Peradaban modern dengan peradaban kuno seperti berdampingan satu sama lain. April memakai kalung berbentuk kubus yang sudah dipakainya sejak masih bayi. April sering terjebak di dalam roh lubang hitam kubus yang tak dikenal asal-usulnya. Gejolak-gejolak yang dialami April saat umurnya masih sangat muda, membuatnya kehilangan arah. Jalan apa yang akan April ambil saat dirinya diambang dilema panjang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keypi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab XXXII : Pacar A Chengyou?
Ruang Medis Agen Angkasa
San, A Chengyou telah mendapatkan perawatan medis dan dirawat dalam beberapa hari kedepan sedangkan Ling dan April sudah membuat laporan tentang misi tim mereka lalu diberikan pada Kasim. Kasim menerima laporan tersebut dan mempertimbangkan untuk memberikan misi kembali pada tim perwakilan Agen Angkasa. Bubble yang mengetahui A Chengyou dirawat bergegas menghampiri kamar rawat A Chengyou.
“Chen!”
Mata Bubble mengarah A Chengyou yang tengah duduk di tempat tidur bersama April. Bubble melangkahkan kakinya.
“Chen, kamu...”
Bubble melihat ke arah April dengan tatapan sinis. Bubble melihat keadaan A Chengyou yang tubuhnya luka. Tangan Bubble ingin menyentuh luka A Chengyou namun A Chengyou melarangnya.
“Saya gapapa, kau tidak perlu khawatir.”
Bubble menatap A Chengyou dengan rasa khawatir.
“Maaf. Aku.. aku ga ada disana dan melindungimu, Chen.”
Bubble menangis.
“Sudah, ini bukan salah kau, namanya juga dalam misi kita ga ada yang tahu.”
Bubble mengangguk.
“Oh ya, kamu udah makan Chen? Itu ada bubur di meja itu, aku suapin ya.”
A Chengyou memandang ke arah April yang sedari tadi terdiam.
“...”
“Ya? Aku suapin dan biar nanti Chen sembuh.”
April mundur.
“Em, kalo gitu, April ke kamar rawat Senior San ya, Senior.”
April pergi dan keluar dari kamar rawat A Chengyou. A Chengyou merasa tidak senang April pergi dari kamarnya dan menemui San. Tangannya mengepal. Bubble sekilas melihat kepalan tangan A Chengyou.
“Chen, biar cepat sembuh, kita makan.”
Bubble menyuapi bubur pada A Chengyou. Mau tidak mau A Chengyou harus menerima ini.
'April...'
April menuju kamar rawat San dan melihat ada Ling yang sedang menunggu di dalam.
“Senior Ling!?”
Ling menoleh.
“April!”
Ling menghampiri April.
“Bagaimana keadaan Acheng?”
“Oh, baik Senior, itu diberi makan.”
“Sama siapa?”
“Aku kurang kenal siapa, tapi kayaknya teman seangkatan Senior.”
“Cowok atau cewek?”
“Cewek.”
Ling berpikir sejenak.
“Saya jarang sekali melihat A Chengyou bersama teman cewek apalagi sampai dekat banget begitu.”
'Masa iya dia pacar A Chengyou? Tapi A Chengyou kalo dekat dengan April tingkahnya seperti menyukai April. Dasar, banyak cewek di sekelilingnya.'
“Aku gatau, Senior Ling. Kalo memang dia pacarnya, bagus kalo begitu, ada yang merawat Senior.”
Ling terkejut mendengar ucapan April.
“Saya ga yakin itu pacarnya dan Acheng juga tidak dekat sama siapapun selain kamu, April.”
April tertegun. Tangan San mulai bergerak. April melihat ke arah San.
“Senior San!”
April dan Ling mendekati San. Membuka matanya secara perlahan, melihat sekeliling dan matanya tertuju pada April yang terbayang sekilas seperti Vio.
“V-v-ioo...”
'Vio?'
Mata San sudah jelas dan itu bukan Vio melainkan April. Ling memanggil dokter.
“Senior San.. akhirnya sadar juga.”
Dokter memeriksa tubuh San.
“Bagaimana keadaannya, dok?”
“Sudah membaik dan butuh istirahat dalam beberapa hari.”
“Syukurlah, terimakasih banyak dokter.”
“Terimakasih, dok.”
“Nanti saya berikan obat dan perawat akan memberikan obatnya.”
“Baik, dok!”
Dokter meninggalkan kamar rawat San.
“Bagaimana misinya?”
April dan Ling saling menatap dan menjelaskan.
“Sudah selesai untuk misi dan sudah dilaporkan pada Pak Kasim.”
April mengangguk. San merasa dirinya gagal dalam misi awalnya Istana Kegelapan.
'Dimana orang itu?'
San mencari Biru dan berpikir Biru akan datang kesini ketika malam hari.
“Nanti, yang berjaga disini siapa?”
“Saya sama April.”
“Kalo nanti malam?”
“S-”
“Aku Senior San.”
“April, malam-malam? Biar saya saja.”
“Tidak apa, Senior Ling, biar aku aja, Senior Ling juga harus jaga di kamar rawat Senior.”
“Baiklah kalau begitu.”
San berpikir sejenak.
'Kalau seperti ini, dia harus dibuat pingsan atau gua harus buat alasan untuk dia pergi lama.'
