Ketika Li Yun terbangun, ia mendapati dirinya berada di dunia kultivator timur — dunia penuh dewa, iblis, dan kekuatan tak terbayangkan.
Sayangnya, tidak seperti para tokoh transmigrasi lain, ia tidak memiliki sistem, tidak bisa berkultivasi, dan tidak punya akar spiritual.
Di dunia yang memuja kekuatan, ia hanyalah sampah tanpa masa depan.
Namun tanpa ia sadari, setiap langkah kecilnya, setiap goresan kuas, dan setiap masakannya…
menggetarkan langit, menundukkan para dewa, dan mengguncang seluruh alam semesta.
Dia berpikir dirinya lemah—
padahal seluruh dunia bergetar hanya karena napasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 — Monster, Kepanikan, dan Diskon Tidak Masuk Akal
Matahari pagi menyemburat lembut dari balik pepohonan ketika Li Yun berjalan santai di jalan setapak menuju Kota Qinghe. Ransel anyaman besar tergantung di punggungnya, berisi dagangan yang ia bawa tiap pagi. Suaranya bergema pelan di udara yang segar.
“Pagi yang cerahku~ matahari bersinar~ ku gendong tas anyam ku~ di pundak~”
Langkahnya ringan, wajahnya cerah, dan semangatnya penuh karena hari ini ia ingin makan daging sebagai sarapan. Daging! Hal yang terakhir ia makan tiga hari lalu, itupun cuma kulit tipis karena uangnya kurang.
Namun ketika ia mendekati gerbang kota…
Li Yun berhenti.
Mengedip.
Menggosok mata.
Lalu kembali menatap lurus ke depan.
“Eeeh?”
Kota Qinghe yang biasanya sudah ramai oleh pedagang, ibu-ibu yang berteriak soal sayur diskon, anak-anak yang lari-lari, hingga orang-orang yang sibuk bekerja…
Sekarang—
Kosong.
Benar-benar kosong.
Tidak ada suara apa pun.
Angin yang lewat pun seakan takut membuat bising.
Li Yun menoleh kiri-kanan sambil berjalan perlahan.
“Uh… apa ini hari libur nasional? Festival apa? Kok nggak ada yang kasih tahu aku…”
Ia berjalan masuk lebih dalam. Jalan utama sunyi, toko-toko tutup, jendela digembok, bahkan anjing liar pun tak terlihat.
Li Yun memegang kepalanya dengan panik.
“Waduh! Kalau kayak begini bagaimana aku dapat duit!? Aku butuh makan daging hari ini! Aaargh!”
Sementara ia hampir menangis karena krisis finansial mendadak ini, suara lirih memanggilnya dari sudut bangunan.
“Psst… Pengrajin Li! Ke sini!”
Li Yun refleks menoleh.
Seorang pria dengan tubuh agak bulat melambai panik dari celah pintu sambil mengintip.
“Oh, itu… pemilik restoran Jade Spoon. Eh, siapa namanya… ah!”
Pria itu, Zhou Laifen, mengayunkan tangannya makin cepat.
“Cepat masuk! Jangan berdiri di sana!”
Li Yun, yang bingung setengah mati, akhirnya masuk.
Begitu ia melangkah ke dalam—
BRAK!
Pintu ditutup rapat dan dikunci tiga kali.
Li Yun terlonjak.
“Wah?! Kenapa kayak operasi penyelamatan sandera begini!?”
Namun ia langsung tertegun ketika melihat isi ruangan.
Di dalam restoran remang-remang itu…
Ada belasan orang berkumpul dengan wajah pucat dan panik.
Sebagian bersembunyi di bawah meja, sebagian memegangi senjata bergetar, sebagian lagi berdoa dalam hati.
“Eeeh? Ada apa ini?”
Zhou Laifen mendekat sambil menaruh jarinya di bibir.
“Pelan-pelan, Pengrajin Li. Situasi di luar sedang bahaya.”
