NovelToon NovelToon
Cinta Orang Kantoran 4 : The Sinner

Cinta Orang Kantoran 4 : The Sinner

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:53k
Nilai: 5
Nama Author: Septira Wihartanti

Mereka sama-sama pendosa, namun Tuhan tampaknya ingin mereka dipertemukan untuk menjalani cinta yang tulus.

Raka dan Kara dipertemukan dalam suatu transaksi intim yang ganjil. Sampai akhirnya keduanya menyadari kalau keduanya bekerja di tempat yang sama.
Kara yang supel, ceria, dan pekerja keras. Berwatak blak-blakan, menghadapi teror dari mantan suaminya yang posesif. Sementara Raka sang Presdir sebenarnya menaruh hati pada Kara namun rintangan yang akan dihadapinya adalah kehilangan orang terpenting di hidupnya. Ia harus memilih antara cintanya, atau keluarganya. Semua keluarganya trauma dengan mantan-mantan istri Raka, sehingga mereka tidak mau lagi ada calon istri yang lain.
Raka dan Kara sama-sama menjalani hidupnya dengan dinamika yang genting. Sampai akhirnya mereka berdua kebingungan. Mengutamakan diri sendiri atau orang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seventeen

“Saya lebih suka jus buah dibanding kopi.” kata Kara sambil menyeruput jus kiwi apelnya.

“Sama, saya juga. Penglihatan jadi jauh lebih cerah.” Kata Caitlyn.

“Tapi Tante ini cantik banget ya. Operasinya dimana? Mahal ya?” dengan Lugas Kara bertanya.

“Nggak usah tahu, Kara. Saya habis dua milyar untuk 3 kali operasi, dan nyatanya secantik ini juga tidak menjamin laki-laki akan setia.”

“Oooh, iya aneh ya.” desis Kara. “Yang itu juga sering jadi pikiran saya. Apa yang salah di diri saya.”

“Tidak ada. Kamu cantik. Mereka yang bodoh. Saya bodoh. Saya tolol. Saya akui. Dan saya bertekad tidak mengulanginya lagi.” Caitlyn menggelengkan kepalanya.

Tapi kemudian matanya berkaca-kaca.

“Astaga saya masih ingat wajah Raka saat dia memergoki saya. Bodohnya saya…” Caitlyn menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

“Saya coba… minta maaf berkali-kali. Dia hanya mau saya menjauh. Hanya itu. Saya mengerti… tapi ini keadaan genting. Saya mau minta kesempatan sekali lagi untuk…”

Caitlyn tidak melanjutkan perkataannya karena sibuk menangis.

“Yaaah.” Bu Annisa melipat kedua tangan di depan dadanya.

Wanita tua ini juga ikut.

Ia menatap Kara sambil tersenyum.

“Karena saya membantu Caitlyn, Raka mengambil semua saham. Dan memaksa saya untuk pensiun. Kini saya tidak memiliki pengaruh apa pun di perusahaan.” katanya ke Kara.

“Tapi ibu kan sebagai Owner? Memang bisa begitu? Sepenuhnya tidak berhak?”

“Bisa dengan perjanjian, Kara. Ada Undang-undang selama perusahaan ini Go Publik. Bahkan Owner pun bisa digulingkan apabila mengancam stabilitas perusahaan.”

“Maaf bu… Maaf…” isak Caitlyn.

“Bukan hanya kamu yang saya bantu, Caitlyn. Saya ikut andil dalam kegagalan tiga pernikahan Raka. Saya dari awal memang sedikit memaksanya untuk menikah agar ada keturunan. Saya tahu persis dia itu gemar berbisnis sampai tidak ada waktu  untuk urusan cinta. Padahal harus ada pewaris di garis keturunannya.”

“Jadi… tiga mantan istri Raka itu, Bu Annisa yang menjodohkan?” tanya Kara.

“Ya betul. dan ternyata kalau sudah urusan cinta, Raka berubah jadi naif. Saya tak menyangka.”

“Yah sebenarnya bagus sih.”

“Tapi dia jadi tidak bisa mengendus ada yang tak beres. Saya merasa sangat bersalah.”

