NovelToon NovelToon
180 Hari Menjalani Wasiat Perjodohan

180 Hari Menjalani Wasiat Perjodohan

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Ink

Irgi beralih menatap Humaira.

Wajah calon istrinya itu sangat polos tanpa make up sama sekali. Tubuhnya juga dibalut baju gamis panjang serta jilbab pink yang menutup bagian dadanya. Dia sungguh jauh berbeda dengan pacarnya yang bernama Aylin.

Selain memiliki wajah yang cantik, Aylin pandai berdandan serta modis dalam berpenampilan. Kepopulerannya sebagai influencer dan beauty vloger membuat Irgi sangat bangga menjadi kekasihnya.

Namun wasiat perjodohan mengacaukan semuanya. Dia malah harus menikahi gadis lain pilihan kakeknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menemui Bapak

"Masyaallah Nak, perawakan Kamu bener-bener mirip kakekmu ya!" Ibu Zaenab memandang Irgi yang sedang berjalan ke arahnya, sambil tersenyum lebar.

Sebulan lebih tidak bertemu, Ibu Zaenab begitu pangling melihat sosok menantunya yang tinggi dan rupawan.

Wajah Irgi persis almarhum Haji Ahmadi. Kulitnya putih, hidungnya mancung, alis tebal seperti ulat bulu, dan bibir yang nampak kemerahan. Hanya saja tubuh Irgi jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kakek dan papanya.

Irgi hanya tersenyum kecil mendengar sapaan Ibu mertuanya yang tidak biasa. Dia lalu menyalami tangan ibu Zaenab dengan sopan dan hati-hati.

"Ibu udah enakan belum badannya?" Irgi ikut duduk di sofa ruang tamu, tepat di sebelah Ibu mertuanya.

Matanya memandang wanita paruh baya itu lembut. Meski dia kadang kekanak-kanakan, namun dia bisa menempatkan diri dengan cukup baik di hadapan orang yang lebih tua.

"Alhamdulillah, Nak! Udah enakan perutnya. Batuknya juga berkurang."

"Alhamdulillah, syukur kalo udah mendingan, "

"Iya, Nak. Kamu apa gak sibuk ngunjungin Ibu di sini?" Tatapan mata Ibu Zaenab begitu hangat, menyiratkan penerimaan dan ketulusan seorang ibu pada putranya.

"Enggak terlalu sibuk kok, Bu. Aku udah atur biar bisa nginep di sini beberapa hari, " ujar Irgi.

"Jangan kecapean, Nak! Kerja-kerja, tapi jangan lupa istirahat yang cukup. Maira bilang Kamu rajin banget syutingnya, pulangnya sampe pagi terus. "

"Maira bilang begitu ke Ibu?" Irgi bertanya dengan wajah bingung.

"Iya. Katanya, Nak Irgi juga ngasih uang belanja banyak ke Maira, hasil dari konten Youtube. Ibu ikut bangga, Nak!" Senyum bangga masih tersungging di bibir Ibu Zaenab.

"Maira beneran ngomong begitu ke Ibu?"

"Iya. Ibu udah liat channel YouTube Kamu loh. The Brother's Show. Bagus, keren. Ibu gak nyangka bisa punya menantu YouTuber." Ibu Zaenab terkekeh pelan.

"Siapa yang ngasih tahu Ibu?" Irgi betanya ingin tahu.

"Adam yang ngasih tahu Ibu. Dia kayaknya tahu dari Maira."

"Waah, aku pikir Ibu gak suka liat YouTube. Heheee..." Irgi terkekeh pelan.

Dalam hatinya, ia masih bingung, mengapa Humaira berbohong pada sang Ibu.

Irgi belum pernah memberikan uang sama sekali padanya. Mengapa dia harus berkata seperti itu!

"Ibu suka kok buka YouTube, tapi liat kajian, ceramah ustad-ustad, enak dengernya. Bikin adem. Nambah ilmu juga, " jelas Ibu Zaenab.

"Kalo channel aku kebanyakan isinya hiburan, Bu. Soalnya pengikutnya kebanyakan anak muda." ujar Irgi menambahkan.

"Iya, ibu liat kok, video Irgi sama temennya, bawain lagu sholawat. Itu juga penampilannya bagus, itu di mana ya?"