“Bahaya?” Li Yun memiringkan kepala. “Kenapa? Pemerintah naikkan pajak?”
“BUKAN!” Zhou Laifen hampir teriak, lalu menurunkan volume suaranya. “Akhir-akhir ini… ada monster menyerang sekitar Qinghe.”
Seluruh tubuh Li Yun membeku.
“…Monster?”
“Sering terlihat setiap malam. Sudah menewaskan banyak orang. Bahkan beberapa kultivator pun gugur.”
Li Yun langsung memucat.
Dalam hati ia berteriak histeris.
Kalau kultivator saja tewas… aku yang cuma bisa masak sayur kol bakal jadi cemilan! Dan aku tinggal di DALAM HUTAN! Ini sangat gawat!
Zhou Laifen melihat wajah Li Yun berubah putih.
“Pengrajin Li? Kamu tidak apa-apa? Wajahmu pucat seperti tahu kukus.”
“Ah… tidak. Aku baik. Hanya sedikit… err… angin sepoi-sepoi masuk mata.”
“Angin?” Zhou Laifen bingung.
Li Yun buru-buru mengalihkan topik.
“Monsternya seperti apa?”
Zhou Laifen menelan ludah.
“Menurut para saksi… wujudnya seperti serigala besar, tubuhnya setinggi dua manusia dewasa berdiri, dengan dua tanduk panjang. Matanya merah seperti bara api. Diperkirakan itu hewan iblis.”
Li Yun terdiam.
Hanya suara degup jantungnya terdengar.
Zhou Laifen menepuk bahunya.
“Tapi jangan khawatir! Kami sudah mengirim laporan ke sekte terdekat. Mereka pasti akan datang mengurusnya.”
Li Yun akhirnya menghela napas lega panjang sampai punggungnya terasa hangat.
“Syukuuur…”
Zhou Laifen menambahkan, “Untuk sekarang, lebih aman bersembunyi di dalam. Kami tidak tahu kapan monster itu akan muncul.”
Li Yun mengangguk. “Baiklah.”
Namun ia kemudian teringat sesuatu.
Ia menurunkan ranselnya dan membukanya.
Semua orang menatapnya bingung.
Lalu Li Yun tersenyum lebar.
“Daripada kalian panik dan menghabiskan energi dengan ketakutan… bagaimana kalau kalian menghabiskan sedikit uang kalian untuk barang daganganku?”
Semua orang: “…”
Li Yun mengeluarkan teknik marketing kelas tiga:
Senyum ramah + nada persuasive + gerakan tangan halus.
“Aku baru dapat barang baru yang bagus sekali…”
Ia membuka ransel dan…
KLEK!
Puluhan benda bersinar, senjata tajam, botol pil, gulungan teknik, semuanya keluar bertumpuk rapi.
Suasana ruangan langsung tercengang.
Mata semua orang membesar.
Seorang tante-tante menelan ludah.
“Itu… pedang tingkat tinggi?”
Seorang pria muda berbisik, “Yang itu botol pil pemulihan… bukan barang murahan!”
Seorang kultivator tingkat rendah bergetar. “Itu… teknik kultivasi tingkat menengah! Di luar, harganya bisa puluhan tael emas…”
Zhou Laifen menatap Li Yun dengan mata sebesar piring.
“P-Pengrajin Li… dari mana kau mendapatkan benda-benda semahal ini…?”
Li Yun menghela napas panjang seolah peristiwa itu hanyalah kejadian kecil.
“Oh… itu.”
Ia menyilangkan tangan di dada, menoleh ke arah jendela seakan sedang mengingat tragedi masa lalu.
“Beberapa waktu lalu aku dicegat bandit di hutan.”
Semua orang terkejut.
Li Yun mengangguk dramatis.
“Tapi banditnya amatir. Jadi… aku kalahkan saja. Dan kuambil barang mereka.”
Ruangan: gempaaaaar.
