Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menunjukan Kepeduliannya
Ternyata tidak cukup mudah menguraikan setiap benang kusut yang ada dalam hidup Davin. Yumna tidak bisa mencari tahu lebih dari itu, mungkin memang hanya Davin yang bisa menceritakan semuanya. Tapi itu tergantung dia mau bercerita atau tidak padanya. Yumna juga tidak akan bisa memaksa.
Pagi ini Yumna kembali dengan aktivitasnya. Menunggu Davin di depan pintu Apartemennnya. Ketika melihat pria itu keluar, Yumna tidak berani menyapanya lebih dulu. Hanya mengangguk pelan. Kejadian kemarin masih cukup membingungkan bagi Yumna, apalagi dengan kemarahan Davin yang hanya diberikan jam tangan oleh Shafa.
Berada di dalam lift pun keduanya masih sama-sama diam. Yumna berdiri di belakang Davin, menatap punggung lebar itu dengan tatapan menerawang. Masih membayangkan kehidupan apa yang pernah dia lewati sampai berubah menjadi Davin yang sekarang.
"Apa jadwalku hari ini?"
Yumna mengerjap kaget, membuka tab di tangannya dengan sedikit gelalapan. "Em, hari ini kita pergi ke lokasi proyek. Setelah itu pergi bertemu dengan Areta Group"
Sebenarnya hari ini adalah hari yang cukup menegangkan bagi Yumna. Karena kemungkinan besar dia akan bertemu lagi dengan Rio di pertemuan nanti. Namun, bukankah ini yang dia inginkan? Menghancurkan Rio dengan bantuan Davin. Melihat kehancurannya seperti dia menghancurkan hidupnya saat itu.
"Wah mereka cukup cepat juga mengambil keputusan. Langsung mengatur pertemuan ternyata. Untuk pertemuan kali ini, kau jangan dulu ikut. Biar aku yang menemui mereka"
"Loh memangnya kenapa Pak?" tanya Yumna dengan bingung.
"Biarkan mereka masuk dulu ke dalam perangkap kita, baru di puncak acara kau muncul untuk membuat mereka terkejut"
Nada suaranya itu terdengar sangat mengerikan. Dingin, namun penuh penekanan. Menunjukan sekali jika Davin sudah mempunyai rencananya sendiri. Yumna hanya mengangguk saja, dia juga tidak mungkin menolak perintah dari atasannya.
Mereka sudah berada di dalam mobil sekarang, menuju lokasi proyek pembangunan. Davin yang mengemudikan mobil, dia juga merasa tidak nyaman terus si sopiri oleh seorang wanita.
"Jangan sampai terjadi kecelakaan lagi seperti sebelumnya!" tekan Davin.
Yumna hanya mengangguk pelan. Lagian kecelakaan itu tidak ada yang mau. Mana ada yang tahu akan terjadi seperti itu. Selama perjalanan Yumna hanya terus fokus pada tab di tangannya. Mengatur segala jadwal untuk Davin dan mempersiapkan segala file untuk rapat.
Sampai di lokasi proyek, mereka langsung di sambut oleh Pak Mandor, dia juga memberikan helm proyek pada keduanya. Yumna mengikuti Davin berkeliling melihat pembangunan penginapan ini yang sudah 60% berjalan.
"Untuk semuanya aman terkendali Tuan, kami pastikan akan bisa menyelesaikannya sesuai tenggat waktu yang ditentukan"
"Bagus! Karena aku tidak suka keterlambatan!"
Yumna mencatat beberapa hal yang di ucapkan Davin untuk kekurangan pembangunan ini. Davin berhenti melangkah saat Yumna masih fokus pada tab di tangannya, membuat gadis itu menabrak punggung lebarnya. Yumna terkejut dan langsung menatap punggung lebar Davin yang berada tepat di depan wajahnya saat ini.
Davin berbalik, menarik tangan Yumna untuk berjalan sejajar dengannya. "Jangan berada di belakangku, nanti kau celaka lagi"
Yumna menoleh dan menatap Davin dengan mata tidak berkedip. Cukup terkejut juga dengan ucapan pria itu, kenapa hatinya bergetar penuh kehangatan saat mendengar ucapan Davin barusan. Seperti ada sesuatu yang membuncah dan membuat hatinya bergetar tak karuan.
