NovelToon NovelToon
Under The Same Sky

Under The Same Sky

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Playboy / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Model / Mantan / Orang Disabilitas
Popularitas:673
Nilai: 5
Nama Author: CHRESTEA

Luna punya segalanya, lalu kehilangan semuanya.
Orion punya segalanya, sampai hidup merenggutnya.

Mereka bertemu di saat terburuk,
tapi mungkin… itu cara semesta memberi harapan baru..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHRESTEA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamu tak di undang

Pagi ini Luna sibuk menata perlengkapan terapi di meja kecil. Hari ini entah kenapa ia tampak lebih ceria.

“Kenapa senyum-senyum sendiri?” suara Damian mengejutkannya.

“Enggak, Kak. Cuma senang lihat cuacanya bagus,” jawab Luna cepat, sedikit gugup.

Damian tertawa kecil. “Atau karena pasien kamu makin nurut?”

“Pasien?” Luna pura-pura bingung.

“Yang kamu panggil Rion itu,” balas Damian dengan nada menggoda.

Pipi Luna memanas, tapi ia berusaha tetap santai.

“Aku cuma manggil biar suasana enggak kaku.”

Damian tersenyum samar. “Tapi kadang, dari cara seseorang memanggil nama, kita bisa tahu seberapa besar dia mulai peduli.”

Luna tidak menjawab. Dia tahu Damian tidak salah.

"Sudah kak, jangan bahas lagi. Oh iya, tadi aku titipkan bekal untuk kakak di meja ruangan kakak."

"Okay makasih ya. Maaf tadi pagi buru-buru jadi gak sempat sarapan."

"Gppa kok kak."

Di ruang sebelah, Orion sudah bersiap di kursi rodanya. Saat Luna masuk, dia menatap sebentar. “Pagi.”

“Pagi juga,” jawab Luna ceria. “Hari ini kita coba latihan jalan di luar ruangan, ya?”

“Di luar?” Orion menaikkan alis. “Aku belum siap dilihat orang.”

“Enggak banyak orang. Cuma taman belakang. Udara pagi bagus buat pikiran juga.”

Nada suaranya lembut, tapi punya keyakinan yang anehnya membuat Orion sulit menolak.

“Baiklah,” katanya akhirnya.

Taman rumah sakit masih sepi. Hanya ada beberapa pasien lain yang duduk di bangku jauh.

Luna berjalan di sisi Orion yang perlahan mendorong kursi rodanya.

Langit biru terbentang luas, udara pagi membawa aroma tanah basah.

“Sudah lama kamu nggak keluar?” tanya Luna pelan.

“Lima bulan,” jawab Orion singkat.

“Pantas kamu terlihat kaku. Coba hirup udara ini.” Luna menutup mata sejenak, mengangkat wajahnya ke arah matahari.

Orion memperhatikannya diam-diam.

Rambutnya diterpa angin, senyumnya terlihat jujur. Ada sesuatu yang terasa berbeda di dadanya hangat, tapi menyesakkan.

Luna membuka mata, menangkap tatapannya. “Kenapa?”

“Enggak,” jawab Orion cepat, mengalihkan pandangan. “Kamu cerewet banget pagi ini.”

“Cerewet itu tanda orang bahagia.”

“Kalau gitu kamu terlalu bahagia.”

“Bagus dong. Biar bisa nular ke kamu.”

Luna tertawa kecil. Orion menunduk sedikit, menahan senyum yang nyaris muncul.

dia tidak ingin mengakuinya, tapi hari itu untuk pertama kalinya. Dia menikmati keluar ruangan.

____

Beberapa jam kemudian, di kantor pusat perusahaan Ethereal Group, Selene berdiri di depan cermin, menatap pantulannya.

Setelan krem muda membingkai tubuhnya dengan sempurna. Di meja, tiket pesawat dan undangan acara perlombaan balap motor, sudah siap.

Asistennya berbicara dengan nada hati-hati,

“Miss, Anda yakin mau ke New York sendiri?”

Selene tersenyum tipis. “Aku cuma ingin melihat sesuatu dengan mataku sendiri.”

Ia menatap tiket itu sekali lagi.

“Kita lihat sejauh mana dia berubah tanpa aku.”

____

Sementara itu, Luna dan Damian berjalan di lorong menuju kantin. Luna membawa dua kotak makan,satu di tangannya, satu di tas.

“Kamu beneran masakin lagi buat dia?” tanya Damian heran.

Luna mengangguk. “Iya. Katanya dia benci makanan rumah sakit, jadi aku pikir kenapa enggak sekalian aku bawain.”

“Berani juga kamu,” gumam Damian pelan, tapi senyum di wajahnya tak bisa disembunyikan.

Dia tahu Luna bukan hanya berani, dia mulai peduli.

____

Malamnya, Orion duduk depan jedela kamar rehabilitasinya. Di pangkuannya, ada kotak bekal yang dibawa Luna. Dia membuka perlahan.

Nasi, sayur tumis, dan ayam goreng hangat.

Ada catatan kecil di atasnya:

“Jangan marah-marah hari ini. Kalau capek, istirahat. Dunia nggak akan berhenti cuma karena kamu berhenti sebentar.” – L”

Orion membaca tulisan itu berkali-kali.

Entah kenapa, dada terasa aneh campuran antara hangat dan sesak.

Dia menggenggam kertas itu lama, sebelum akhirnya berbisik pelan.

“Kamu benar-benar aneh, Luna Carter.”

Malam itu Orion kembali menghabiskan masakan Luna. Hanya beberapa minggu, tapi dia mulai terbiasa dengan gadis itu. Mulai dari suaranya, senyumnya, tingkah lakunya, dan sekarang makanannya.

____

Keesokan paginya, di lobi rumah sakit, suasana ramai oleh kehadiran tamu istimewa. Petugas resepsionis tampak sibuk. Damian yang baru datang menatap kaget melihat iring-iringan mobil hitam berhenti di depan.

“Siapa itu?” tanya salah satu perawat.

“Entahlah,” jawab Damian, tapi langkahnya refleks mendekat.

Dari dalam mobil, seseorang keluar dengan langkah anggun dan dingin. Kacamata hitam menutupi matanya, rambutnya tersisir rapi. Tapi, Damian bisa dengan sangat jelas mengenali siapa orang itu,

Selene.

Dia berjalan lurus ke meja resepsionis.

“Aku ingin bertemu dengan pasien atas nama Orion Delvano,” katanya dengan nada datar.

Seluruh ruangan mendadak hening.

Damian langsung menghampiri. “Miss Selene… Anda—”

Selene menatapnya singkat, senyum tipis muncul di bibirnya.

“Sudah lama, Dokter Damian.”

Damian menatapnya tegang. “Kenapa datang tanpa pemberitahuan.”

“Aku suka kejutan,” jawabnya ringan.

Matanya menyapu ruangan, sampai berhenti pada satu sosok yang baru turun dari tangga: Luna.

Keduanya bertatap pandang sejenak.

Luna tidak mengenalnya, tapi entah kenapa tatapan perempuan itu terasa tajam, menembus dirinya. Sedangkan Selene, dengan satu pandangan saja, tahu bahwa inilah orang yang sedang mengisi ruang yang dulu ia tinggalkan.

Ia tersenyum samar.

“Ah… jadi ini orangnya.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!