(Update setiap hari selama ongoing!)
Clara merasa kepalanya pusing tiba-tiba saat ia melihat kekasihnya bercinta dengan sahabatnya sendiri yang sudah ia anggap seperti saudara kandungnya. Mereka berdua tampak terkejut seperti melihat hantu setelah menyadari Clara muncul dari balik pintu kamar dengan cake bertuliskan 'Happy 6th anniversary' yang telah jatuh berantakan di bawah.
"Sa–sayang ...." Kris wang, kekasihnya tampak panik sambil berusaha memakai kembali dalaman miliknya.
Leah Ivanova juga tak kalah terkejut. Ia tampak berantakan dan berusaha menutupi tubuhnya dengan kain yang kini Tanpa busana.
"Ini bukan seperti yang kamu pikirkan, Clara!" Kris berusaha mengambil alih Clara.
Gadis itu tersenyum kecut. Berani sekali ia bicara begitu padahal segalanya telah keliatan jelas?
*
Baca kelanjutannya hanya di noveltoon! Gratis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherryblessem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAH| 17
Clara memandang wajahnya dicermin dengan jantung yang masih berdebar. Sungguh gila sekali malam ini. Baru masuk saja, ia sudah harus berhadapan dengan para Tante Julian yang menyeramkan. Ada rasa ragu dan khawatir di dada Clara. Apakah ia melakukannya dengan benar atau tidak, ia sama sekali tidak tahu. Entah apakah ia berhasil melalui hari ini atau tidak.
Setelah merapikan riasan dan pakaiannya, ia masuk ke dalam bilik toilet dan mendengar langkah masuk yang ramai.
"Kau lihat istri Julian, tadi?" Salah satu suara yang asing bicara.
"Oh, aku melihatnya! Sungguh! Aku tidak percaya selera Julian jatuh sejauh itu." Gadis lain menanggapi.
"Bayangkan saja, ia berkencan selama itu dengan Irene dan sekarang dia menikah dengan gadis antah berantah seperti perempuan itu. Irene pasti sedang tertawa sekarang." Perempuan lain menimpali.
"Apakah jangan-jangan dia anak konglomerat?" Suara lain menimpali.
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi, desas-desusnya sih, dia cuma perempuan miskin biasa. Ah, pernikahan Cinderella sangat menjijikan."
Clara menelan senyum pahit. Sepertinya, dia sedang viral dikalangan tamu sekarang ini. Ia merasa tak ingin keluar dari kamar mandi dan menghabiskan waktu disana selamanya hingga acara berakhir.
"Menurutmu, apakah yang terjadi sampai Irene tak menikahi Julian?" Sebuah pembicaraan kembali terdengar.
Clara mengeluh dalam hatinya. Mengapa orang-orang ini terus membicarakannya?
"Julian seorang laki-laki. Bisa saja dia merayu Julian dengan tubuhnya."
Clara mengepalkan tanganya kesal. Orang-orang sialan!
"Ah, benar juga! Orang rendahan seperti itu, apa yang mampu mereka lakukan." timpal yang lain.
"Menjual diri tentu saja!"
Serentak, para gadis itu tertawa. Clara mengepalkan tangannya karena sekarang ia tak bisa membalas. Entah apa yang membuatnya tak mampu keluar dan memaki mereka.
"Tapi, Irene kan agak gila. Kau tahu, dia pernah menyerang beberapa gadis karena mendekati Julian." Sekarang, pembicaraan itu terdengar menarik.
Clara mengintip dari balik celah pintu bilik dan memperhatikan. Ada tiga gadis rupanya. Satu berambut cokelat, satu berambut merah dan yang lain berambut pirang.
"Yah! Benar sekali! Apakah yang terjadi sampai Irene menyerahkan cintanya?" Si rambut merah menatap temannya.
"Benar! Hebat sekali gadis itu bisa lolos dari Irene. Aku sih, kalau orang seperti Julian punya mantan seperti Irene, aku tak kan mau." Si rambut coklat menimpali.
"Itu kan dirimu. Kau tak lihat ada perempuan miskin yang bahagia?" Si rambut pirang ikut bicara.
Mereka kemudian terdengar tertawa. "Aku penasaran apa hal gila yang Irene lakukan pada gadis itu dan bagaimana ia bisa lolos." Sambil merapihkan barang-barangnya, si rambut merah menambahkan.
