Tang Qiyue adalah seorang pembunuh bayaran nomer satu, dijuluki "Bayangan Merah" di dunia gelap. Di puncak kariernya, dia dikhianati oleh orang yang paling dia percayai dan tewas dalam sebuah misi. Saat membuka mata, dia terbangun dalam tubuh seorang gadis desa lemah bernama Lin Yue di Tiongkok tahun 1980.
Lin Yue dikenal sebagai gadis bodoh dan lemah yang sering menjadi bulan-bulanan penduduk desa. Namun setelah arwah Tang Qiyue masuk ke tubuhnya, semuanya berubah. Dengan kecerdasannya,kemampuan bertarungnya, dan insting tajamnya, dia mulai membalikkan hidup Lin Yue.
Namun, desa tempat Lin Yue tinggal tidak sesederhana yang dia bayangkan. Di balik kehidupan sederhana dan era yang tertinggal, ada rahasia besar yang melibatkan keluarga militer, penyelundundupan barang, hingga identitas Lin Yue yang ternyata bukan gadis biasa.
Saat Tang Qiyue mulai membuka tabir masalalu Lin Yue, dia tanpa sadar menarik perhatian seorang pria dingin seorang komandan militer muda, Shen Liuhan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayucanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Hidup yang Dipilih
Udara dingin menyelimuti malam panjang itu. Angin berhembus pelan, menyusuri sisa reruntuhan dan puing-puing pertempuran yang masih berserakan di tanah. Di langit, bintang-bintang bertaburan dengan tenang seolah menyaksikan dunia yang hampir hancur tapi tetap berdiri.
Pasukan unit eksekusi telah dikalahkan. Mereka lenyap bersama ledakan inti waktu yang menghancurkan logika temporal yang seharusnya tak bisa disentuh. Tapi kemenangan itu bukan tanpa harga. Banyak yang terluka. Beberapa gugur. Desa Qinghe dan markas militer masih tertatih, mencoba bangkit dari kehancuran.
Namun luka paling dalam tak terlihat di permukaan.
Di ruang perawatan sederhana, diterangi cahaya lampu minyak yang redup, Shen Liuhan duduk di sisi ranjang. Di depannya Lin Yue terbaring lemah, wajahnya pucat, nafasnya pelan. Meski luka di tubuhnya sudah dibersihkan dan dijahit, ia masih belum sepenuhnya sadar. Seakan tubuhnya sedang bertarung dengan sesuatu yang lebih besar dari sekedar cedera fisik.
"Yue.... bangunlah," bisik Shen Liuhan, dia menggenggam tangan Lin Yue erat, seolah bisa menyalurkan kekuatannya melalu sentuhan.
Tangannya hangat, tapi kulit Lin Yue dingin seperti es.
Beberapa detik berlalu. Lalu, perlahan, kelopak mata Lin Yue bergerak. Pelan, terbuka setengah. Tatapannya masih kabur, tapi saat ia melihat wajah Shen Liuhan... senyum lembut menghiasi bibirnya.
"Kau tetap di sini..." bisiknya lemah.
Shen Liuhan nyaris tak bisa menjawab. Hatinya terhimpit oleh kelegaan dan ketakutan yang bercampur. Ia menahan gejolak di dadanya, lalu membungkuk, menempelkan keningnya di tangan Lin Yue.
"Aku berjanji. Aku tidak akan meninggalkanmu," ucapnya pelan. "Tapi kau harus bertahan. Di dunia ini.... aku.... butuh kau tetap hidup."
Lin Yue menatapnya, lebih jernih kali ini. Matanya bersinar meski lelah dengan ketegasan yang sama seperti dulu saat ia pertama kali melawan nasibnya sendiri.
"Aku... memilih tetap di sini. Aku telah memutuskannya,". Katanya.
Shen Liuhan menatapnya dalam. "Bagaimana dengan masa depanmu? Dunia tempat asalmu?"