'Merepotkan.'
\*\*\*
Malam hari
Giliran April yang menjaga San. Ling menjaga A Chengyou namun A Chengyou menolak karena Ling sudah banyak membantu dan menyuruh Ling untuk istirahat. Ling menerima dan A Chengyou sendiri di kamar rawatnya.
“Hm, hei!”
April menoleh.
“Iya, Senior San?”
“Hm, tolong bawakan jaket milik gua di kamar gua di lantai 2, ini kuncinya.”
San memberikan kunci kamar pribadinya pada April.
“Oh, oke Senior San, tunggu ya.”
April keluar dari kamar rawat San.
“Dimana dia?”
Biru memakai masker, topi dan jaket berjalan menuju ruang medis. Biru melihat April yang keluar dari kamar rawat San. Biru berencana untuk membuat April pingsan.
‘JLEG’
April tak sadarkan diri. Biru membawa April ke ruangan kosong dekat ruang medis. Biru memasuki ruang medis dan menuju kamar rawat San.
‘Tok, tok, tok’
“Masuk!”
Biru membuka pintu dan menutupnya.
“Sampai juga, sudah gua tunggu.”
“Lu apain dia?”
Biru membuka maskernya.
“Khawatir banget?”
“Ck! Kalo sampai ketahuan, salah lu.”
Biru tersenyum.
“Bagaimana? Sudah melakukan misi dari tuan?”
“Sudah tapi gua lagi kayak gini, gimana caranya?”
“Gausah khawatir. Yang terpenting awasi seluruh kegiatan yang ada disini dan Kasim.”
“Ya. Tadi laporan misi buat tim gua katanya udah dilaporkan ke Kasim. Sayangnya gua kagak sadar, bangke.”
Biru tertawa kecil.
“Lain kali kalo diberikan misi disini jangan gegabah, kalo gegabah, yang ada misi dari tuan akan gagal.”
San mengerti.
“Ya, gua tau itu. Yaudah, gitu aja. Takutnya dia udah bangun dan yang lainnya liat kita berdua.”
“Aman aja.”
Biru memakai masker dan keluar dari ruang medis. April mulai bangun dari pingsannya.
“Aduh.”
“Eh? Ini dimana??”
April berjalan keluar dan melihat sekitar.
“Kok aku bisa pingsan disini? Aku juga ga ingat, aku pingsannya kenapa...”
April bergegas menuju kamar pribadi San dan mengambil jaket San.
“Ini dia!”
April segera menutup pintu kamar pribadi San dan kembali ke ruang medis membawa jaket.
“Senior San!”
San melihat ke arah April.
“Ini, udah aku bawain. Maaf lama ya, soalnya tadi aku gatau kenapa tiba-tiba pingsan?”
“Oh, gapapa, thanks.”
April tersenyum.
“Eh, coba temenin itu si A Chengyou, gua disini aja dulu gapapa.”
“Oke Senior San, nanti aku balik lagi.”
April meninggalkan kamar rawat San dan masuk ke dalam kamar rawat A Chengyou.
“Senior?”
April masuk dan tidak melihat ada A Chengyou di dalam kamar rawatnya.
“Senior!?”
April panik, tidak ada A Chengyou di dalam.
“Senior ada dimana???”
'Ngikk'
April menoleh. A Chengyou keluar dari kamar mandi. Hanya menggunakan celana panjang, baju atasannya dilepas. April berlari.
“Senior!”
April memeluk A Chengyou. Tubuh A Chengyou masih basah karena selesai membasuh badannya yang tidak terluka. A Chengyou terkejut.
“Aku khawatir banget. Tengah malem begini aku kira kemana.”
Mata A Chengyou berbinar dan melembut.
'Dia... Mengkhawatirkan saya? Memeluk saya?'
A Chengyou membalas pelukan April.
“Maaf, saya membuatmu khawatir...”
Rasa panik dan takut April ketika melihat A Chengyou tidak ada di kamar rawatnya membuatnya seperti jatuh dari gedung. A Chengyou satu-satunya Senior paling dekat dan lama dengan April selain Rawa.
“Senior, kamu sendirian saja? Dimana Senior Ling?”
“Saya suruh Senior Ling untuk istirahat, dia sudah banyak membantu dan pasti kelelahan.”
“Oh begitu, bener sih...”
“Jadi, Senior sendiri dong?”
“Ya..”
April melepas pelukannya dan momen menjadi canggung.
‘Eh.. aku kenapa memeluk Senior ya? Mana Senior lagi ga pake baju lagi. Malu banget!’
“Senior... M-m-maaf ya, aku tadi tiba-tiba memeluk Senior... A-a-ku ga sengaja dan...”
A Chengyou tersenyum. A Chengyou mendekati wajah April yang tampak malu.
“Dan apa?”
April menoleh. Wajahnya sangat dekat sekali dengan wajah A Chengyou.
“Hah?!”
April reflek mundur dan hampir terjatuh. A Chengyou memegang pinggang April agar tak terjatuh. Dua tangan April menempel di dada berototnya A Chengyou.
'Dag-dig-dug'
Jantung April dan A Chengyou berdetak kencang. Keduanya terdiam dan saling memandang satu sama lain.
TO BE CONTINUED...