"Oowh yang sholawat.... Itu pas Ramadhan kemarin Bu, di cafe, lagi acara buka puasa bersama."

Irgi tidak menyangka jika keluarga Humaira begitu antusias pada profesinya.

Mereka terus mengobrol membicarakan perihal YouTube dan dunia konten, hingga sampai di titik sang Ibu menanyakan hubungannya dengan Humaira.

"Nak Irgi, sejauh ini, apa Kamu bahagia jadi suami Maira?"

Irgi terhenyak. Dia kaget diberi pertanyaan seperti itu oleh Ibu mertuanya.

"I..iya Bu, bahagia dong..." Mulutnya sedikit terbata, namun berusaha tersenyum.

"Maira itu anak pertama, wajar kalo wataknya agak keras. Nak Irgi harus memakluminya ya..."

"Iya, Bu. Tapi dia istri yang rajin kok."

"Kalo itu, gak usah diragukan lagi. Dia mandiri dari kecil, apa lagi pas Adam lahir. Dia bener-bener momong adiknya dengan baik. Bahkan sampe sekarang."

"Oiya Bu?"

"Iya, dia disipilin banget sama Adam. Maira dulu sekolahnya juara kelas, pinter, jadi dari kecil udah bisa ngajarin Adam baca tulis."

Irgi mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Tiba-tiba otaknya memvisualisasikan apa yang diceritakan oleh sang mertua.

"Oiya Nak, pagi ini, ziarah lah ke makam almarhum Bapaknya Maira. Supaya Nak Irgi tahu. Mumpung kalian ada di sini juga. Tolong doakan beliau ya, " pinta Ibu Zaenab dengan mata yang berkaca-kaca.

"Baik Bu. Aku akan pergi sama Maira. Kuburannya jauh gak dari rumah, Bu?"

"Gak terlalu jauh kok. Tapi gak bisa kalo bawa mobil, jalannya kecil. kalian jalan kaki saja kesana sambil liat pemandangan, lebih sehat. "

"Iya Bu, nanti aku ke sana sama Maira, mau doain almarhum Bapak."

***

Sekitar pukul delapan pagi, Humaira dan Irgi akhirnya pergi ziarah ke makam almarhum Bapak Maira. Lokasi kuburannya ada di tepi sungai dan berdekatan dengan hamparan sawah milik warga Desa.

Irgi membawa sebuah kresek berisi botol kosong serta dua buku bacaan Yasin dan doa tahlil. Sambil menapaki tanah yang basah karena gerimis semalam, kedua netra Irgi menyapu seluruh pemandangan di sisi kirinya.

Sebuah hamparan sawah dengan tanaman padi yang belum menguning, nampak indah dan asri bak karpet hijau luas ciptaan Tuhan. Di ujungnya yang cukup jauh nampak jelas, dua gunung besar berwarna hijau keabuan gagah berdiri.

"Waaaaww, keren banget gila!" seru Irgi dengan manik mata penuh kekaguman.

"Ucapkan Masyaallah, bila melihat ciptaan Allah yang luar biasa!" ucap Humaira yang ikut berhenti di sisi suaminya.

"Ah iya, lupa. Masyaallah!" seru Irgi kemudian.

Sambil membentangkan kedua lengannya, Irgi manarik nafas panjang, merasakan udara sejuk tanpa polusi mengalir melalui rongga hidungnya. Ada aroma rerumputan basah yang menyertai. Sangat menenangkan. Matanya terpejam beberapa saat.

Dengan tangan yang menenteng plastik berisi tiga macam bunga yang dipetik dari halaman rumah, Humaira memandang suaminya dengan tenang. Ia membiarkan sang suami menikmati suasana desa yang jarang mereka temui.

"Kamu mau, aku fotoin? Di belakang pemandangan ini. " Humaira berjalan mendekat sambil menunjuk area sawah.

"Ah iya juga. Sayang banget kalo gak foto. Jarang-jarang aku nemu pemandangan bagus kayak gini. Tolong fotoin aku, Maira!"

Irgi merogoh saku celananya dan memberikan ponselnya pada sang istri.

Irgi berdiri di belakang hamparan sawah itu, baju Koko putihnya terlihat sangat bersih dan kontras dengan pemandangan di belakangnya.

Cekkrrek, cekrek, cekrek

Humaira memotret Irgi dalam beberapa pose.