"Bukan rumahku," jawab Lin Yue tegas. "Rumahku adalah tempat di mana hatiku berada. Dan itu.... di sini. Denganmu."
Shen Liuhan tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya menarik nafas dalam, menahan emosi, lalu memeluk tangan istrinya seperti harta yang paling berharga.
"Kalau begitu," ucapnya pelan, "mari kita jalani hidup ini. Tak peduli siapa pun yang mencoba memisahkan kita."
Waktu berjalan. Hari berganti Minggu.
Luka-luka Lin Yue perlahan membaik. Tubuhnya mulai kuat kembali. Pagi-pagi, ia sudah bisa berdiri di dapur, mengiris sayur sambil mengobrol ringan dengan Shen Liuhan. Ia bahkan kembali ke lapangan latihan, membantu Xu Ming mengatur strategi pertahanan baru meski pria itu masih memakai perban di lengannya.
Namun yang paling berarti bagi Lin Yue bukan Medan perang. Melainkan kehidupan.
Ia kembali mengajar anak-anak di desa. Ia ikut memanen jagung, menanam bunga liar di halaman belakang rumahnya, dan tertawa bersama para ibu-ibu yang dulu membencinya. Ia belajar memasak makanan khas desa dan dengan bangga menyajikannya di hadapan Shen Liuhan yang berpura-pura tidak terkejut saat mencicipinya.
Suatu sore, saat matahari mulai tenggelam dan langit memerah keemasan, Lin Yue duduk di teras rumah, mengenakan baju sederhana dan rambut yang di kuncir longgar.
Shen Liuhan duduk di sebelahnya, sambil meminum teh hangat. Mereka tidak berbicara banyak hanya menikmati keheningan yang nyaman.
"Ternyata, bahagia itu sesederhana ini, ya?" gumam Lin Yue, setengah bicara pada dirinya sendiri.
Shen Liuhan menoleh, menggenggam tangannya yang diletakkan di lutut. "Kau layak mendapatkannya."
Lin Yue tersenyum dengan bahagia, dia merasa hangat dan lembut dihatinya.
Namun dalam diam, ia tahu... bahaya belum tentu benar-benar pergi. Mungkin organisasi waktu hanya tertidur sementara. Mungkin suatu hari mereka akan kembali.
Tapi ia tak takut lagi.
Ia sudah membuat pilihan.
Ia tidak akan kembali. Ia tidak akan menyerah. Dan jika dunia ini menolaknya lagi ia akan tetap bertahan. Karena untuk pertama kalinya... ia hidup bukan karena misi. Tapi karena cinta.
Sementara itu, di masa depan jauh dari suara jangkrik dan aroma tanah basah desa. Markas organisasi waktu sunyi. Layar hologram yang dulu menyala tanpa henti kini gelap dan data Lin Yue tidak lagi ditampilkan.
Seorang teknisi muda membuka berkas terakhir dengan jari gemetar.
Subjek: Lin Yue
Status: Lokasi tidak terdeteksi
Akses temporal: Diblokir
Risiko: Dinilai stabil
Tindakan lanjutan: Tidak diperlukan
Ia menoleh ke pria tua yang selama ini memimpin misi penghapusan. "Sir, dia... benar-benar menghilang dari sistem."
Pria itu mengangguk pelan. "Dia keluar dari peta waktu. Dia bukan milik kita lagi."
Layar hologram tertutup otomatis. Ruang itu kembali gelap.
Dalam catatan organisasi waktu, Lin Yue seolah tidak pernah ada.
Ia telah keluar dari jalur. Keluar dari kendali. Keluar dari semua pengawasan. Dan di dunia yang ia pilih, Lin Yue akhirnya bebas.
Ia bukan lagi pembunuh. Bukan subjek eksperimen. Bukan pion dalam permainan dimensi.
Ia adalah wanita biasa, dengan masa lalu yang luar biasa dan masa depan yang ia Bagun sendiri, bersama pria yang mencintainya sepenuh hati.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya.... Ia bahagia.