Cinta Orang Kantoran 4 : The Sinner
“Dengan Om Rayan?” Kara menghampiri seorang pria, tinggi, rahang tegas, tatapan mata tajam yang terkesan meremehkan, yang berdiri bersandar di pilar hotel.
“Hm?” gumam pria itu.
“Saya Kara, dari aplikasi Rapunzel.”
Pria itu melirik Kara, kini lebih intens, dari atas ke bawah. Lalu ia ulangi lagi aksinya itu sebanyak 2 kali, seakan matanya adalah mesin Scanning.
“Oh, oke Mbak. Yuk ke atas.” beberapa saat kemudian ia tersenyum tipis dan mengantar Kara ke kamar hotel.
Kara mengikuti pria itu.
Seingatnya namanya Rayan. Pria bayaran yang bertugas untuk memuaskannya malam ini.
Dalam hati ia berpikir, tumben yang datang cowok tinggi wangi dan tampak berkelas. Ini beneran sewa perjamnya hanya sejuta? Spek Rolls Royce begini?!
Mereka masuk ke kamar hotel yang telah disewa oleh si Om, tentunya Kara yang akan mengganti uangnya disaat terakhir nanti. Sesuai kesepakatan ia akan transfer biaya jasa ditambah sewa kamar di hotel bintang 5.
Karena Kara tak ingin ada drama.
Ia juga ingin kamar yang mewah dan bagus, biar bisa sekalian foto-foto. Untuk ditunjukkan ke teman-temannya dan… mantan suaminya.
Makanya ia pesan laki-laki yang tampangnya agak lumayan, dengan usia matang.
Setelah memakai jasanya, dan tentu saja Kara merasa sangat puas dengan service yang diberikan.
Udah wangi, ganteng, kuat pula! Ia sampai memuncak berkali-kali!
Tapi ada satu hal yang mereka tak lakukan.
Berciuman.
Berbagai gaya, berbagai tehnik, berbagai metode mereka lakukan. Bahkan menggunakan bantuan alat agar bisa kelojotan. Tapi tak sekalipun mereka berciuman.
Akhirnya pagi pun Kara terbangun karena sinar mentari dari jendela kamar menerpa pelupuk matanya.
Ia sadar ada dimana sekarang.
Ia merenggangkan tubuhnya, lalu memeluk tubuh hangat di sebelahnya.
Om yang tadi malam masih tertidur di sebelahnya.
sebelah tangannya menyambut tubuh Kara, lalu ia posisikan wajahnya menghadap tubuh wanita itu, sambil sesekali menggoda puncak dada Kara.
Kara cekikikan.
Lalu mengelus rambut Om Rayan.
“Om, aku udah mau masuk kerja. Kutransfer aja deh sekarang ya, nanti kita WA-an aja.” kata Kara sambil melirik ke arah layar ponselnya.
si Om pun mengangkat wajahnya dengan mata mengernyit.
“Ha? Transfer?”
“Iya, sesuai kesepakatan kita kan? Dua juta permalam? Tambah harga kamar jadi berapa? Lima jutaan ya?” Kara bahkan tak yakin hitungannya benar.
“Oh… dua juta ya? Kamu nggak nawar lagi? Saya puas loh sama servis kamu.” kata si Om sambil mengambil ponselnya. “Kamar ya tanggungan saya dong. Rekening kamu berapa? Lima juta cukup nggak sama besok lusa?”
Kara pun terdiam.
“Maksudnya Om?”
“Ya kalau kamu mau, saya mau sewa kamu lagi untuk lusa pas weekend.” kata Om Rayan. “Rekening kamu berapa?”
“Saya yang malah mau tanya rekening Om Berapa? Saya mau transfer uangnya nih.”
“Transfer apa?” tanya si Om.
“Ya harga sewa jasa segs kamu dong Oooom.” Kara agak tidak sabar menanggapi si Om.
“Maksudnya kamu yang mau bayar saya? Kan saya yang order kamu? Gimana konsepnya jadi malah kamu yang bayar saya?”
“Saya sebagai per-order loh om.”
“Ha?”
Lalu mereka berdua terdiam karena merasakan adanya keanehan.
dan secara berbarengan menatap ponsel mereka.
“Kamu…” si Om membaca order dari aplikasi Rapunzel. “Kania kan?”
“Kara, Om. Nama saya Kara.” sahut Kara sambil terbelalak karena kaget.
“Hah?!” dan si Om pun mengangkat ponselnya yang ada foto ‘Kania’ ke atas, menyamakan wajahnya dengan Kara. “Lah iya, aslinya jauh lebih cantik.”
“Om ini Om Rayan kan?”
“Nama saya Raka.”
“Loh?” seru Kara sambil membuka foto Om Rayan.
Ya jelas beda dengan yang di foto. Aslinya jauh lebih putih, lebih berotot, dan lebih tampan tentunya.
