Dinikahi Bos Suamiku

"Semua karena perbuatanmu sendiri yang membuat ku nggak nyaman," jelas Annisa merasa lega setelah mengeluarkan isi hatinya yang selama ini dipendam ketika mengetahui perselingkuhan sang suami.

"Kenapa salah aku, jelas-jelas dari awal sudah ku beritahu bahwa jangan pernah ikut campur. Kamu sendiri yang ingin menyelidikinya," sindir Ardika sudah pernah memperingati tentang hal ini. sekarang, ia tidak mau tahu jika sudah terjadi yang membuatnya sakit hati karena bukan salahnya.

"Aku kira kamu sudah berubah untuk tidak pernah berhubungan lagi dengan perempuan lain," lirih Annisa sangat berharap ketika waktu suaminya mengantar kerja ke kantor tanpa memperdulikan pelakor yang tidak jelas.

Namun, tidak secepat itu juga berubah karena pertengkaran mereka yang tidak ada apa-apanya. Jadi, lebih baik melepaskannya saja dan membiarkan apa yang ingin dia dilakukan. Cukup selama ini, hidupnya mendapat masalah bertubi-tubi dan menderita karena diperilakukan tidak adil. Terlepas dari hubungan yang sudah tidak baik, bisa membuatnya lebih tenang dan bahagiakan dirinya sendiri dibandingkan mengurusi suami yang tidak punya hati.

"Aku dengar apa yang kamu bicarakan," sindir Ardika tidak suka kalau ada seseorang yang mengkritik dirinya. Apalagi sudah kedua kalinya istrinya berani untuk menilai dirinya. Ia pun sudah tidak ingin memperbaiki hubungan dengan istrinya setelah harga dirinya diinjak, seperti ini.

"Ya maaf," ucap Annisa sangat kecewa karena suaminya tidak mau mengaku salah. Sekarang tekadnya semakin kuat untuk pergi meninggalkan suaminya karena hanya satu-satunya jalan berpisah dengannya selain penceraian.

"Enak aja minta maaf. Kamu pun nggak pernah mau memaafkan kesalahan orang lain," ujar Ardika tidak sudi menerima maaf dari istrinya yang sudah terlalu merendahkannya. Lebih baik ya, seperti ini saja bertindak sesuai keinginannya sendiri tanpa memikirkan orang lain. Apalagi istrinya sudah terbiasa dengan kebiasaannya jadi, tidak perlu repot-repot untuk berubah kalau mau mengendalikan hidupnya.

"Aku hanya kesalahan kecil aja sudah bikin kamu marah, seperti itu. Bagaimana dengan ku ketika kamu berselingkuh lalu sering kali berkata kasar. Bayangkan perasaan ku saat itu," balas Annisa bicara sejujurnya tentang hal yang ingin dilupakan ketika bertemu kembali dengan suaminya.

"Mempermainkan seseorang yang niat tulus dibilang kesalahan kecil. Apa aku nggak salah dengar," bentak Ardika tak bisa percaya kalau yang didengar semua dari mulut gadis berpanampilan sholeha.

"Aku nggak pernah permainkan kamu karena dari awal tak pernah ada niat untuk memaafkan mu," bela Annisa terkejut ketika suaminya bisa sampai membentaknya begitu kasar berarti sudah di tahapan besar kesalahannya.

"Tapi sikap kamu ketika menghidangkan makanan dan yang lainnya sangat jelas kalau sudah memaafkan ku," bentak Ardika lagi-lagi dibuat tidak percaya bahwa selama ini istrinya melakukan hanya biasa saja.

"Saat itu, aku lakukan hanya untuk bersandiwara karena di sana ada tamu dan aku nggak mau dianggap sebagai istri tidak tahu diri yang tidak ingin mengurusi suaminya. Kamu yang terlalu berpikir lebih," tuduh Annisa memberi semua alasan yang sebenarnya kenapa dirinya harus repot-repot menawarkan untuk memasak makanan.

Ardika sudah kehabisan kata-kata ketika mendengar semua dari istrinya, tapi yang diyakini saat itu. Annisa sangat menikmati masak untuknya, ternyata semua pemandangan hanyalah ilusi yang ditampilkan olehnya saja. Sungguh sangat mengecewakan kalau yang terjadi ....

