Dokter Cantik milik tuan mafia...
Di tengah malam yang sunyi dan hujan yang tak henti mengguyur kota, Flo seorang dokter muda yang baru saja di pindah tugaskan dari rumah sakit besar ke klinik kecil pinggiran kota, tanpa sengaja menemukan seorang pria tergeletak di tepi jalan bersimbah darah namun masih bernapas.
Pria itu misterius tanpa identitas jelas, hanya mengenakan jaket kulit hitam yang robek di bagian bahu, dan luka tembak di sisi tubuhnya, masih berdarah. Dengan naluri seorang dokternya meronta, dan tak bisa tinggal diam.
Flo membawanya ke rumahnya karena saat itu klinik tempat ia bekerja sudah tutup.Flo pun menolongnya.
sepanjang malam, ia hanya bisa menahan napas di antara rasa takut dan tanggung jawab.
Namun, siapa sangka, pria itu bukan orang biasa. Namanya Gilhan Alfaro seorang mantan agen intel yang kini diburu oleh orang-orang dari masa lalunya.
Luka yang ia bawa bukan hanya di tubuhnya, tapi juga di hatinya yang penuh rahasia, dendam, dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ban 17 jejak masa lalu..
Seperti yang telah mereka rencanakan, sebelum mereka turun Gilhan memasang bom waktu di dalam kapal tersebut,ia sengaja meletakkannya di samping tangki bahan bakar kapal tersebut,untuk itu ia pun sengaja tidak menambatkan kapal di dermaga, dengan mengunakan skoci mereka merapat ke daratan dan berharap setelah kapal perlahan menjauh di bawa oleh ombak, kapal tersebut akan meledak dengan sendirinya.. setibanya di dermaga,mereka pun berjalan menuju keramaian.
Dan setelah beberapa menit mereka berbaur bersama dengan penduduk lokal tiba-tiba....
"Duaar.. !!"
Suara ledakan keras terdengar dari tengah lautan.
Gilhan tersenyum tipis namun, Flo tau itu adalah ulah dari pria yang berjalan di sampingnya.
"Mulai sekarang, kata Gilhan sambil merapikan jaket lusuhnya, "kita bukan lagi buronan dari pulau itu.
Kita dua orang asing di kota ini. Jadi kita harus berhati-hati, dan jangan percaya siapa pun terlalu mudah."
Flo mengangguk. Aku mengerti."
Gilhan menatap sekeliling, matanya awas..
Flo tersenyum menatap ke arah Gilhan meskipun ia tahu saat itu mereka belum benar-benar aman.
"Langkah pertama… kita cari tempat aman untuk tinggal. Setelah itu, aku akan temui orang yang ku maksud."
"Hhmmff...."
Flo menarik napas panjang, membiarkan udara kota pesisir memenuhi paru-parunya.
Dalam hatinya, meski masih ada rasa takut, ia mulai merasakan sesuatu yang baru, yaitu kebebasan.
Namun, jauh di seberang lautan, orang-orang yang memburu mereka belum menyerah.
Nama Gilhan dan Flo sudah tersebar luas, dan pelarian mereka akan segera menjadi perburuan besar.
Mungkin kah langkah kecil mereka menuju Kota Selara…
akan menjadi awal dari babak pertempuran yang lebih besar.?
Keduanya segera mencari penginapan untuk mereka beristirahat.
Namun satu hal yang tidak mereka ketahui....
Pagi yang mulanya tenang di kota Selara itu, perlahan akan berubah menjadi awal dari badai baru.
Gilhan dan Flo baru saja menapakkan kaki mereka di tanah kering, jauh dari pulau kelam tempat mereka melarikan diri. Mereka pikir mimpi buruk itu telah berakhir.
Tapi mereka salah besar
Jauh di tengah laut, tepat di dekat reruntuhan perahu yang pernah karam dalam pertempuran sengit malam pelarian itu… seorang pria terhempas ombak ke tepian batu karang.
Nafasnya tersengal, tubuhnya penuh luka, tapi matanya masih menyala dengan bara dendam.
"Gilhan… gumamnya lirih, rahangnya mengeras, "kau pikir aku akan mati semudah itu?" Ujarnya terlihat marah...
Pria itu adalah Damar, orang kepercayaan salah satu bos besar sindikat, sekaligus orang yang dulu pernah bersahabat dengan Gilhan sebelum akhirnya berkhianat.
Malam itu, Gilhan sempat melihat Damar terjatuh ke laut bersama dengan luka di sekujur tubuhnya dan menyangka semuanya sudah berakhir. Tapi nyatanya, Damar masih hidup dan kini, dendamnya semakin membara.
Sementara itu di Kota Selara…
Gilhan dan Flo di sebuah penginapan kecil di pinggiran pasar pelabuhan. Bangunannya sederhana, tapi cukup tersembunyi dari keramaian.
"Untuk sementara kita tinggal di sini," ucap Gilhan sambil memeriksa sekeliling kamar.
Ia menutup tirai jendela, memastikan tidak ada siapa pun yang mengintip.
Dan memeriksa setiap sudut kamar jika ada sesuatu yang mencurigakan maklum saja sebagai seorang agen yang peka ia sangat teliti dalam setiap tindakannya karena ia sangat khawatir tidak menutup kemungkinan ruangan itu sengaja dipasang CCTV yang tidak pernah mereka ketahui...
Flo duduk di pinggir ranjang, menatap Gilhan dengan khawatir.
"Han… aku merasa tidak tenang sejak tadi. Seolah ada yang mengikuti kita…"
Gilhan menatapnya serius. "Itu karena kita masih diburu. Selama mereka belum berhenti, kita tidak boleh lengah."
Saat Gilhan hendak keluar untuk mencari kontak lamanya, seekor burung hitam kecil hinggap di jendela dengan seutas benang terikat di kakinya.
Di ujungnya ada secarik kertas kecil dengan tulisan singkat.
"Dia masih hidup. Dan dia datang untukmu."
Wajah Gilhan seketika mengeras. Ia meremas kertas itu dan membuangnya ke dalam perapian kecil di sudut kamar.
"Si*l… ini lebih cepat dari dugaanku."
"Siapa?" tanya Flo dengan nada cemas.
"Orang yang seharusnya tidak pernah kembali," jawab Gilhan pelan tapi tajam. "Damar."
mereka tau Damar datang bukan untuk silaturahmi, melainkan untuk menuntut balas,dan akankah mereka mampu bertahan kali ini,? atau mungkinkah itu adalah akhir dari pelarian mereka....?
