NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Takdir

Bukan Sekedar Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:628
Nilai: 5
Nama Author: xzava

Aku tak pernah percaya pada cinta pandangan pertama, apalagi dari arah yang tidak kusadari.
Tapi ketika seseorang berjuang mendekatiku dengan cara yang tidak biasa, dunia mulai berubah.
Tatapan yang dulu tak kuingat, kini hadir dalam bentuk perjuangan yang nyaris mustahil untuk diabaikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Di pagi Sabtu yang tenang, Yura sedang menikmati sarapan di meja makan. Jam baru menunjukkan pukul delapan, dan ia baru saja menyuapkan sendok pertama ke mulut saat suara bel rumah berbunyi nyaring.

Awalnya ia mengira itu adalah orang yang dikabarkan bundanya akan datang untuk mengecek pagar rumah. Tapi nada bel yang dipencet berkali-kali, terdengar seperti ulah orang yang tak sabaran.

“Siapa sih pagi-pagi gini, pencet bel kayak orang dikejar setan,” gerutu Yura sambil bangkit dari kursinya.

Begitu pintu dibuka, ia langsung terkejut melihat Hana sudah berdiri di depan pintu sambil menyeringai lebar, memperlihatkan deretan giginya.

Yang lebih mengejutkan, Hana sudah masuk ke teras, bahkan berdiri nyaris menempel ke pintu.

“Lo ngapain pencet bel kayak orang panik, kalau ternyata lo juga bisa masuk?” ucap Yura kesal, sambil membuka pintu lebih lebar.

“Gue kira digembok. Eh pas gue coba, ternyata gak dikunci. Ya udah gue pencet aja belnya, sekalian ngeganggu lo,” jawab Hana santai sambil melangkah masuk, tanpa menunggu izin lebih lanjut dari si empunya rumah.

Yura mengangkat alis, “Lo jalan kaki ke sini?” tanyanya curiga, karena tak melihat kendaraan di luar.

“Jalan kaki? Gila aja lo, rumah kita jauh banget,” Hana tertawa kecil. “Gue dianter, mobil gue masih di bengkel kan.”

“Lama banget di bengkel. Udah sebulan lebih kali,” komentar Yura sambil menutup pintu.

“Iya, nunggu apa gitu katanya. Ribet.”

Yura berjalan kembali ke meja makan. “Udah sarapan belum?”

“Udah dong,” jawab Hana sambil menarik kursi dan duduk. Tapi begitu melihat sepiring sarapan Yura masih hangat, ia tak tahan untuk ikut menyicip.

“Tapi nyicip dikit gak dosa kan?” katanya sambil mengambil sesendok dan langsung menyuapkan ke mulut.

Yura hanya melotot kecil. “Itu namanya bukan nyicip, itu ngerampas hak orang.”

Hana terkekeh. “Satu sendok doang, pelit banget lo.”

Yura menghela napas panjang, tapi tersenyum juga. “Udah ganggu sarapan gue, masuk rumah kayak rumah sendiri, nyicip tanpa izin. Lo sih enak banget jadi temen gue.”

“Ya iyalah, makanya lo jangan sombong. Gak semua orang bisa dapet gue sebagai temen,” jawab Hana penuh percaya diri.

“Lebih tepatnya, gak akan ada yang tahan temenan sama lo,” nyinyir Yura sambil melahap sarapannya dengan lahap.

“Yeeee, mulut lo!” Hana hanya melirik kesal, lalu bangkit dan berjalan ke ruang tengah tanpa memperpanjang debat.

Selesai makan, Yura menyusul ke ruang tengah. Hana rupanya sedang menonton kartun favorit mereka, meski usianya sudah lewat dari kategori anak-anak.

“Ngomong-ngomong, lo pindah ke sini atau cuma nginap beberapa hari?” tanya Yura heran ketika melihat koper Hana di sudut ruangan.

“Nginep doang lah, jangan GR. Senin ibu mau ke klinik pagi, jadi mobilnya gak bisa dipake. Biar enak, gue numpang nginap sini aja,” jelas Hana sambil terus fokus ke layar.

“Oooh,” Yura hanya mengangguk santai.

Beberapa menit mereka larut menonton kartun. Tak satu pun dari mereka mengalihkan pandangan, seolah takut ketinggalan satu detik adegan.

Tiba-tiba Yura berdiri. “Eh, gue mau mandi dulu. Kalau ada orang datang buat ngecek pagar, suruh aja masuk ya,” pesannya sambil menuju kamar.

Hana mengangguk tanpa berkata apa-apa. Yura pun masuk ke kamar, lalu mandi.