Seorang pria berbisik kaget, “Mengalahkan bandit yang punya barang sebagus itu… berarti Pengrajin Li jauh lebih kuat dari yang kita kira…”
“Tidak heran beliau bisa hidup di dalam hutan…”
“Pengrajin Li… pasti orang hebat yang merendah!”
Li Yun mengedip bingung.
Namun orang-orang sudah terlanjur kagum setengah mati.
Seorang pria mendekat sambil menunjuk salah satu pedang.
“Berapa harganya? Ini pasti mahal, kan?”
Li Yun menelan ludah.
Waduh. Mahalnya berapa? Aku bahkan nggak tahu itu pedang buat apa…
Jika ia memasang harga terlalu tinggi, tak ada yang beli.
Kalau terlalu rendah…
Hmm.
Li Yun akhirnya tersenyum profesional.
“Baiklah! Harga untuk senjata… 7 tael perak.”
Hening.
Li Yun gugup.
Keringat mulai menetes.
APAKAH TERLALU MAHAL!?
“Untuk satu botol pil… 5 tael perak.”
Orang-orang makin terdiam.
Hancur sudah! Mereka pasti pikir aku penipu!
“Dan teknik kultivasi… 10 tael perak.”
Sunyi.
Tak ada yang bicara.
Li Yun mulai panik.
Astaga… apa aku harus banting harga lagi!? Aku butuh makan daging!
Namun tiba-tiba—
“AKU BELI!”
Seorang pria berteriak sambil mengangkat tangan.
Diikuti oleh suara-suara panik lain:
“Aku duluan! Aku mau pedangnya!”
“Aku mau pilnya!”
“Aku tekniknya! Jangan rebut!”
“Tunggu! Beri aku dua pedang!”
“Saya tiga botol pil!”
“JANGAN DORONG- DORONG, DASAR ORANG MISKIN KEPEPET!”
Kerumunan berubah menjadi lautan manusia yang berebutan seperti festival diskon akhir tahun.
Li Yun melongo.
“…Hah?”
Seseorang bahkan berlutut sambil menyerahkan uang.
“Pengrajin Li! Tolong berikan saya teknik yang itu! 10 tael sangat murah! Saya bisa jual rumah saya untuk beli 5!”
Li Yun panik.
“Eh, jangan jual rumah!”
Tapi orang-orang tidak mendengarkan.
Mereka membeli sambil teriak, sambil menangis bahagia, ada pula yang memeluk dagangannya seolah menemukan cinta sejati.
Zhou Laifen tampak paling heboh.
“Aku beli semuanya! Tidak! Sebagian! Tunggu, aku harus menghitung tabunganku dulu—AH BODO AMAT, AMBIL AJA!”
Dalam hitungan menit, barang dagangan Li Yun ludes total.
Uang perak menumpuk di depannya seperti bukit kecil.
Li Yun masih berdiri menatap kosong.
“…Semudah itu ya?”
Wanita yang memegang botol pil berteriak girang,
“Murah sekaliii! Ini harga sekali makan daging babi panggang!”
Semua orang mengangguk setuju.
Sementara Li Yun menangis dalam hati.
Berarti aku bisa minta lebih mahal!? Sial! Aku bisa dapat makan daging lima hari!
Namun hasilnya tetap memuaskan.
Uang! Banyak uang!
Tiba-tiba seorang pemuda berkata,
“Pengrajin Li… kau penyelamat kota ini. Dengan barang-barangmu, kami bisa bertahan kalau monster itu datang!”
Yang lain ikut berteriak,
“Benar! Berkatmu, moral kami naik!”
“Kau sangat dermawan, Pengrajin Li!”
“Semoga hidupmu panjang dan dompetmu tebal!”
Li Yun mengedip bingung.
“Eh? O-oh… terima kasih.”
Dalam hati ia berseru:
Kenapa dari tadi aku dapat semua pujian? Tawarin makan kek..