Ditindas, dijual oleh keluarga sendiri, dimanja dan dibela oleh keluarga suami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11. Kerumah Bu Martha
April menggeleng. "Bukan, Bukan itu, tapi..."
"Tapi apa ? Katakan saja." Juni mulai risau, takut April hanya bercanda dan tidak serius dengan perkataannya tadi.
"Aku tidak punya kartu keluarga, hanya punya kartu identitas saja, kartu keluarga ada dirumah sama Ibu angkat ku." April jujur pada Juni karena memang begitu kenyataannya.
Juni terdiam, dia sedang memikirkan cara, kartu keluarga itu penting untuk mengurus pernikahan. Juga nama wali dari April harus ada.
"Kamu tidak perlu takut, dan khawatir, nanti aku akan bertemu dengan pengacara, dan soal kartu keluarga besok aku akan menyuruh orang kerumah mu." Juni akan bertanya dulu pada pengacara bagaimana solusinya.
"Sekarang lebih baik kamu tidur, semuanya biar aku yang mengurusnya besok." Ujar Juni lagi.
April segera keluar dari ruangan kerjanya Juni. Setelah April keluar Juni menghubungi pengacaranya dia meminta pengacara bertemu malam ini juga.
Sementara dirumah Bu Martha yang sekarang ditempati oleh keluarga lain, mereka sedang mengemas semua barang milik Bu Martha dan akan membuangnya ketempat sampah karena rumah itu sudah mereka beli.
Didalam kamar Bu Martha, mereka memasukkan barang Bu Martha kedalam kantong sampah, disana ada beberapa barang termasuk kartu keluarga dan juga barang milik April saat Bu Martha menemukannya dijalan.
"Pa, Kamu masukkan semua barang itu kedalam kantong sampah dan setelah itu buang aja ke tempat sampah didepan rumah." Ujar istri orang yang menempati rumah Bu Martha.
"Iya Ma," jawab suaminya. Mereka tidak mau semua barang milik Bu Martha atau yang lain berada diruang itu, karena rumah itu bukan milik Bu Martha lagi, tapi milik mereka sekarang ini.
Sedangkan Bu Martha, saat ini tidak ada yang tau entah dimana dia berada, April pun belum tau kalau Bu Martha sudah diusir saat ini.
***
Keesokan pagi, setelah sarapan, Juni dengan Agus dan beberapa orang kepercayaan Juni mendatangi rumah Bu Martha sesuai alamat yang diberikan oleh April.
April juga berpesan agar Juni membawa Bu Martha kesini, dan menyaksikan dia menikah dengan Juni.
April sendiri tidak tau nama ayah kandungnya, atau Ibu kandungnya karena Bu Martha pun Tidka pernah memberi tahunya.
Bu Martha hanay mengatakan kalau April bukan putri kandungnya, tapi dia ditemukan dijalan saat Bu Martha pulang kerja.
April juga tidak peduli dan tidak pernah ingin tau, karena April pikir dia dibuang karena kedua orang tuanya sudah tidak menginginkannya.
April mendapat kasih sayang sepenuhnya dari Bu Martha dan Pak Dimas yang sudah meninggal saat April usia 10 tahun.
Setelah Bu Martha menikah dengan Pak Alan, semaunya berubah, April sering diperlakukan tidak adil oleh Pak Alan dan juga Ayu Putri kandung Pak Alan dengan mantan istrinya.
"Nak, kamu bersiap-siap, kita akan pergi mencari baju, kamu harus terlihat lebih cantik." Ujar Bu Lusi setelah Juni dan Agus pergi.
Bu Lusi akan mengajak April untuk membeli gaun yang akan dipakai untuk pernikahan mereka.
Bu Lusi tidak mempermasalahkan resepsi, karena yang terpenting baginya Juni dan April sah sebagai suami istri, dia sudah sangat mendambakan seorang menantu.
Apa lagi gadis seperti April, selain cantik, polos, April juga sopan dan patuh, Bu Lusi sangat suka pada April. April menantu idamannya dan dia sangat cocok berbaur dengan calon menantunya itu.
"Kemana Bu, tapi aku tidak diizinkan keluar." April takut keluar karena Juni juga melarangnya, bukan tanpa alasan, tapi dia takut sama juragan Sofyan dan anak buahnya.
Kalau April keluar dan tertangkap oleh juragan Sofyan, dan anak buahnya dia tidak akan terlepas lagi, apa lagi kalau pergi bersama Bu Lusi, sudah pasti Bu Lusi juga akan terlibat.
