NovelToon NovelToon
Menantu Dari Desa

Menantu Dari Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Romansa / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Naura Anjani, seorang gadis desa yang menikah dengan pria asal kota. Namun sayang, gadis itu tidak di sukai oleh keluarga suaminya karena dianggap kampungan dan tidak setara dengan menantu lain yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan pekerjaan yang memadai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

"Mas ihh, sudah ah! Ayo cepat makan sana, nanti keburu Mama datang, malu aku, Mas!"

"Huffttt iya deh, iya." Azriel berbalik lalu melangkah keluar dapur, menuju ruang makan.

Tak butuh waktu lama, masakan Naura sudah selesai disiapkan.

Ia menata semua hidangan dengan rapi dan cantik di atas meja makan.

Dua hal yang selalu ia jaga untuk suaminya adalah, hidangannya di atas meja makan, dan juga aktivitas di atas ranjang.

Hanya dengan cara itu ia bisa memanjakan suaminya, dan ia hanya berharap mendapat pahala dari Allah karenanya.

"Wahh nasi goreng seafood kesukaan aku. Ada telur ceplok mentega juga. Ya Allah, nikmat mana lagi yang bisa aku dustakan." Azriel memasang raut wajah penuh haru dengan kedua tangan menadah ke atas.

Sontak kelakuannya itu membuat Naura tertawa kecil.

Memang suaminya itu terkadang lebay jika soal memuji istri.

Tapi, Naura sama sekali tidak keberatan akan hal itu, karena memang pada dasarnya wanita suka dipuji dan dimanjakan.

Dan hal itu membuat Naura semakin menyayangi suaminya.

"Ehem! Pagi-pagi sudah berisik saja kalian. Suami jangan terlalu banyak diajak bercanda, Naura. Nanti kalau suami kamu terlambat masuk kerja, bagaimana? Nanti kamu juga yang repot kan, kalau gajinya dipotong," tukas Mama Sovi yang baru saja tiba di ruang makan.

Wanita itu segera duduk di kursi yang berada tepat di hadapan Azriel dan Naura.

"Iya, Ma," cicit Naura pelan.

Ia segera menunduk dan berpura-pura sedang menikmati sarapannya.

"Lebih baik pagi-pagi becanda Ma, daripada pagi-pagi berantem. Iya kan, Sayang?" timpal Azriel dengan raut wajah tanpa dosa.

Sementara Naura melirik ibu mertuanya yang sontak cemberut, wanita itu mencibir ketika menyendokkan nasi goreng ke dalam piring.

Daripada semakin runyam urusan pagi ini, Naura dengan cepat menghabiskan sarapannya dan menyiapkan bekal untuk Azriel.

"Terima kasih, Sayang," ucap Azriel seraya tersenyum dan mengambil kotak bekal dari tangan sang istri.

Tak lupa ia membenamkan kecupan lembut di kening, lalu menoleh pada mamanya.

"Aku berangkat kerja dulu ya, Ma."

"Iya Zriel, hati-hati ya! Ingat, kerjanya yang fokus, jangan terlalu memikirkan yang ada di rumah terus. Kamu kerja juga untuk keluarga, kan."

Azriel hanya bisa menghela napas panjang seiring usapan lembut di punggung yang dilakukan oleh Naura.

Wanita itu berusaha untuk menenangkan suaminya dan mengantarnya hingga ke mobil.

Setelah suaminya berangkat, Naura berniat menghindari ibu mertuanya sebisa mungkin.

Ia sedang ingin menyibukkan diri sendiri pagi ini.

Setelah mobil suaminya menghilang di balik gerbang, Naura berjalan cepat menuju kamar.

Ia sengaja tak menoleh saat melewati ruang makan, yang yakini ibu mertuanya masih duduk manis di sana.

"Naura! Hei, Naura!"

Naura menghela nafas kasar. Ia terpaksa menghentikan langkah.

"Iya, Ma?" Naura menoleh dengan senyum getir.

"Kamu mau ke mana?"

"Eh, mau ke kamar, mau beres-beres kamar, lemari pakaianku juga sepertinya sudah berantakan, Ma," jawabnya beralasan.

"Tidak usah! Nanti saja kalau itu, sekarang lebih baik kamu bantu Mama di dapur." Mama Sovi menggeser kursinya dan berdiri.

Ia berjalan begitu saja ke arah dapur yang letaknya bersebelahan dengan ruang makan.

Terpaksa Naura langsung mengikutinya. Ibu mertuanya kalau sudah memberi perintah, akan sulit sekali untuk dibantah.

Jika ingin cari aman, kemauannya harus langsung dituruti.

"Ada apa, Ma?"

Tanpa memperdulikan pertanyaan Naura, Mama Sovi membuka kulkas, mengeluarkan berbagai macam bahan makanan.

Ia juga mengeluarkan bahan makanan lain dari lemari besar di dapur, berbagai bahan makanan kering disusun olehnya di atas meja dapur.

"Nah, Naura, tugasmu pagi ini adalah memasak. Oke?"

"Emm... tapi Ma, aku sudah memasak sekalian untuk makan siang nanti."

Mama Sovi mengibaskan tangannya di depan wajah.

