"5 milliar untuk rahimmu! Lahirkan seorang pewaris untukku! Setelah dia lahir, kau boleh pergi!"
Nayla bingung untuk mengambil keputusan secepat itu. Tetapi dia sangat membutuhkan uang untuk biaya operasi Ayahnya yang mengalami kecelakaan lalu lintas beberapa waktu lalu.
"Jika sampai satu tahun, aku tidak kunjung melahirkan. Apa kompensasinya?"
"Kau harus tetap mengembalikan uangku dengan menjadi budak wanitaku!"
Bagaimana reaksi Nayla? Akan kah dia tetap melanjutkan syarat pernikahan kontrak dengan CEO di tempat dia bekerja? Bagaimana nasib Keluarga Nayla Suherman selanjutnya? Akan kah tumbuh benih-benih cinta di dalam nya. Yuk kepoin cerita Nayla dan Mahendra Wijaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Camelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seragam Dinas
Selamat membaca..
🍒
🍒
🍒
Akad nikah telah diselenggarakan dengan baik tanpa ada kendala sedikitpun. Pengantin lelaki yang terlihat gagah dengan stelan jas berwarna putih gading. Yang terpadu padankan dengan kebaya pengantin yang kini membalut indah di tubuh ramping Nayla Suherman. Semakin terlihat aura kecantikan yang selama ini disembunyikan.
Mahen dan Nayla saling bertukar cincin. Mereka saling menatap dengan perasaan Masing-masing. Perasaan berkecamuk kini dirasakan oleh Nayla. Rasa takut dan haru yang tiba-tiba menyelimuti hatinya. Dua rasa yang saling bertautan, mendorong kuat cairan yang telah terkumpul di pelupuk mata. Hingga lolos begitu saja membasahi kedua pipinya. Dengan cepat Nayla menghapus jejaknya sebelum Ayah dan Ibunya melihat keadaannya sekarang ini.
Dan rasa canggung terlebih rasa malu juga sungkan tampak mendominasi perasaan Nayla pada Mahen. Ia tak pernah berpikir dunianya akan beralih secepat ini. Status gadis yang disandang nya selama ini telah berubah menjadi istri orang. Perempuan muda yang telah sah menjadi istri dari seorang Mahendra Wijaya, CEO Wijaya Group. Tak disangka, Mahen tidak pernah main-main dengan ucapan sendiri. Apalagi mengingkari kesepakatan yang telah dibuatnya. Ia benar-benar menepati kata-kata yang diikrarkan dari bibirnya yang memiliki kekuasaan yang luar biasa.
Kini, setelah status itu disandangnya. Nayla harus mempersiapkan hatinya seluas samudera untuk mengabdikan hidupnya pada suami sahnya. Walaupun itu hanya sekedar menikah siri, karena di dalam agama yang dianutnya adalah pernikahan yang sah. Hanya yang membedakan status pernikahannya tidak tercatat di negara. Nayla juga harus siap, jika Mahen yang resmi menjadi suaminya akan membawa dirinya keluar dari singgasana ternyamannya selama ini, menuju istana yang menjadikan dia istri sesungguhnya.
Walaupun terselip kesepakatan yang tertulis dibalik terjadinya pernikahan siri antara dirinya dengan pria yang telah beristri. Namun tidak bisa dipungkiri dan diabaikan. Nayla telah terlibat dalam pernikahan yang sesungguhnya. Dia harus bisa menjadi istri dengan segala kewajibannya. Karena dia tidak mau dikatakan menjadi istri durhaka dan pembangkang. Jalankan apa yang telah menjadi tugas seorang istri serta sisipkan doa disetiap langkah agar mendapatkan ridho-Nya. Dan pasrahkan segala sesuatunya pada Sang Pemilik Alam dan seisinya. InsyaAllah akan berjalan sesuai kehendak-Nya.
Kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil yang memiliki dua pintu dan jok. Satu jok untuk si pengemudi dan satunya lagi untuk si penumpang.
Setelah keduanya berpamitan pada Ayah dan Ibu Nayla. Karena kesibukan menantu barunya itu, mengharuskan segera pergi dari ruangan yang telah menjadi saksi perubahan status kedua anak manusia itu.
Lama keduanya terdiam. Akhirnya Mahen menyalahkan mesin mobil sport kesayangannya, melaju meninggalkan pelataran parkir rumah sakit dan berbaur di keramaian jalan raya.
Sekian menit, Nayla hanya diam duduk di jok penumpang di samping kemudi. Memandang luar jalanan dari kaca di sebelah nya. Semakin lama roda mobil itu berputar, semakin membuat sadar ingatan Nayla akan jalan menuju rumahnya.
"Perasaan ini bukan jalan menuju rumahku? Kita mau kemana, Om?" tanya Nayla mengamati setiap arah yang dilalui mobil sport milik Mahen. Mobil sport itu terus melaju dan berbelok ke arah yang lain.
"Rumah kita! Bukan rumahmu!" sahut Mahen santai.
"Tapi, Om," Nayla tiba-tiba menjadi panik.
"Apa yang kau bingungkan?"
"Aku kan belum mempersiapkan keperluanku," ucap Nayla menundukkan kepala seraya mengerucutkan bibirnya.
"Enggak perlu panik dan ribet! Semua keperluan kamu sudah tersiapkan semuanya! Termasuk seragam dinas kamu!" ucap Mahen dengan senyum devil.
