Penakluk Cinta Sang Pewaris
Selamat membaca...
🍒
🍒
🍒
"Selamat malam, Tuan Mahen," sambut Pak Dodo sang kepala pelayan di Mansion Keluarga Mahendra Wijaya.
Seorang laki-laki mengayunkan langkahnya masuk ke dalam Mansion, setelah turun dari sedan mewahnya berwarna putih keluaran Eropa.
Para pelayan yang sudah berdiri tegak untuk menyambut kedatangannya, segera membungkukkan setengah badannya ketika sang Tuan, melewati barisan mereka.
Berjalan di belakang nya adalah Gala Halton yang merupakan sekretaris pribadi yang sangat dipercayai dan diandalkan oleh Mahendra Wijaya.
"Tuan, Nyonya besar sudah menunggu kedatangan anda sedari tadi di ruang keluarga," ucap Dodo lagi.
Mahen menghentikan langkahnya. Pria berdarah dingin itu menoleh ke arah Dodo, kepala pelayan.
"Mama?" tanya nya.
"Benar, Tuan. Nona Siska Wijaya sudah menunggu dari dua jam yang lalu," tutur sang kepala pelayan sambil menundukkan sedikit pandangannya.
"Hmm.. Kebiasaan Mama, selalu tidak mengabari terlebih dulu kedatangan nya," ucap Mahen menoleh ada Gala.
Gala hanya tersenyum dan seolah mengucapkan kalimat itulah kebiasaan dari Mama, Tuan Mahen.
"Tunggu aku di ruang kerja, nanti kita lanjutkan lagi pembahasan tadi sore," titah Mahen dengan suara dinginnya.
"Baik, Tuan," jawab Gala, seraya membungkuk dan berlalu menuju ruang kerja pribadi Mahen.
Mahendra melanjutkan langkahnya ke arah ruang keluarga, di mana sang Mama telah menunggunya.
"Putraku, akhirnya kau datang juga," wanita paruh baya berusia 49 tahun, menaruh cangkir teh di atas meja setelah menyisip lembut isinya. Dan menghampiri putra semata wayangnya.
Mahen tersenyum tipis, ketika melihat Mama nya yang menghampiri dirinya. "Kenapa dengan senyummu? Irit banget? Atau tidak suka dengan kedatangan Mama di sini?" pertanyaan Siska Wijaya sang Mama membuat Mahen meringis.
"Ada rencana apalagi Mama, ke sini?" tanya Mahen dengan tatapan datar.
"Putraku, kenapa kau bertanya seperti itu kepada Mama mu ini? Begitukah caramu menyambut wanita yang melahirkan dan membesarkanmu?" ucap Siska cemberut.
"Hmm.. Karena Mama pasti punya ide gila lagi buat Mahen?" tebak Mahen yang sudah bisa membaca gelagat sang Mama.
"Mahen.. Bahkan Mama belum berbicara apa maksud kedatangan Mama. Kenapa kamu berasumsi begitu?"
"Itulah, Mama. Wanita penguasa Keluarga Wijaya. Keputusan nya tidak akan bisa terganggu gugat," ucap Mahen yang tak pernah terkejut dengan semua ide gila Mama nya, sambil memiringkan kepala dengan tangan sebagai penahannya.
"Mahen..!" pekik wanita paruh baya yang masih terlihat kecantikannya.
"Mama.. Oh, Mama!" balas Mahen dengan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Kali ini dengarkan Mama. Ini semua demi kebaikan kamu, Mahendra Wijaya!" suara Mama Siska menggelegar.
"Auw.. Suara guntur telah terdengar. Pasti sebentar lagi hujan deras membasahi bumi," ucap Mahen menyindir Mamanya.
Seketika Mama Siska melotot tersindir oleh ucapan putranya. "Hujan deras membasahi kepala dan seluruh tubuhmu, agar pelet istri manjamu itu luntur dari seluruh tubuhmu!" oceh Mama Siska lagi.
"Jaman gadget kok masih percaya pelet, Ma! Kalau pelet buat mancing ikan masih ada," kekeh Mahen tiba-tiba, menimpali ucapan Mamanya.
"Mancing ikan kakap!" cibik Mama Siska.
"Pakai sambal terasi lengkap lalapan dan juga nasi yang masih mengepul, ya Ma," sahut Mahen kembali.
"Mahen! Mama serius ini!"
"Peace, Mama cantik!" kata Mahen sambil mengangkat jarinya berbentuk huruf V.
"Kamu harus menikah lagi! Mama sama Papa sudah sangat menginginkan cucu dari kamu!" ucap Mama Siska bersemangat empat lima.