Dan mereka pun sadar, kalau semalaman mereka bercinta dengan orang yang salah.
“Astaga…” gumam mereka.
Dan fatalnya, mereka sama-sama penyewa jasa. Bukan penyedia jasa.
dan bodohnya lagi, semaleman karena ‘sibuk’ mereka tidak sadar kalau Rayan dan Kania yang asli sudah mengontak ponsel mereka belasan kali sampai akhirnya order itu dibatalkan sepihak dan mereka terkena denda.
“Maaf Om!” Kara langsung berdiri dan menunduk karena tak enak hati.. Ya tapi dia lupa pakai baju.
“Yah, ngapain kamu minta maaf, saya juga salah orang…” gumam Raka sambil geleng-geleng kepala..
Pria itu berdiri dan menyingkirkan selimutnya, lalu berjalan ke arah meja untuk mencari air putih. Ia meminumnya beberapa teguk lalu menyodorkan sisanya ke arah Kara.
Kara menegaknya sampai habis.
lega juga setelah minum.
Mereka terdiam beberapa saat untuk menelaah situasi yang baru aja terjadi.
Dari awal mereka tidak merasa ada hal yang aneh. Ya tapi memang masing-masing dari mereka bersikap agresif sih.
Sikap yang biasanya ditunjukkan seorang 'penyewa'. Sementara 'penyedia' biasanya lebih bersikap pasif sesuai request 'pengorder'.
Raka kira memang itulah sifat dari wanita yang ia sewa malam ini, yang mana sebenanrya itu memacu birahinya jadi semakin tinggi. Ia suka wanita yang agak 'memimpin'.
“Tapi… kamu beneran order laki-laki yang usianya lebih tua dari kamu? Fetish ya?” Raka bersandar di tepi meja, masih tanpa busana, sambil melipat kedua lengannya yang berotot ke depan dadanya yang bidang.
Kara melihat otot perutnya yang sudah puas ia jilati tadi malam.
“Yaaah, pokoknya yang posturnya beda 180 derajat dengan mantan suami saya. Terlihat lebih mapan, lebih baik.” kata Kara sambil menggigit bibirnya. Ia mulai gatel lagi.
Karena melihat anggota tubuh yang menggantung di depannya ini sangat menggoda.
“Ya ampun.” si Om Terkekeh geli. “Umur kamu berapa?”
“22 om.”
“Usia kamu bahkan lebih muda dari cewek yang saya order.” sahut Raka.
“Om sendiri berapa umurnya?”
“Tahun ini 38, single karena capek komitmen.”
“Capek?”
“Saya 3 kali menikah. Dan semua berakhir dengan kegagalan. Ya kamu tahu lah, perceraian yang terjadi dengan kondisi nggak jelas siapa yang salah.”
Kara duduk di sebelah Raka dan memiringkan wajahnya.
“Tiga kali menikah… kok bisa ya? Saya yang menikah sekali saja capek Om. Dulunya dia baik banget, dia anggap saya Ratu. Tapi pas ada cewek yang dadanya lebih besar dari saya, dia mulai jarang pulang.”
“Hm…”
“Hm.” Kara mengangguk sambil mencari bukti foto dari ponselnya. “Tuh lihat deh Om, mana ngajak saya buat poligami. Kan stress tuh orang. Ya mending saya cari gadun lah, walaupun gadun bohongan! Yang penting saya bisa foto-foto biar dia ngiri, menunjukkan kalau saya nggak peduli lagi sama dia.”
“Padahal masih peduli?”
“Yah jelas…” gerutu Kara. “Saya kan nikah pakai cinta, bukan pakai gengsi.”
“Tapi kayaknya beliau menikahi kamu dengan gengsi. Kan bisa naik level kalau nikah sama Putri Salju seperti kamu.” Raka menyeringai. Ia melihat foto mantan suami Kara yang menurutnya standar saja. Kenapa ya laki-laki seperti itu bisa dapat banyak wanita cantik, sementara yang ‘sepertinya’ malah hidup mengenaskan tanpa pasangan?
“Makasih, saya anggap itu pujian.” Kara pun berdiri dan akhirnya bergelayut di perut Raka sambil memeluk pinggangnya. “Btw, sejam lagi saya harus absen di kantor karena harus ikut rapat susunan pengurus yang baru. Ambil tengahnya saja deh Om, karena saya bukan wanita panggilan. Biar sama-sama enak, saya transfer om berapa?”
“Yaaaah, itu namanya kamu merendahkan saya. Emang gaji kamu berapa sih, sampai kamu bisa kasih saya duit ha?” Raka menoyor dahi Kara.
“Cukup lah buat membeli Om Gadun Palsu yang namanya Rayan. Khehehehe.”
“Yeaaah, bisaan kamu nih.” Raka terkekeh sambil mengecup dahi Kara, lalu memeluk wanita itu dengan erat.
Kara memejamkan matanya untuk menikmati kehangatan dari orang asing yang tadi malam sudah membuat hasratnya stabil.