'Haah? Seragam dinas apa? Apa aku harus memakai seragam setiap hari seperti baby sister?' pertanyaan yang terus berkecamuk dalam hati Nayla tanpa ada jawaban satupun yang tertulis.
Mobil sport itu akhirnya berhenti di depan sebuah rumah minimalis, namun terlihat sangat elegan.
Netra Nayla membulat melihat rumah yang asri tertata rapih di hadapan nya. 'Apa aku harus tinggal di rumah ini sendirian? Bagaimana jika hujan deras dan listrik padam? Atau ada maling di tengah malam? Aaaarrrgggh.. Bayangan-bayangan buruk itu berhamburan di kepala Nayla seperti burung yang mengitari berkejaran berputar di kepalanya.
"Nae.." panggil Mahen. Namun panggilan itu terabaikan.
"Nayla!" pekiknya, seketika menyadarkan perempuan yang duduk di sampingnya.
"Ehh, iya, Om,?" balasnya nyengir.
"Ayo turun!" suara Mahen terdengar kembali.
"Iya, om."
****
"Permisi, Tuan!" akhirnya Nayla berinisiatif meninggalkan Mahen lebih dulu.
Sedari tadi mereka masih berkutat dengan pikiran masing-masing. Namun tak berniat melepaskan pandangannya satu sama lain.
"Tuan.. Tuan! Am.. Om! Tidak ada panggilan lain gitu, yang pas buat manggil suaminya!" ucap Mahen membuat gadis yang beranjak meninggalkannya itu kelimpungan.
"Apa?" telisik Nayla.
"Panggil apa gitu, yang enak di dengar!" cercanya lagi.
"Jadi, aku harus panggil apa, Tuan Mahendra?" ucap Nayla menundukkan kepala, tidak berani menatap ke arah Mahen.
"Cari sendiri! Tidak kreatif!" hardiknya.
'Astaga..Baru sehari jadi istrinya, sudah ribet banget hanya gara-gara sebuah panggilan. Apalagi satu tahun! Bisa kurus ini badanku, tinggal tulang belulang!' batin Nayla.
"Mau dipanggil Abang? Kakak? Atau mas!" usul Nayla tetap pada kesabarannya.
"Dikira Abang becak, Abang gojek, Abang cilok, Abang-abang!" protes Mahen.
"Ya sudah, kakak aja," sahut Nayla singkat.
"Kakak tua! Kakak pembina! Kakak kelas!" protes Mahen lagi.
"Astaga.. Nae harus panggil apa!" seloroh Nayla sambil menghembuskan nafas panjang. "Atau lebih baik, Nae panggil Mas, saja! No protes-protes!" seru Nayla.
"Oke, Mas! Panggilan khusus untukku tidak orang lain!" setuju Mahen.
"Berapa karat ya, kira-kira?" kesal Nae melihat kelakuan suami barunya itu.
"Nae.. Nae!" pekik Mahen.
"Wleekk! Emang enak!" cibik Nae berlari menjauh dari jangkauan Mahen.
****
Nayla tertegun menatap isi lemari yang baru dibukanya.
Mahen yang baru memasuki hunian kamar pengantin baru itu. Ya, mereka berdua memang sepasang pengantin baru. Walaupun bukan yang pertama bagi Mahendra Wijaya.
Mahen berdehem. Suara itu mengalihkan fokusnya selama sejenak.
Netra Nayla menatap pria matang yang resmi menjadi suaminya. "Kenapa? Kaget?" tebak Mahen yang membuat Nayla celingukan. "Itu semua seragam dinas kamu yang baru! Harus dipakai setiap bertugas!" tegas Mahen yang tak terbantahkan.
Nayla menggerutu dalam batinnya. 'Masa seragam dinas seperti itu? Itu bukan seragam! Tapi saringan tahu!'
"Paham! Dan sudah dimengerti kan, tugasnya apa!" tambah Mahen menghampiri Nayla yang sedang duduk di pinggiran ranjang.
"Baju tipis kayak saringan tahu begitu, dibilang seragam!" ketus Nayla cemberut.
"Lalu?"
"Sekalian aja nggak pakai baju!" ucapnya mendelik ke wajah Mahen.
Seperti mendapatkan angin segar. Mahen semakin merapatkan tubuhnya di hadapan Nayla hingga tak ada jarak di antara mereka.
"Itu yang aku suka," bisik lembut pada rungu Nayla yang membuat bulu kuduknya meremang.
Belum hilang rasa keterkejutannya. Tiba-tiba Mahen memberikan jejak bibirnya di kening dan pipi Nayla. "Memakai seragam dinas dengan tubuh yang wangi di setiap kedatanganku!" lirih Mahen.
Kalimat yang hanya berdurasi beberapa detik itu, sudah berhasil membuat dunia Nayla jungkir balik saat ini.
Walaupun hanya sebatas meninggalkan kecupan hangat dan singkat. Namun, hal kecil itu dapat mengobrak-abrik hati seorang gadis yang bertransformasi menjadi seorang perempuan dewasa. Yang dipetik sebelum waktunya.
'Ya Alloh, rasa apa ini? Begitukah rasanya bersentuhan dengan lawan jenis?' Nayla bergumam dan berperang sendiri dengan pikiran yang semakin melayang.
🍒🍒🍒🍒🍒