"Sabar, Mama.. Lima tahun lagi, ya."
HAAH! GILA!
"Otak kamu di mana, Mahen!" teriak Mama Siska yang terdengar sampai di telinga para pelayan yang sedang mempersiapkan makan malam.
Mahen menepuk keningnya sambil memejamkan kedua matanya. Dia bingung dan hampir stres ketika dua wanita yang sangat dia cintai dan sayangi itu membahas masalah baby. Wanita satunya menginginkan dirinya segera mempunyai keturunan, sedangkan wanita yang satunya ingin menunda kehamilan nya. Dua wanita itu adalah Mama Siska Wijaya, wanita yang telah melahirkan nya ke dunia ini. Dan Giska Hutomo, istri dari seorang Mahendra Wijaya dan artis yang sedang naik daun.
"Umur Mama sudah tidak muda lagi, Mahen. Mama takut jika Tuhan---" ucap Siska terhenti.
"Mama! Please jangan berpikir sedangkal itu, Ma. Aku mohon jangan bilang seperti itu lagi. Aku belum siap dan tidak mau kehilangan Mama, secepat ini," sela Mahen yang tahu akan kelanjutan kalimat yang terucap dari sang Mama. Seketika bayangan buruk itu melintas di pikiran nya. Rasa takut menyelinap di relung hatinya. Bagaimana jika sampai Mamanya benar-benar meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya dan belum pernah melihat dia memiliki keturunan.
Mahen bersimpuh di lantai dan meraih jemari sang Mama, kemudian mengecupnya berkali-kali punggung tangan wanita yang telah membesarkannya dengan sepenuh jiwa raga nya.
Cinta dan kasih sayang Mahen kepada Mamanya juga begitu besar. Baginya jasa seorang Ibu di dunia ini tidak bisa dibayar dengan apa pun. Netra hitamnya seolah menembus ke relung hati sang Mama yang begitu lembut dan lemah.
"Mama adalah segala nya bagi Mahen. Tanpa Mama, apalah seorang Mahendra Wijaya. Setinggi apa pun jabatan Mahen. Sekaya apa pun harta, Mahen. Tetap lah tak berguna tanpa adanya doa restu dari Mama. Surga Mahen ada di telapak kaki, Mama. Mahen sangat menyayangi Mama. Berhenti mengucapkan kata-kata itu, sakit Mahen mendengar nya," ucap Mahendra Wijaya penuh keyakinan.
"Apa kamu yakin sangat menyayangi, Mama?"
"Yakin."
"Kamu ingin melihat Mama hidup bahagia, di sisa umur Mama ini kan?"
Hanya dengan sebuah anggukan Mahen menjawab ucapan Siska.
"Apa kamu, bisa mengabulkan permintaan Mama untuk yang terakhir kali ini?" tanya Siska dengan senyum tipis dan mata sayunya.
"Mama.." pekik Mahen.
"Apakah kamu mau melakukan nya?"
"Katakan pada Mahen, Ma! Apa permintaan, Mama?" desak Mahen sambil memeluk tubuh sang Mama begitu erat.
Siska tampak menghela nafas sebelum melanjutkan kembali kalimat yang sempat terjeda. "Mama mohon menikahlah lagi dengan wanita yang benar-benar mencintai dan menyayangimu!" pintanya dengan berurai air mata. "Mama hanya ingin melihatmu bahagia bersama keluarga kecilmu dengan buah hati sebagai penerusmu. Penerus Keluarga Wijaya!"
"Mama!"
Mahen menggelengkan kepalanya pelan. Ia bingung dibuatnya. Atmosfer di dalam ruangan itu tiba-tiba terasa pengap dan menyesakkan. Padahal ruangan itu dilengkapi pendingin.
"Maafkan Mahen, Ma. Mahen telah memiliki Giska. Dan Mahen tak ingin berpoligami."
"Jika Giska menunda kehamilannya karena takut badannya melar atau dia memang tak ingin direpotkan dengan anak-anak nya. Kamu kan bisa program bayi tabung atau menyewa rahim pengganti," usul Mama Siska untuk berusaha membujuk putra tunggalnya itu.
"Baiklah, Ma. Mahen akan mencoba berbicara dengan Giska."
'Sepandai apa pun kamu menyimpan bangkai itu rapat-rapat dari putraku, Giska! Tetap aku berusaha untuk membuka kedokmu,' gumam Mama Siska.
🍒🍒🍒🍒🍒
Bantu like komen favorit 🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
EVOS7
Lanjut lanjut like
2023-09-30
21
Sya2
Mahen tahan juga ya🙈
2023-09-30
25
Sya1
Kenapa takut hamil 😁
2023-09-30
23