Seorang mahasiswa cupu yang hidupnya terkurung oleh penyakit langka, menghembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Tanpa dia duga, kematian hanyalah awal dari petualangan yang tak terbayangkan. Dia terbangun kembali di sebuah dunia fantasi yang penuh sihir dan makhluk-makhluk aneh, namun dalam wujud seorang anak laki-laki berusia lima tahun bernama Ahlana. Ironisnya, dia terlahir sebagai budak.
Di tengah keputusasaan itu, sebuah Sistem misterius muncul dalam benaknya. Sistem ini bukan hanya memberinya kesempatan untuk bertahan hidup, melainkan juga kekuatan luar biasa: kemampuan untuk meng-copy ras makhluk lain beserta semua kekuatan dan kemampuan unik mereka. Namun, ada satu syarat yang mengubah segalanya: setiap kali Ahlana mengaktifkan kemampuan copy ras, kepribadiannya akan berubah drastis, menyesuaikan dengan sifat alami ras yang dia tiru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Sanaill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Perjalanan Melalui Hutan dan Pelajaran Pertama Elias
Perjalanan kami bersama Elias dimulai. Hutan Tirnanog jauh berbeda dari rawa perkebunan yang busuk. Di sini, pepohonan menjulang tinggi menutupi langit, membentuk kanopi hijau yang megah. Udara terasa bersih dan segar, dipenuhi aroma tanah basah, lumut, dan bunga-bunga liar. Cahaya matahari menembus celah-celah dedaunan, menciptakan bintik-bintik keemasan di lantai hutan. Sebuah pemandangan yang menakjubkan, dan jauh lebih baik daripada yang pernah kulihat.
Elias berjalan di depan dengan langkah ringan dan anggun, seolah kakinya tak menyentuh tanah. Dia tidak terburu-buru, namun setiap langkahnya efisien dan penuh perhitungan. Aku mengikuti di belakangnya, disusul oleh Kael, Lyra, dan belasan anak-anak lainnya. Jubah Elias yang kukenakan terlalu besar, membuatku seperti mengenakan karung, tapi setidaknya aku tidak telanjang.
"Hutan ini luas dan menyimpan banyak rahasia," Elias memulai, suaranya tenang, seolah bercerita pada dirinya sendiri. "Kalian harus belajar menghormatinya. Jangan memetik tanaman sembarangan, jangan membuat suara terlalu keras. Hutan ini hidup, dan ia memiliki telinga."
Kami mendengarkan dengan saksama. Bagiku, itu adalah pelajaran berharga tentang dunia fantasi ini. Bagi anak-anak, itu adalah pengetahuan baru yang jauh berbeda dari kehidupan budak mereka.
[Sistem Reinkarnasi: Pindai Ras Terdekat. Ras Terdeteksi: 'Peri Hutan' - Level 10 (Status: Waspada, Berinteraksi dengan Lingkungan). Jarak: 2 Meter.]
Aku melirik Elias. Jadi, Sistem mengidentifikasinya sebagai 'Peri Hutan', bukan hanya 'Elf Pengembara'. Mungkin ada perbedaan halus. Dan sepertinya, berada dekat dengannya memengaruhi Sistemku.
Beberapa jam kami berjalan. Elias menunjukkan kami berbagai hal: jenis buah beri yang aman dimakan, jejak kaki binatang, bahkan cara mengetahui arah hanya dari lumut di pohon. Dia adalah guru yang sabar dan bijaksana. Aku menyerap setiap informasi seperti spons. Ini adalah hal yang tak pernah kudapatkan di hidup lamaku atau di rawa.
Namun, yang paling membuatku terkejut adalah reaksinya terhadap pertanyaan-pertanyaan provokatifku.
"Elias," kataku suatu kali, "kau kan Elf yang sangat bijaksana, kenapa tidak kau saja yang pergi ke rawa dan membebaskan semua budak itu? Mereka pasti akan sangat senang." Aku sengaja menambahkan sedikit nada menantang.
Elias hanya tersenyum tipis. "Setiap makhluk memiliki jalannya sendiri, Ahlana. Kekuatan datang dari dalam, dari keinginan untuk bebas. Aku hanya bisa membimbing, tidak memaksakan kehendak."
"Tapi bukankah itu pengecut?" ujarku, mencoba memancingnya. "Melihat ketidakadilan dan tidak berbuat apa-apa?"
Elias berhenti berjalan, menoleh padaku. Matanya yang hijau menatapku dalam. "Bukan pengecut, Ahlana. Setiap tindakan memiliki konsekuensi. Jika aku menyerbu perkebunan, itu akan memicu perang antara klan Elf dengan manusia di sana. Akan ada lebih banyak darah yang tertumpah, dan mungkin saja, akan ada budak lain yang menderita karena itu. Ada saatnya kekuatan harus digunakan, dan ada saatnya kebijaksanaan lebih diperlukan."