"Mohon maaf atas kejadian waktu itu, Tuan" ucap Pak Mandor yang masih merasa bersalah atas kecelakaan yang pernah menimpa Yumna. "Saat ini kami lebih berhati-hati lagi dan mendahulukan keselamatan"
Davin hanya mengangguk kecil dan berdehem seadanya. Mereka lanjut berjalan menyusuri bangunan yang belum jadi ini. Yumna hanya berada di sampingnya, mengikuti langkah Davin. Senyuman tidak bisa dia tutupi saat melihat Davin yang terkadang menunjukan sisi pedulinya pada setiap orang. Meski dia tidak menunjukannya dengan begitu jelas.
Setelah dari lokasi proyek, mereka kembali ke Kantor saat jam makan siang. Dalam perjalanan Yumna hanya terus merekap semua yang dia catat saat berada di lokasi proyek tadi.
"Turun"
Yumna menoleh pada Davin, baru tersadar jika mobil sudah berhenti. Tapi bukan berada di Kantor, melainkan di sebuah Restoran mewah berbintang. Yumna tidak banyak tanya, tapi dia ikut turun saja.
Pasti dia lapar dan ingin makan siang dulu disini.
Mereka masuk ke dalam Restoran, Yumna hanya mengikuti kemana langkah Davin membawanya. Sampai Yumna melihat Bayu berada disana, menyambut mereka dengan senyuman. Yumna tahu jika Bayu memiliki Restoran, tapi tidak tahu Restorannya yang mana.
"Ada angin apa seorang Davin Alveric datang kesini siang hari seperti ini"
"Aku lapar, cepat hidangkan makanan yang paling baik disini. Kalau tidak enak, tutup saja Restorannya!"
"Sial, seenaknya sekali menyuruh menutup Restoran keluargaku!"
Davin tidak menjawab, dia lanjut berjalan ke lantai atas dimana ruangan VVIP berada. Tidak ingin jam makannya terganggu dengan orang-orang. Jadi dia butuh ruangan yang privasi hanya untuk sekadar makan siang.
Bayu memerintahkan pekerjanya untuk menyiapkan hidangan istimewa untuk tamu tak di undang tapi ingin di istmewakan ini. Lalu, dia mengikuti Davin ke ruang VVIP. Menatap Yumna yang bersamanya.
"Wah, kau masih bertahan jadi Sekretaris si berengsek ini? Sudah satu bulan lebih ya, kalau sampai tiga bulan kau masih bertahan, itu hebat sih. Karena kebanyakan hanya kuat dua bulan saja bekerja dengannya"
"Diamlah! Untuk apa kau mengikuti kami kesini? Memang tidak ada kerjaan ya"
Bayu menatap Davin dengan mengangkat satu alisnya. Senyumnya penuh arti. "Sudah lama kau tidak menghubungiku untuk di carikan wanita pemuas seperti biasa. Kau juga tidak datang ke rumah kita, padahal aku membawa banyak barang bagus kesana"
Davin hanya diam saja, mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Mengabaikan Bayu yang terus berbicara. Sial, Bayu mulai kesal karena Davin tidak menanggapi ucapannya. Membuat dia menatap ke arah Yumna yang hanya duduk diam.
"Sepertinya kau berhasil menjadi pengasuh Davin ya, buktinya dia tidak lagi datang ke tempat hiburan malam"
Yumna tersenyum tipis, sebenarnya dia juga belum merasa berhasil. Tapi melihat Davin yang tidak memesan lagi wanita malam, sudah cukup menunjukan perubahan.
"Semoga anda juga bisa berubah ya"
Bayu langsung terdiam, merasa ucapan Yumna begitu menyindir harga dirinya. Menusuk hingga ke ujung jantungnya. Dan Davin terkekeh kecil melihat ekspresi terkejut Bayu atas ucapan Yumna.
"Sialan, kau malah menertawakanku!"
"Pergilah, kau hanya mengganggu disini. Aku mau makan siang dengan tenang"
"Ck, baiklah. Nikmati makanan kalian. Jangan lupa bayar ya, aku tidak kasih gratis meski kau temanku!"
"Ya, aku tahu"
Bayu tertawa kecil sambil berjalan keluar dari ruangan VVIP ini. Semua makanan sudah tertata di atas meja, Yumna menatap seluruh menu makanan. Dari makanan berat sampai makanan penutup lengkap dengan minumannya, sudah tertata rapi.
Berapa banyak yang akan di bayar ya? Aku jadi tidak enak jika dibayar olehnya. Kan aku hanya Sekretarisnya, apa nanti aku bayar juga ya. Yaudah, aku ikut bayar saja nanti.
"Makanlah, kenapa kau malah bengong?"
"i-iya Pak"
Bersambung