Hati Seindah Bunga

    Andika tersenyum sendiri karena Tiara sudah mulai mahu berteman dengannya. Kebahagiaan di hati tidak menghilangkan konsentrasinya dalam bekerja.

"Senyum-senyum sendiri, awas kesambet loh", ucap Sarah mengintip.

"Cepat masuk ada yang ingin ku ceritakan ".

"Ada apa ?", Sarah antusias.

"Aku dan Tiara sudah berteman sekarang. Terima kasih, ya sudah memberikan nomor ponselnya".

"Sama-sama. Terus, kalian tidak akan ketemuan dan jalan-jalan berdua gitu?".

"Lusa aku akan mengantarnya ke bandara".

"Bandara?, ngapain?".

"Memperbaiki mesin pesawat!. Bepergianlah tapi aku nggak nanya kemana".

"Yah!. kenapa nggak nanya".

"Kamu mahu usahaku berakhir sebelum dimulai?. Nggak usah ikut campur".

"Takut amat pisah. Tenang saja kak, Tiara bukan sosok plin-plan".

"Kenapa akhir-akhir ini kamu sering kemari?" .

"Apa papa nggak cerita?, mulai besok aku akan magang disini. Aku akan ditempatkan di bagian pemasaran "

"Enak banget tugasmu hanya memeriksa barang-barang yang akan dilepas ".

"Emang. Aku mahu pulang, ngantuk".

"Tidur disini saja biar kakak minta sekretaris kakak mengantarmu ke asrama pekerja ".

"Aku masih bisa nyetir sendiri".

"Jangan cengkal. Tunggu disini".

    Andika ke luar ruangan dan meminta sekretarisnya untuk memanggil Andi ke ruangannya.

"Bapak, memanggil saya?", Ucap Andi.

"Antar adik saya pulang".

"Aku pulang sendiri saja. Aku nggak mahu diantar dia".

"Jangan protes. cepat berikan kunci mobilmu padanya".

    dengan memanyunkan bibirnya, Sarah menyerahkan kunci mobilnya kepada Andi.

"Andi, saya titip dia, ya. Jaga dia baik-baik hingga tiba di rumah".

"Baik, pak".

"Kakak nggak salah orang untuk menitipkanku?. Dia yang menghancurkan hatiku ", batin Sarah.

"Kenapa bengong?. Sana pergi".

"Iya iya, dasar".

    Andi dan Sarah berdiam diri tanpa bersuara hingga tiba di parkiran. Sarah bergegas duduk di kursi depan, Andi hanya bisa tersenyum di samping badan mobil.

"Cepat masuk. Aku sudah ngantuk".

"Baik, nona".

    Baru saja mobil keluar parkiran, Sarah tertidur. Andi sesekali meliriknya tapi, tiba-tiba Andi menepikan mobilnya dan merekam suara Sarah yang sedang ngorok.

...****************...

Dua hari kemudian.

"Assalamualaikum".

"Waalaikum salam. Om?, om yang viral itu, kan?. Wah! Kalau sampai teman-teman tahu om viral ke rumahku, bisa-bisa aku diinterogasi. Om, boleh minta foto bareng?", sambut adik Tiara.

"boleh".

    Mereka berdua foto bersama .

"Kamu sudah datang?. Tunggu aku ambil koper dahulu".

"Kalian saling kenal?".

"iya".

"Sudah mahu berangkat, nak?", tanya ibunya kepada Tiara yang menarik kopernya dari dalam kamar.

"Berikan padaku", ucap Andika seraya menarik koper Tiara.

"Nak, paman baru melihatmu?".

"Maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Andika teman baru Tiara, kakaknya Sarah", Andika memperkenalkan diri lengkap.

"Sarah, yang sering datang kemari itu?", ibunya ikut bertanya.

"Iya, tante".

"kenapa kami baru melihatmu?", imbuh ayahnya, tegas.

"Saya baru tiba dari Amerika dan berencana menetap disini ".

Tiara menyadari arah pembicaraan kedua orangtuanya.

"Ibu, bapak, maaf, aku bisa ketinggalan pesawat kalau kita ngobrol terus. Kami pamit, sampai jumpa"

"Permisi tante, om".

"Titip salam dan sayang kami kepada Rangga!", ucap ayahnya lantang.

...****************...

Andika melirik jari manis Tiara mencari adakah cincin yang melingkar sambil mengemudikan mobilnya.

"Kamu tidak memakai cincin?".

"Cincin?, cincin apa?", tanya Tiara telah lupa akan sandiwara yang dibuat Rangga.

"Bukan apa-apa. Siapa Rangga?".

"Sahabatku semenjak SMP. Perjalananku ini juga untuk menyaksikan pertunjukkan teaternya secara langsung".

"Kalian cuma bersahabat?".

"iya. Memang sih, banyak yang menaruh kecurigaan bahkan mencoba-coba menjodohkan kami. Hahaha..lucu sekali pemikiran mereka".

"Bagaimana kalau dia memiliki perasaan kepadamu atau suatu saat malah kamu yang jatuh cinta kepadanya?".

" Mustahil".

"Tidak ada yang mustahil di dunia ini jika Allah SWT telah turun tangan".

Tiara terdiam, tidak bisa menjawab. Bagaimana jika dugaan Andika terjadi?. Tiara tidak ingin memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi.

Bandar udara.

"Aku hanya bisa mengantarmu sampai disini", Andika menghentikan mobilnya tepat di pintu masuk bandara.

"Kamu mengantarku seperti ini saja aku sudah bersyukur. Terima kasih, ya. Oh, ya, kamu mahu minta oleh-oleh apa?".

"Kamu kembali dengan aman saja, aku sudah senang", jawabnya sambil mengambilkan koper di bagasi.

"Pergilah, kamu belum check in kan?", lanjutnya.

Tiara mengangguk.

Tiarapun melangkahkan kakinya memasuki antrean penumpang yang hendak memasuki pintu bandara.

...****************...

Bersambung. ...