"Ehh bukan itu! Bukan untuk orang rumah. Tapi nanti siang, sekitar jam dua, akan ada acara arisan di sini. Yah biasa lah, undangannya tetangga-tetangga sekitar. Emmm ... kira-kira sekitar tiga puluh orang," ujar Mama Sovi dengan entengnya.

Kedua tangannya ia lipat di depan dada, sambil mengamati berbagai bahan makanan yang tersusun di atas meja dapur.

Naura langsung mengerti dengan perintah ibu mertuanya.

"Baik Ma, aku bantu masak untuk acara arisan nanti siang."

"Nah, bagus! Masak yang enak ya Naura, jangan sampai buat malu Mama. Kita di tinggal komplek elite, jadi jangan masak menu makanan kampung, oke? Paham kan kamu?"

Naura hanya bisa mengangguk pasrah. Apalagi setelah tahu, bahwa semua masakan itu hanya ia yang akan bertanggung jawab untuk mengolahnya.

Sedangkan ibu mertuanya hanya sesekali datang ke dapur, itupun untuk menjadi mandor saja.

Namun, Naura sedikit merasa bersyukur. Daripada mereka harus masak berdua yang akan membuatnya terus dikomentari selama memasak.

Setidaknya, jika sendiri seperti ini ia bisa memasak dengan lebih tenang.

Tepat jam satu siang, semua masakan telah terhidang dengan begitu cantik di atas meja makan besar. Lengkap dengan garnish yang sebisa yang Naura buat.

Naura melihat ibu mertua tersenyum puas melihat aneka menu yang terhidang.

Wanita itu kini sudah tampil dengan outfit layaknya seseorang yang akan menghadiri acara arisan para sosialita.

"Eh, Naura, kemari sebentar!" Mama Sovi kembali memanggil.

"Iya, Ma?"

"Sebentar lagi keponakan-keponakan kamu pulang sekolah. Kamu urus mereka, ya? Ganti baju seragamnya, pakai pakaian yang rapi, supaya tidak malu nanti saat banyak tamu. Jangan lupa, habis itu suapi makan juga, agar mereka nanti tidak rewel saat rumah sudah ramai." lagi wanita itu memberi perintah dengan tanpa perasaan.

**

**

Tak lama kemudian, Rere dan Ria dengan anak-anaknya tiba di rumah Mama Sovi.

Ia sengaja meminta mereka pulang lebih cepat, agar bisa ikut menghadiri acara arisan.

"Hai Ma," sapa Ria seraya mengecup kedua pipi Mama Sovi bergantian.

"Hai Ma, bagaimana, semua makanan sudah siap?" tanya Rere, yang juga melakukan hal yang sama.

Mama Sovi tersenyum sumringah. "Sudah dong, Sayang, sudah selesai semua. Ya ampun, anak-anak Mama cantik-cantik sekali, sudah rapi begini outfitnya."

"Iya dong Ma. Kan mau ada acara, masa kita pakai baju biasa saja, sih!" Ria berputar sebentar untuk memamerkan gaun barunya.

Mereka bertiga beralih melirik sinis ke arah Naura.

Sementara Naura kedua tangannya sedang digelayut oleh ketiga anak mereka.

"Naura, jangan lupa ganti baju mereka, sekalian suapi makan juga, ya!" lagi-lagi Mama Sovi hanya bisa memerintah.

"Iya, Ma. Ini mau aku bawa anak-anak ke kamar." Naura mengangguk, lagi pula ia malas jika harus kumpul-kumpul tidak jelas.

Jadi, lebih baik ia bermain dengan anak-anak daripada harus duduk berkumpul saling pamer.

"Yuk, Tante ganti baju kalian dulu," Naura menuntun ketiga keponakannya. "Oh iya, nanti kalian mau disuapi makan oleh siapa? Sama Mama kalian dulu, mau tidak? Biar Tante juga bisa ganti baju dan dandan karena mau banyak tamu."

"Ahh, aku tidak mau disuapi Mama! Maunya disuapi Tante Naura saja."

"Loh, memangnya kenapa begitu?"

"Soalnya Mama suka marah-marah kalo aku makannya lama. Tapi kalau Tante tidak pernah marah-marah."

Mendengar itu membuat hati Naura terenyuh. Akhirnya ia putuskan untuk menjaga mereka saja hari ini.

Lagipula untuk apa ia turut hadir di acara itu, ibu mertuanya mungkin hanya akan memanggilnya saat nanti acara sudah selesai untuk membereskan kekacauan yang mereka buat.

Namun, saat Naura baru saja selesai menyuapi ketiga keponakannya, tiba-tiba Ria menghampirinya.

"Naura, ayo ke depan!" ajak Ria dengan raut wajah tak bersahabat.

**********

**********

1
inchieungill
iya betul, setiap rumah tangga sebaiknya pisah dari orangtua atau mertua, biar tidak terjadi konflik.
Latifah
Bagus Cerita nya ,, di tunggu lanjutnya Yaa !!!
olip
lnjut
olip
lnjut...mkin penasaran...ttap smngat thor
olip
lnjut
olip
q mmpir thor...lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!