"Nah, sekarang giliran Kamu. Sini, aku fotoin!" Irgi mengayuhkan tangannya, mengajak Humaira berdiri di sisi sawah.

"Enggak deh, aku gak suka foto!" tolak Humaira sambil menggeleng pelan.

"Ayok, sekali aja. Buat kenang-kenangan!"

Humaira pun mendekat kemudian berdiri di depan hamparan sawah. Wajahnya nampak kikuk di depan kamera.

Cekrek, cekrek, cekrek

"Dih, orang aku belum siap!" Pekik Humaira kesal.

"Hahaha... Udah, bagus kok hasilnya!" Irgi tertawa pelan melihat hasil jepretannya.

Humaira hanya cemberut.

Mereka lalu meneruskan langkah menuju peristirahatan terakhir almarhum Bapak.

"Oiya Maira, kenapa Kamu bohong sama Ibu?" Kaki Irgi melangkah, matanya lurus menatap ke depan jalan.

"Bohong apaan?" Humaira tidak paham.

Mereka masih mengobrol tapi tidak saling memandang.

"Kamu bilang sama Ibu kalo aku sering ngasih uang belanja banyak, iya kan?"

Humaira diam.

"Aku malu, Maira. Harusnya Kamu gak perlu bohong sama Ibu."

"Ibu banyak nanya tentang rumah tangga kita. Bagaimana mungkin aku bilang yang sebenarnya, sementara ibu sedang sakit dan sangat mengkhawatirkan kita berdua."

"Dia juga terus memuji kerjaan aku loh," lanjut Irgi.

"Aku cerita sama Ibu apa yang sesuai sama sudut pandangku saja. Kalo tanggapan dia positif, ya memang Ibu orangnya begitu!"

"Hemmmm....."

"Udah sampe. Kuburan Bapak ada di ujung sana. Kamu ambil air dulu ya dari sungai, pake botol itu! Aku duluan mau nemuin Bapak. " Seru Humaira sambil beranjak cepat.

...****************...

1
Nurika Hikmawati
Irgi... beliin AC dong di rumahnya Maira
Pandandut
nyebelin amat sih/Grievance/
Dewi Ink: ngeselin emang
total 1 replies
Rezqhi Amalia
duduk memantau🌝
Bulanbintang
Orang tua memang nggak pernah jujur soal perasaannya, tp sbg anak kita bisa ngerasain yg sebenarnya. 😌
Muffin
Nggak usah malu kan udh halal maira . Hadusnya yg malu anomali ituu
iqueena
Sana husss husss
Dewi Ink: kucing x ah🤣
total 1 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
udah mulai saling ngobrol dan nggak cuek- cuekan lagi..... lanjut lah
drpiupou
wah Irgi Alhamdulillah yah sadar dikit dikit.

hmm covernya bagus kak
Dewi Ink: makasih kak
total 1 replies
Athena_25
zidan, kamu tungguin jandanya maira aja, biar segera punya istri wkwkwk biar gondokan itu si irgi nnt klo tau km yg nikahin mntan istrinya😂😂😂
Alyanceyoumee
haduuuh, puas banget da buat kamu Irgi.
Yoona
kalo ada diskon maju paling depan🤭🤭
Dewi Ink: cewek
total 1 replies
CumaHalu
lain kali kunci aja Humaira, jangan nunggu kang selingkuh.
Dewi Ink: 😂😂😂😂😂
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
Dewi Ink: ditunggu ya kak, makasih udah mampir🤗
total 1 replies
kalea rizuky
zidan jd pebinor aja q mendukungmu ambil dia dr suami durjana/Curse//Curse/
kalea rizuky
uda cerai aja makan tuh jalang bekas orang pasti dikasih berlian milih sampah gi
Nurika Hikmawati
Irgi gak asik deh
Dewi Ink: begitulah kak
total 1 replies
Avalee
Alur ceritanya menarik, pemeran utama laki-lakinya bikin emosi naik turun 🫵🏻. Semangat berkarya ya thor, aku padamu 🥰
Dewi Ink: makasih ya kak
total 1 replies
Pandandut
sudah tertulis
Dewi Ink
kasian ibunya lagi sakit ka
Rezqhi Amalia
nah, jawab jujur donk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!