"Jadi, kamu nggak ada hak untuk menuduh ataupun membentak ku. Jangan berharap bahwa aku akan melayani kamu!" tekan Annisa memberanikan diri untuk melawan suaminya yang sudah marah besar.

"Apa kamu melakukannya hanya untuk balas dendam?" tanya Ardika merasa gugup untuk mendengar jawaban yang sejujurnya dari seorang perempuan tersakiti akan sangat menakutkan.

"Aku memang sakit hati, tapi tidak pernah terpikir olehku untuk membalas dendam dengan mu. Menurut ku tidak ada gunanya melakukan itu semua," jawab Annisa dengan sangat tenang setelah beberapa kali mengalami hal ini.

"Kamu ...." Ardika tidak menyangka dengan apa yang didengarnya barusan. Sungguh sangat merugi sudah membuat hati seorang istri, seperti Annisa tersakiti oleh perbuatannya.

"Aku sudah pasrah sejak awal bahwa kamu tidak pernah mencoba untuk menyukai ku," lirih Annisa sudah bisa melepaskan semua rasa untuknya karena sudah tidak ada artinya lagi.

"Annisa ...." Ardika sudah tidak berkata-kata untuk membalasnya dan teringat usahanya memperbaiki hubungan dengan sang istri hanya sia-sia saja.

"Maka dari itu, aku ingin bisa terbebas dari kamu sudah sangat cukup untukku. Sekarang mau kamu apa?" tanya Annisa sungguh berat bicara, seperti itu terhadap suaminya. Hatinya sakit ketika membohongi perasaannya bahwa tidak ada rasa untuknya.

"Aku butuh kamu berada di sisiku meskipun tidak ada perasaan terhadap ku," jawab Ardika tidak ingin kehilangan istri yang begitu berharga, baik hati dan terbaik ketika semua itu disia-siakan.

"Percuma saja kamu memohon karena aku nggak mau untuk melakukan apapun berkaitan denganmu," tolak Annisa yang sudah tidak peduli dengan semuanya bahkan dirinya sendiri.

"Sekarang, kamu terima saja akibat perbuatanmu itu. Lepaskan aku dari hubungan ini," pinta Annisa hanya ingin tenang menjalani hidupnya tanpa dibayangi oleh perasaan takut atau kecewa.

"Aku nggak bisa melepaskan kamu," tolak Ardika permintaan istrinya membuatnya sangat terpukul karena sudah tidak ada harapan untuk menahannya tetap tinggal bersama dengannya.

Hatinya terasa sakit, seperti ribuan pisau menusuk ke dalam tubuhnya yang tidak bisa ditahan. Ia baru sadar, mungkin perasaan inilah yang dialami oleh istrinya ketika meminta sebuah penjelasan. Namun, dirinya tetap tidak mau mendengar apapun.

"Aku mau pergi beberapa hari dari sini, jaga diri kamu baik-baik. Sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi," lirih Annisa menahan sakit hatinya karena terpaksa dilakukan untuk membuatnya menjauh dari pandangan suaminya saja.

"Jangan pergi dari sini, aku mohon." Ardika memegang tangan istrinya sekuat mungkin untuk menahan kepergiannya yang tidak bisa diterima olehnya. Ia akan melakukan segala cara untuk membuatnya gagal keluar dari rumah miliknya ini.

"Asal kamu tahu, setiap kali melihat kamu. Aku teringat perselingkuhan saja dan itu sangat menyakitkan untukku," rintih Annisa sudah tidak ada harapan lagi bisa bersatu dengan suaminya. Ia memang tidak ada niat untuk cerai, tetapi cukup dengan melepaskannya saja.

Annisa mencoba melepaskan genggaman tangan suaminya dengan berurai airmata, hati sudah sangat sakit jika tetap tinggal bersama. Ia tidak sanggup lagi hingga suaminya melepaskan ketika melihatnya kesakitan, saat itu juga Annisa berlari untuk menghindari dari kekuasaan sang suami.

Ardika pun ikut menyusul istrinya yang sudah berlari menjauh, tetapi percuma saja berlari secepat mungkin Annisa sudah sangat jauh tertinggal. Ia pun mencari akal dengan mengendarai motor ninja nya untuk membawa istrinya kembali, belum sempat menghampiri istrinya dari kejauhan untuk membujuknya. Nyawanya sudah ....