"Siapa yang tidak mengizinkan, apa Juni membuatmu seperti tawanan disini ?" tanya Bu Lusi menatap penuh curiga.
April langsung menggeleng. "Tidak Bu, mas Juni tidak menawan ku, tapi--" April terdiam, apakah dia harus mengatakan pada Bu Lusi kalau dia diincar oleh juragan Sofyan, kalau dia memberi tahu apakah Bu Lusi akan berhenti sampai disitu atau malah bertanya lebih lagi.
"Tapi apa, apa ada yang ingin menyakitimu, katakan pada Ibu, biar Ibu mengurusnya, siapa yang berani menyakiti calon menantuku." Ujar Bu Lusi menyibak lengan bajunya dan berkacak pinggang seperti pendekar saja.
April tidak tau, harus bagaimana, haruskah dia berteriak terang pada Bu Lusi yang bisa dikatakan sebentar lagi akan jadi mertuanya.
"Katakan, jangan takut, ada Ibu yang akan melindungi mu." Desak Bu Lusi.
"Aku tidak diizinkan keluar, mas Juni takut, diluar ada seseorang yang sedang mengincar ku." April yang hanya memberi tahu seperti itu saja, dan Bu Lusi juga tidak bertanya lebih jauh, dia hanya mengomel saja.
"Siapa yang berani mengincar calon menantuku ? kamu gak usah takut, dengan Ibu kamu kan aman, pergi aja asal jangan pernah jauh dari Ibu." Bu Lusi tidak takut, dia pikir kalau dia sanggup melindungi calon menantunya itu.
"Baik Bu, aku ganti baju dulu." April langsung ke kamarnya.
Ditempat lain Juni, Agus dan beberapa orangnya sudah sampai dirumah Bu Martha.
Juni langsung memberi salam pada pemilik rumah itu, dia harus sopan kalau bertamu kerumah orang, apa lagi rumah Ibu angkat calon istrinya.
"Waalaikumsalam," sahut orang didalam rumah, bersamaan dengan pintu yang terbuka.
"Maaf Bu, kami ingin bertemu dengan Bu martha, apakah Ibu yang namanya Bu Martha ?" tanya Juni pas wanita berisi yang berdiri didepan pintu setelah menjawab salam.
"Anda siapa, aku bukan Bu Martha, Bu Martha sudah pergi dari rumah ini, sekarang aku dan suamiku yang menghuni rumah ini karena suami Bu Martha menjualnya pada kami." Jawab wanita itu.
"Pergi, kamana ?" tanya Agus.
"Mana aku tau, memangnya aku bodyguardnya." Jawab wanita itu ketus.
"Apa dia pergi membawa barangnya ?" tanya Juni, siapa tau Bu Martha pindah rumah.
"Tidak, dia hanya pergi dengan pakaian ditubuhnya saja, barangnya semua disitu, aku membuangnya karena rumah ini sudah menjadi milikku." Ujar wanita itu lagi.
Pandangan Juni, Agus dan orangnya semua tertuju pada kantong sampah yang ditunjuk oleh wanita itu.
"Apa disana ada surat-surat, seperti kartu keluarga ?" tanya Juni.
"Mana aku tau, lihat aja sendiri." Jawab wanita itu masih dengan ketus.
"Sudah kalau tidak ada perlu lagi, aku tutup pintunya, aku mau istirahat." Ujar wanita itu, lalu membanting pintu tanpa menunggu jawaban dari Juni lagi.
Mata Juni tertuju pada kantong sampah yang ditunjuk oleh wanita itu.
"Kalian periksa kantong itu !" titah Juni pada orangnya. Juni pun ikut melihat.
Kedua orang Juni langsung membuka kantong sampah itu, benar saja, banyak lembaran disana.
Juni langsung melihat satu persatu kertas di kantong sampah, sehingga senyumnya keluar dari bibir itu setelah mendapatkan kartu keluarga milik Bu Martha.
Juni juga menemukan beberapa pakaian kecil milik anak perempuan, dan ada juga gelang mungil yang bertulisan April Setiawan, yang berati ayah April adalah Setiawan.
Bersambung.
kisah nya sama dengan April karena April juga awal nya ditolong sama Juni dan akhirnya mereka menikah ibu Juni pun sosok yang baik dan sayang serta perhatian sama April.. semoga ibu nya Agus pun demikian juga dengan Ayu
Blum y thor..🤣🤣🤣