Setelah melewati masa pacaran yang lama dan melewati masa suka maupun duka dalam waktu yang tidak sebentar, Tiffany dan Sean pada akhirnya memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius, memutuskan menikah dan melepas masa lajang mereka.
Tapi belum akad nikah terlaksana Tiffany dikejutkan atas ucapan saudara angkat yang sudah dianggap oleh Tiffany seperti saudara sendiri.
"Aku hamil"
Senyum bahagia yang masih mengembang dibalik wajah Tiffany seketika berubah.
"Maksud kamu, Jes?"
"Aku hamil anak Sean"
Bagaikan petir di siang bolong, Tiffany seketika terkejut bersamaan datang nya Kay dalam kepanikan nya.
"Sean, aku pikir aku mendengar sesuatu yang salah"
Dia mencoba untuk bertanya, menahan gemuruh di dada nya.
Kemudian dunia terasa hancur, pernikahan seharusnya menjadi pernikahan nya menjadi pernikahan Jessica dan Sean.
Tiffany hancur, sehancur-hancur nya.
pada akhirnya karena malu keluarga Tiffany berencana menggantikan pernikahan putri mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nila KingShop Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dalam diam
Kembali ke kamar utama pengantin.
Tiffany terlihat menggigit bibir bawahnya melihat kertas yang di tulis oleh Dru, dia menatap kembali botol obat yang ada di hadapannya itu dimana Dru menulis jika itu adalah vitamin untuk dirinya.
Gadis tersebut sama sekali tidak mengeluarkan ekspresi nya, membiarkan bola mata memperhatikan kertas tulisan tangan tersebut dengan seksama.
Entah kenapa Tiffany terlihat mengerutkan keningnya, mencoba untuk menelisik cukup lama bentuk tulisan yang ada di hadapannya, dia melisik tapi sulit mengingat, Seolah-olah pernah melihat tulisan yang sama.
Sejenak Tiffany membuang pandangannya, mencoba meraih obat vitamin yang ada di hadapannya tersebut, meletakkan kertas itu secara perlahan kemudian setelah meraih botol obatnm vitamin dia mengambil sebutir vitamin didalam nya.
Secara perlahan dia menelan obat tersebut, kemudian memilih kembali duduk di tepian ranjang untuk beberapa waktu, entah apa yang dipikirkan tapi gadis tersebut terlihat diam sejenak hingga akhirnya memutuskan untuk berbaring di atas kasur dan menenggelamkan dirinya ke alam mimpi secara perlahan.
******
Tiffany tersentak dari tidur nya secara mendadak saat dia merasakan satu sentuhan Seolah-olah melewati bagian dari lapisan kulit nya, seketika dia memaksakan bola mata nya terbuka karena satu pemikiran buruk menghantam dirinya.
Aku belum siap melewati malam pertama.
Itu yang melesat di dalam batin nya tiba-tiba.
Dia menatap kearah depan nya dengan cepat, bentuk kecurigaan nya pupus saat dia tidak menemukan Dru berbaring dihadapan nya, dia mencoba menoleh kebelakang, juga tidak menemukan laki-laki tersebut di kasur dimana dia terlelap.
Sejenak bola mata Tiffany mengitari ruangan kamar tersebut, mencari sosok laki-laki tersebut untuk beberapa waktu, pandangan nya terhenti tepat ke arah kursi sofa, dimana seketika bola mata nya menangkap sosok Dru yang telah terlelap di sana.
Tiffany menyentuh kening nya secara perlahan.
"Astaghfirullahul'adzim"
Dia bergumam pelan.
"Apa yang aku pikir kan?"
Dia menghela pelan Nafas nya, cukup malu dengan apa yang di pikirkan nya tadi.
Gadis itu berburuk sangka, takut Dru menagih kewajiban nya, nyata nya Jangan kan untuk menyentuh nya, laki-laki tersebut bahkan tidak tidur di kasur nya yang sama, memilih tidur di atas kursi sofa, menggunakan bantal seadanya tanpa selimut.
Selimut?!.
Tiffani buru-buru menatap kearah tubuh nya, dia di balut selimut hangat dalam udara dingin AC ruangan kamar tersebut.
Gadis itu memastikan Dru yang pasti memberikan selimut itu pada nya sebelum laki-laki tersebut memilih naik ke atas sofa dan terlelap di sana.
Tiffany menatap Dru yang terlelap didalam tidur nya untuk waktu yang cukup lama, tidak dia lihat pergerakan sama sekali dari atas kursi tersebut, dia melirik kearah jam di dinding kamar sisi kanan, Lewat pukul 3 dini hari.
Entah kapan Dru kembali ke kamar mereka dia tidak tahu, Tiffany mengehela pelan nafasnya, memilih untuk memejamkan kembali bola mata nya untuk beberapa waktu, kembali menenggelamkan diri nya pada tidur lelap nya yang terganggu hanya karena kecemasan berlebihan nya seolah-olah merasa jika laki-laki tersebut menyentuh nya dengan cara yang begitu halus.
Gadis tersebut secara perlahan kembali menenggelamkan dirinya ke alam mimpi nya.
Suara jarum jam terus terdengar halus memenuhi ruangan mendominasi berwarna putih tersebut, di mana ketika Tiffany kembali tenggelam ke dalam mimpinya, Dru tiba-tiba secara perlahan membuka bola mata nya, menatap lurus kearah sosok Tiffany yang terlelap didalam tidur nya.
Entah apa yang dipikirkan laki-laki tersebut, tapi Dru hanya memberikan tatapan penuh arti kedalam diri gadis tersebut tanpa mengeluarkan sedikit pun suaranya atau berniat bergerak sedikit pun dari posisi nya.