"Wah, menarik sekali jadinya." Si pirang menatap kedua temannya lalu mereka tertawa.
Ketika ketiganya pergi, Clara keluar dari biliknya dengan wajah penasaran. Ia tahu bahwa mantan Julian bernama Irene. Namun, segila apakah perempuan itu sampai digosipkan oleh para sosialita itu? Haruskah Clara merasa khawatir?
Ponsel Clara bergetar dan ia mendapati Julian mencarinya. Segera ia membalas pesan dan keluar dari toilet. Ketika tiba di luar toilet, Clara terkejut melihat Julian sudah menunggu di depan.
"Kamu menungguku?" Clara menatap laki-laki itu terkejut.
"Kau tak apa? Aku mencarimu kemana-mana." kata Julian dingin.
Clara menghela nafasnya. "Aku hanya ke toilet."
"Apakah mereka mengganggumu?" Meskipun nada Julian dingin, ia tetap terdengar khawatir.
"Yah ... Sedikit. Tapi aku bisa membalasnya. Kau tak usah khawatir." Clara tersenyum.
Julian menatap wajah Clara untuk mencari kebenaran dalam wajah perempuan itu. "Baiklah kalau begitu. Ayo, kita kembali. Ada banyak orang yang harus kita sapa berdua."
"Apa?" Clara melotot menatap Julian. Ia merasa ogah untuk menyapa para tamu dan membuat mereka mengetahui hubungannya dengan Julian.
"Ikuti saja aku. Besok, kamu juga akan mulai bekerja. Selain mendapatkan gaji sebagai istriku, kamu juga akan menghasilkan uang sendiri dari pekerjaanmu. Untuk saat ini, bekerjasamalah dengan baik."
Julian menarik Clara dalam pelukannya lalu membawanya pergi, menyapa para undangan satu persatu. Clara bahkan berkenalan secara resmi dengan para gadis di toilet karena Julian. Setidaknya, dengan begini ia tahu harus mewaspadai siapa.
Saat acara dimulai, Clara yang memang tidak tertarik lebih memilih memainkan ponselnya sebentar-sebentar sambil menaruh perhatian. Meskipun ia merasa bosan, ia wajib mempelajari kehidupan Julian.
Mata Clara kemudian teralihkan pada postingan Kris dan Leah lewat akun palsunya. Tampaknya, dua manusia sial itu mendapatkan pekerjaan di waktu yang sama dan mereka terlihat merayakannya.
Clara tetap merasakan hatinya terluka karena ia merasa ditipu habis-habisan oleh mereka padahal ia selalu tulus. Apakah semudah itu meninggalkan dirinya dan menghancurkan dirinya? Mengapa mereka harus setega itu?
"Kau baik-baik saja?"
Clara menoleh ke arah Julian yang kini sudah kembali duduk disebelahnya setelah menyampaikan sambutan acara. Clara menatap Julian dengan hati yang remuk namun tak menunjukkan itu. Tiba-tiba saja, ia merasakan krisis kepercayaan pada Julian karena pengkhianatan yang ia terima. Sepertinya, ia trauma berat karena kejadian itu.
"Aku baik-baik saja." Clara berbohong, mengendalikan wajahnya dan tersenyum.
Julian menyadari kebohongan itu namun memilih tidak mempermasalahkannya sama sekali. Ia kembali fokus pada acara dan memperhatikan Clara.
Clara kembali menatap ponselnya dengan pikiran yang penuh. Julian sejauh ini terlihat baik meskipun ia jelas saja sangat cuek dan tampak tak peduli. Clara merasa sedih karena Julian bisa saja lebih berbahaya dibanding dua orang yang mengkhianatinya itu. Sahabat dan kekasihnya saja mampu menipunya seperti itu, apalagi Julian.
Tiba-tiba ketakutan menjalari tubuh Clara. Akankah Julian sedang memanfaatkannya? Tapi Julian memang memanfaatkannya untuk menikah. Hanya saja, apakah Julian punya rencana jahat lain yang serupa dengan dua manusia itu? Haruskah Clara percaya?
"Kau sungguh baik-baik saja?" Julian bertanya lagi ketika ia melihat air mata Clara jatuh mengalir.