“Kalau begitu… Kamu transfer saja saya dua juta sekarang, seperti harga si Rayan, lalu saya akan transfer kamu lima juta untuk sesi besok lusa. Masing-masing dari kita harus transfer nominal yang disepakati biar ada recordnya. Jadi harga diri kita terselamatkan.”
“Oke. Berbelit-belit, tapi masih oke. Terus... apa maksudnya 'Sesi Besok Lusa'?” tanya Kara.
“Iya, weekend tuh. Bisa dari pagi ke pagi lagi kita. Gimana?”
“2 hari lima juta?”
“Kenapa? Kurang?”
“Pingsan nggak ya saya?”
“Jangan khawatir, saya traktir makan kok.”
“Bukan gituuu, iiih!” Kara mencubit pinggang Raka sambil menjauh pura-pura ngambek. Raka menangkap tangan Kara, lalu memeluknya dari belakang. Dan mulai memasuki tubuh wanita di dekapannya itu.
Kara mengeluh karena merasa perih sekaligus serangan libido yang meledak-ledak.
“Terserah Om Raka…” de sahnya saat ia kembali dikerjai.
**
“Lu makan banyak banget Ra…” desis Puspa saat melihat sahabatnya itu sarapan mie ayam sampai dua mangkok. Ia sendiri hanya minum jus alpukat. itu pun sudah eneg kekenyangan.
“Habis kelar olahraga.” gumam Kara di sela-sela makannya.
“Oh, lu akhirnya jogging pagi-pagi? Semoga bertahan lama deh ya, lo kan bosenan.” sahut Puspa. “Heran deh, ada ya orang olahraga biar gemuk. Sementara yang lain olahraga biar kurus.”
Mana mungkin Kara bilang kalau olahraga yang baru saja ia lakukan termasuk jenis olah tubuh yang berbeda.
“Gue olah raga biar sehat, Puspaaa. Biar sehat! Lo nggak inget hari ini ada apa heh?! Meeting Rapat kinerja! Gue harus banyak makan biar nggak tekanan mental!!” Kara gebrak meja. “Buk, es jeruk!” ia memesan minum ke ibu-ibu kantin.
“Tadi es susunya udah habis neng?!” seru Ibu kantin sambil mengernyit ngeri.
“Udah!” sahut Kara sambil mengangkat gelas kaca kosongnya.
Tak lama Eris datang sambil merengut. “Gawat deh. Laporan keuangan yang kemarin diminta tim-nya Pak Yudhistira belum selesai dong gaes.”
“Kita udah kasih temuan itu sejak dua bulan yang lalu.” kata Kara dengan mulut penuh. “Lu scanning kan tanda terimanya? Sekarang semua data yang dikasih ke Finance harus pakai tanda terima loh ya, lu foto kalo perlu!”
“Ada sih Raaaa, tapi gue punya feeling mendung nih, bakalan tegang banget meeting sekarang.” keluh Eris.
“Ya kalo ada kesalahan Pak Yudhistira nggak jadi kasih modal tambahan ke perusahaan soalnya.” timpal Puspa.
“Ngapain sih lo ikutan pusing? Mereka digaji gede memang buat itu, buat mikir hal-hal yang lebih rumit, bukan urusan kita. Kita mah cukup kerjain porsi kita aja!” Kara menegak es jeruknya.
“Lo habis cerai, blak-blakan banget ya Ra.” kekeh Puspa.
“Perceraian mengajarkan gue untuk lebih menyayangi diri sendiri dulu baru bisa menyayangi orang lain. No Debat, Anti kritik.” sahut Kara sambil meletakkan gelas kaca kosongnya ke atas meja.
Ah, tapi memang benar feeling Eris.
Karena ruangan Rapat Besar di pagi itu mendung.
Hampir badai malah.
Karena hal ini…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
S𝟎➜ѵїёяяа
hadoohhh gimana seh , saking gk tahan nya ya sampe kliru ngenalin org😌😂... padahal semalem di scanning dua kali si raya sama Raka .
emang selera wanita suka yg lebih dewasa dianggap fetish? soalnya aku sejak remaja gk suka sama yg seumuran🤣
2025-06-04
4
Giyatmini
hampir tiap hari bukain sigma ama tante Vivi kok masih sepi2 aja, lupa kalau kebiasaan madam pasti ada proyek baru kalau yg lain mangkrak, gak taunya beneran tengok2 dah nyampe bab 19 😮
maraton lah bacanya ini dan ku berharap semua bisa rampung ya madam
2025-06-12
1
𝕭𝖚𝖊 𝕭𝖎𝖒𝖆 💱
aaahhh akhirnya madam kluarin orang kantoran lg ...
kesini lg setelah kutersesat dipaijo ,dan skrg hpnya sekarat ,ganti hp LG tapi ga bisa unduh Paijo lg ...😭😭😭😭😭
2025-06-04
1