mendapat kabar dari dokter jika sang mama harus melakukan operasi sebab ada pembekuan darah yang bisa menekan otak. Jika tidak segera dilakukan tindakan akan berakibat fatal.

"Lakukanlah, Dokter," jawab Clara.

Clara sendirian. Dia anak tunggal, tiada papa dan saudara yang menemaninya.

Clara kesepian menghadapi suasana mencekam di rumah sakit sambil menunggu operasi sang mama selesai dilakukan.

Setelah beberapa jam kemudian akhirnya operasi yang dijalani oleh Rona selesai juga dan saat ini sudah dipindahkan ke ruang rawat inap biasanya.

Perasaan Clara sangat hancur dan juga syok sekali. Sebab cedera kepala traumatis yang dialami oleh sang mama termasuk cedera kepala yang berat dan menyebabkannya kelumpuhan.

"Mama ... " lirihnya sambil menangis dan menggenggam tangan sang mama.

Sedangkan Ragil? Dia semakin happy karena semua rencananya berjalan lancar dan Rona lumpuh sesuai harapan.

Semesta seperti berpihak kepada Ragil. Dan Ragil sangat suka itu.

Ragil ingin melihat apakah Dika masih bertahan dengan Rona di saat dia sudah lumpuh atau justru masih bersamanya dan merawatnya.

"Kasihan kamu Gania jika Dika masih peduli dan merawat selingkuhannya," gumam Ragil menikmati kesuksesannya.

Bersambung ...

Note : Sebenarnya tidak ada orang jahat. Hanya orang baik yang terus-terusan tersakiti yang membuatnya menjadi jahat.

"Tapi Thor, kalau sejak kecil sudah mempunyai jiwa psikop4t apa dong namanya?"

"Itu namanya untuk menuh-menuhin neraka saja. Wkwkwkw, bercanda."