Lalu mereka bertiga terdiam.

“Saya ingat kamu.” Bu Annisa menunjuk hidung Kara.

“Ibu sudah pernah bertemu Kara?” tanya Caitlyn. “Kok saya tak ingat ada karyawan seperti dia ya?”

“Dia sudah bekerja di sini sejak 5 tahun yang lalu.” sahut Bu Annisa. Kara langsung menoleh ke wanita tua yang sangat terlihat kalau di masa mudanya dia sangat cantik itu.

‘‘Kamu menyembah saya minta saya mengizinkan kamu bekerja tanpa ijazah. Saya sangat mengingat tampang seperti kamu yang manis tapi tingkahnya konyol.”

“Itu benar.” desis Kara sambil terkekeh. "Saya 2 tahun magang, 3 tahun karyawan tetap. Perusahaan mencatat saya fresh graduate sejak 3 tahun lalu. Tp sebenarnya saya sudah bekerja lebih lama dari itu. Dalam masa magang saya itu, saya menemui bu Annisa. Saya sampai sujud-sujud minta diizinkan kerja sambil kuliah."

Caitlyn sampai menutup mulutnya saat tahu ada kejadian seperti itu, “Kamu bersujud ke Bu Annisa?”

“Saya sangat butuh pekerjaan tapi belum punya ijazah.” bisik Kara. “Waktu itu saya baru lulus SMA, dan magang di Delice, tapi bagian produksi. Mungkin Tante waktu itu di bagian Marketing ya? Tante sudah level atas, saya masih di kubangan lumpur. Apalagi orang tua saya baru saja meninggal. Saya tidak mau luntang-lantung. Tapi kata Bu Gita, kalau mau bekerja jadi pegawai di Topaz, harus punya ijazah s1.”

“Bagaimana? Sudah lulus?”

“Cum laude dooong!!” seru Kara sambil mengangkat tangannya. “Terima kasih Ya Paduka Ibu Suri.” Kara langsung berlutut di depan Bu Annisa.

Bu Annisa menggeleng-gelengkan kepalanya.“Gadis lucu.” entah kata-kata ini adalah ejekan atau pujian.

“Padahal saya bilang ke Gita, kalau dalam tiga tahun kamu tidak lulus, kamu akan langsung ditendang. Saya sudah optimis kalau anak dengan perangai seperti kamu pasti tidak bisa serius dalam target.”

“Bukti kalau jangan menilai seseorang dari covernya, Bu.” kata Kara.

“Kamu ambil jurusan apa Kara?” tanya Caitlyn penasaran.

“Ekonomi Tante, yang cepet lulusnya aja.” kata Kara cengengesan.

“Owh, saya sarjana Kimia.” kata Caitlyn

“Waaah, sarjana Kimia kok jadi marketing bu?”

“Rejeki saya di sana.”

“AH ya, saya mengerti.”

“Karena Itu saya mengerti mengenai racikan obat. Walau tidak berlisensi, saya mengerti bagaimana membuat formula yang baik. Dari sanalah muncul produk Delice yang viral itu.”

“Hooo. Coba tebak saya pakai produk apa?” Kara mendekatkan wajahnya.

“Hm…” Caitlyn membelai Pipi Kara sambil menganalisa. “Kamu hanya pakai satu produk. Sunscreen yang sudah dengan serum. Teksturnya tipikal produk Eropa.”

“Tepat!!” seru Kara sambil ternganga takjud. “Memang mahal banget sampai menghabiskan setengah gaji saya! Saya hanya bisa belinya 6 bulan sekali! Tapi dari SMA saya pakai ini.”

“Yah, produk terbaik di kelasnya, Kara. Walau mahal, tapi kalau pakai itu kamu jadi hemat make up, karena diblended-nya gampang.”

Kara menatap Caitlyn dengan berbinar-binar. Seakan ia sedang bertemu dengan guru terbaik di kelasnya.

“Jadi…” Bu Annisa mengaduk Mojitonya. “Sejak kapan Kara?” tanyanya langsung.

sejak kapan.

Tidak perlu dilanjutkan kalimatnya.

Semua sudah mengerti maksud pertanyaan ini.