Aku terdiam. Penjelasannya masuk akal. Ahlana yang provokatif ingin terus memancing, tapi Ahlana yang asli, yang dulunya seorang mahasiswa, bisa memahami logika di baliknya. Ini adalah pelajaran tentang kompleksitas dunia ini, bukan sekadar hitam-putih.
"Lalu, bagaimana dengan kekuatanmu, Elias?" tanyaku lagi. "Seorang Elf sepertimu pasti sangat kuat. Kau bisa mengendalikan tanaman dan, uhm, mungkin berbicara dengan binatang?"
Elias terkekeh pelan. "Ya, kami terhubung dengan alam. Kami bisa meminta bantuan dari hutan, berbicara dengan angin, dan memahami bisikan sungai. Tapi kami juga memiliki batasan. Sihir kami adalah bagian dari keseimbangan, bukan untuk digunakan sembarangan."
Tiba-tiba, suara derap kaki kuda terdengar di kejauhan. Elias segera mengulurkan tangan, memberi isyarat agar kami bersembunyi.
"Penjaga patroli," bisiknya. "Mungkin dari pemukiman manusia terdekat, atau bisa juga pemburu lain."
Kami semua bersembunyi di balik semak-semak dan pohon besar. Aku, dalam jubah Elias yang kebesaran, meringkuk di antara akar pohon. Jantungku berdebar kencang. Aku bisa merasakan ketakutan anak-anak di sekitarku.
Tiga pria bersenjata dengan baju zirah ringan dan menunggang kuda melewati kami. Mereka tampak seperti prajurit, bukan pemburu. Mereka berbicara dengan suara keras, mengeluhkan tentang "budak yang kabur" dan "bocah aneh yang berubah wujud."
"Itu Grom," bisik Kael. "Mereka pasti prajurit yang disewa Grom dari kota."
Aku mendengus kesal. Jadi, Tuan Grom tidak menyerah begitu saja. Dia benar-benar mengerahkan pasukannya.
Setelah para prajurit itu lewat, Elias memberi isyarat bahwa kami aman. Kami melanjutkan perjalanan. Ketegangan kembali menyelimuti suasana.
"Jalan ini akan lebih berbahaya," kata Elias. "Kita harus bergerak lebih cepat, atau mencari jalan memutar. Mereka pasti akan terus mencari."
Aku mengangguk. Aku harus bersiap. Jika kami bertemu mereka lagi, aku harus berubah. Tapi menjadi apa? Beruang terlalu lambat. Elf juga tidak cocok untuk pertarungan langsung. Aku perlu sesuatu yang cepat, mematikan, dan bisa menimbulkan ketakutan.
[Sistem Reinkarnasi: Pindai Lingkungan. Mengidentifikasi Ras Potensial untuk Pertahanan Diri...]
[Ras Terdekat: 'Harpy Pemburu' - Level 15 (Status: Terbang di Atas, Waspada. Atribut Khas: Kecepatan Udara Tinggi, Penglihatan Tajam, Serangan Cakar Mematikan, Insting Predator. Kelemahan: Pertahanan Rendah, Mudah Terpancing). Jarak: 20 Meter, Arah Atas.]
Harpy? Makhluk berwujud setengah manusia, setengah burung? Kedengarannya menarik. Dan Level 15! Jauh lebih tinggi dari semua ras yang pernah ku-copy.
Tiba-tiba, sebuah ide jahil muncul di benakku, ide yang sangat Ahlana. Jika aku bisa berubah menjadi Harpy, aku tidak hanya bisa bertarung, tapi juga... memberikan sedikit kejutan pada para prajurit itu. Dan mungkin, sedikit komedi.
Aku menoleh ke Elias, seringai tipis muncul di bibirku. "Elias," kataku, suaraku kini kembali normal, "aku punya ide. Ide yang mungkin akan membuat perjalanan kita lebih... efisien."
Elias menatapku dengan curiga. "Ide apa itu, Ahlana? Aku punya firasat, idemu selalu melibatkan lebih banyak kekacauan daripada efisiensi."
"Oh, tentu saja tidak!" kataku, pura-pura tersinggung. "Ini hanya sedikit... hiburan. Dan mungkin akan membuat para prajurit itu berpikir dua kali untuk mengejar kita."
Aku tahu ini akan merepotkan. Aku tahu mungkin aku akan berakhir telanjang lagi. Tapi naluri Ahlana untuk menjahili dan memprovokasi musuh tak bisa kutahan. Aku juga ingin melihat apa yang bisa dilakukan oleh Harpy Pemburu ini.
To be continue......