Namun, beberapa menit kemudian rasa bosan mulai mengusik Hana. Suasana terasa sepi. Ia pun membuka WhatsApp dan mengirim pesan ke grup ‘Manusia’:

“Ke rumah Yura yuk, gue bosan.”

Tak sampai satu menit, semua temannya membalas antusias dan setuju akan datang.

Sementara Yura masih di kamar mandi, tidak tahu apa-apa soal rencana dadakan itu.

Karena tetap merasa bosan, Hana keluar rumah untuk mencari udara segar. Ia mengambil satu snack dari dalam plastik yang tergeletak sembarangan di dekat dinding.

Saat ia duduk di depan rumah sambil mengunyah snack, datanglah dua orang seorang pria dan wanita.

“Permisi?” sapa mereka dari balik pagar.

“Iya, cari siapa?” tanya Hana ramah.

“Ini benar rumahnya Yura?”

“Iya. Orangnya di dalam, ada yang bisa saya bantu?”

“Kami mau cek pagar. Sekalian mau bahas modelnya juga.”

“Oh, oke. Masuk aja.” Hana membuka pagar untuk mereka.

Belum sempat Hana memanggil Yura, ternyata Yura sudah keluar dari rumah, masih menata handuk di kepalanya.

“Yur, orangnya udah datang,” kata Hana sambil menunjuk.

Yura langsung menghampiri dua orang itu. Mereka segera berbincang soal model pagar dan pengecekan kondisi sekarang. Yura meminta model yang simpel tapi selaras dengan desain rumahnya. Diskusi berlangsung sekitar 30 menit. Setelah semuanya jelas, mereka berpamitan.

“Terima kasih Kak,” ucap Yura sopan.

“Sama-sama.” Jawaban mereka hampir bersamaan sebelum akhirnya pergi.

Begitu mereka berdua meninggalkan halaman, Yura masih berdiri di depan pagar. Matanya menangkap mobil yang perlahan mendekat dari kejauhan.

“Eh, itu bukannya mobil Aldin?” tanyanya, memicingkan mata ke arah kendaraan yang familiar.

Hana berjalan mendekat dan mengangguk santai. “Oh iya, mereka udah datang.”

“Lah? Mereka mau datang?” Yura terkejut.

Hana hanya mengangguk tanpa rasa bersalah.

Refleks, Yura menjitak kepala Hana. “Ngasih kabar ke gue kek, dasar!”

“Sakit tau! Tapi lo seneng kan?” Hana terkekeh, menutupi kepalanya.

Yura mendengus, tapi tidak bisa menahan senyum kecil yang mulai muncul di wajahnya.

Sesampainya di depan rumah Yura, Aldin langsung menurunkan kaca mobilnya. Senyumnya lebar.

“Widiiih, gue disambut nih ceritanya,” ucapnya riang.

“GAK!” sahut Yura dan Hana kompak, namun tetap membukakan pagar agar mobil Aldin bisa masuk ke halaman.

“Thank you Sis,” kata Aldin sambil tersenyum nakal saat memarkirkan mobilnya.

Begitu turun dari mobil, ia langsung bertanya, “Ada acara apa nih?”

“Gak ada acara apa-apa,” jawab Yura santai sambil menutup pagar.

“Lah, kirain ada acara penting,” Aldin mengangkat alis.

“Masa lo dateng cuma kalo ada acara doang?” Hana menimpali, lalu memukul pelan lengan Aldin.

Mereka pun tertawa ringan. Yura baru saja selesai mengunci pagar, saat berjalan ke dalam rumah Hana bertanya sesuatu ke Yura terkait kertas yang tertempel di pagar.

“Eh, tadi gue liat sesuatu di pagar depan. Udah lo liat belum?”

“Udah. Gak penting,” jawab Yura cepat.

“Emang sebelumnya kalian udah janjian buat makan malam?” tanya Hana curiga.

“Iya,” jawab Yura singkat sambil menunjuk ke arah bungkusan snack yang tadi dimakan Hana. “Itu juga dia yang bawain.”

“Demi apa?” Mata Hana membulat, tampak terkejut. “Jadi kalian udah baikan dong?”

“Enggak. Gue aja gak tahu tulisannya apaan,” ucap Yura, datar.

“Lah, katanya udah lo lihat?” Aldin ikut nimbrung, penasaran.

“Liat doang, gak gue baca,” sahut Yura santai.

“Ampun deh anak satu ini,” Hana menggeleng-geleng, tak habis pikir. Aldin hanya tertawa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!