Sudah pasti berhubungan dengan Raka.

Kara menelan ludahnya lalu menyeruput jusnya sejenak.

“Sulit dijelaskan Bu.” kata Kara. “Yang jelas, tanpa sengaja.”

“Saya mau tahu kualitas kamu.” kata Bu Annisa. “Kamu aset atau beban? Atau Aset tetap dengan depresiasi tinggi?”

Kara pun menyeringai.

“Tidak semuanya.” desisnya. “Saya jamin, saya ini insentif.” Katanya sambil menyeringai. “Saya ini keuntungan yang timbul dari hasil investasi perusahaan.”

“Aaah,” kata Bu Annisa sambil mengangkat alisnya. Caitlyn bahkan menatap Kara dengan rasa salut, karena baru kali ini ia bertemu orang yang sangat percaya diri. “Coba buktikan.” Kata Bu Annisa.

“Beri saya waktu.” kata Kara sambil tersenyum.

Sebenarnya Kara asal saja bilang ini, ia pikir toh Bu Annisa sudah tua, nanti juga lupa. Lagipula Kara tidak peduli dia ini aset atau beban, atau depresiasi. Menurutnya ia lakukan yang terbaik dari dirinya untuk perusahaan. Toh kalau tidak dibutuhkan, ia bisa cari pekerjaan lain karena umurnya masih muda. Jalannya masih panjang. Tabungannya cukup untuk 2 tahun tanpa bekerja. Dan Bu Gita setidaknya akan memberikan surat rekomendasi karyawan berprestasi untuknya.

Tapi sepertinya Bu Annisa dan Caitlyn tidak perlu menunggu lama.

Karena dari arah pintu Lobby,

Raka masuk ke dalam gedung dengan keren.

Bersama Elang dan Guntur dibelakangnya mendampinginya.

Langkahnya menghentak-hentak menunjukkan emosi yang tak stabil.

Dia langsung menuju cafe tempat Kara bersantai bersama Caitlyn dan Bu Annisa.

Entah dari mana Raka mendapatkan kabar kalau Caitlyn ada di sana.

Tapi dari tatapan Raka ke arah Caitlyn, Kara merasakan adanya sesuatu yang berbeda.

Bukan hanya marah.

Tapi ada rasa sedih.

Dan rasa terhina.

“Kamu mau apa di sini?” Raka memang tidak berteriak. Ia menggeram seperti hewan buas.

Ia mencengkeram lengan Caitlyn, lalu langsung menyeret wanita itu keluar dari Cafe.

1
Vlink Bataragunadi 👑
ga ngertiiiiiii/Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
ih senengnyaaa ya suasana kantor nya ky gini
Vlink Bataragunadi 👑
2 2 nya somplaaaaak/Facepalm/
Vlink Bataragunadi 👑
aduuuh/Shhh/
Vlink Bataragunadi 👑
oooh ternyata ada alasannya
Vlink Bataragunadi 👑
beuuuuh pedesy benerrr madam/Joyful/
Vlink Bataragunadi 👑
wadaaaaaw/Drool/
Vlink Bataragunadi 👑
eh eh eeeeeh.... tp dipindah ke divisi lain kan om?
Vlink Bataragunadi 👑
woaaaaw/Angry//Angry//Angry/
Vlink Bataragunadi 👑
ih kereeeen
Vlink Bataragunadi 👑
mantaaaaap....

tp fakta di lapangan tidak sesederhana itu/Awkward/
Vlink Bataragunadi 👑
adooooh om Raka macam begini mah hwoaaaaat atuuuh/Drool/
Vlink Bataragunadi 👑
ternak tuyul pa, lebih menghasilkan mwehehe
Vlink Bataragunadi 👑
ya ampuuuun baik bangett
Vlink Bataragunadi 👑
astagaaaaaa/Facepalm/
SasSya
😃😂
ketahuan
udahhhh
gas.. dapat restu dr sahabat dan seng mantan gebetan
dian😺
lah? jadi? kok isoh???😂
Nurlela Nurlela
komplikasi atau kontraksi?
dian😺
tuman! 🤣
Murdiyanti Soemarno
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!