Dalam usaha menghidupkan kembali kota Happiness yang porak-poranda akibat badai dahsyat, David Booker mengusulkan agar mereka mengundang para wanita. Akhirnya dipasangkan iklan di surat kabar. Tak disangka, responsnya luar biasa. Deretan mobil yang melaju menuju kota Happiness membuat David benar-benar kaget, hingga ia terjatuh dari menara. Untung saja salah seorang pendatang itu dokter, Dokter Kendall Jenner yang manis dan menawan...
Namun, David gagal memberikan kesan pertama yang baik kepada Kendall, satu-satunya dokter yang kini mereka miliki di kota itu.
Mampukah David meluluhkan hati dan meyakinkan Kendall agar tetap tinggal di Happiness...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Devoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Kendall mendorong tubuh ke atas, dan segera sadar bahwa tubuh bagian atasnya tidak cukup kuat untuk naik ke atas anak tangga berikutnya. Tepat ketika ia takut lengannya akan menyerah, sebuah lengan kokoh memegang bokongnya dan mendorong. Tubuh Kendall terkejut karena disentuh di bagian pribadi dan spontan ingin memprotes, tapi ia tidak bisa menyangkal bahwa ia butuh bantuan David. Kendall memanjat beberapa anak tangga lagi dan setelah mulai merasa lebih bisa menjaga keseimbangan, ia melirik ke bawah dan melihat David melambai sambil tersenyum.
"Aku akan menunggu di sini." kata pria itu dengan kedua tangan membentuk corong di seputar bibir.
*Kendall terus memanjat, beristirahat saat sudah sekitar separuh jalan. Rasanya seperti mimpi berada di antara pepohonan yang menjulang sementara angin menggoyang ranting dan membuat dedaunan menari. Ia bertanya-tanya pohon apakah itu. Evergreen (tumbuhan yang daunnya hijau sepanjang tahun) *yang bergelombang mudah dikenali, tapi ia tahu keragaman evergreen sama banyaknya dengan tulang di tubuh manusia.
"Kau baik-baik saja di sana?" seru David
Kendall melihat ke bawah dan mengacungkan jempol, lalu memanjat lagi sampai mencapai pelataran menara yang amat besar itu. Ia mengingat peringatan David tadi dan melangkah hati-hati dari tangga ke pelataran besi, mengembuskan napas lega karena dapat menjejak sesuatu yang kokoh lagi.
Kendall mengitari pagar setinggi dada ke bagian depan menara yang menghadap ke lembah dan harus menahan napas melihat pemandangan alam yang membentang di hadapan.
Pegunungan di kejauhan tertutup dedaunan rimbun yang bergerak seperti ombak samudra saat angin bertiup di atasnya. Helaian rambutnya menari-nari di seputar wajah. Kendall mendongak ke arah matahari dan menghirup napas dalam, menyadari betapa segarnya udara di ketinggian itu. Keharumannya memabukkan.
Di bawahnya, dataran yang tertutup pepohonan membentang dari menara sampai ke kaki jurang, dari sana jalan menuju Happiness tampak seperti pita hitam buatan tangan manusia yang membelah hamparan tanah merah yang tebal. Dari sini, tentu saja David Booker bisa melihat dengan jelas iring-iringan mobil yang datang.
Gerakan di pagar menarik perhatian Kendall. Bagian belakang baju kerja yang terlipat di pagar berkibar-kibar ditiup angin. Kendall membayangkan dada telanjang David saat pertama ia melihat pria itu kemarin, ini pasti bajunya. Kendall mengangkat baju itu dari pagar. Kain katunnya lembut karena sering di pakai, masih sedikit lembap karena hujan tadi malam sebelum akhirnya di keringkan matahari pagi.
Ia mendekatkan baju itu ke hidung, aroma maskulinnya masih tersisa. Hal itu membuatnya bereaksi dan intensitasnya membuatnya terkejut.
Lalu Kendall sadar ponselnya bergetar.
*Ia teringat alasan memanjat menara, kemudian mengeluarkan telepon dari tempatnya. Sinyalnya kuat dan menunjukkan bahwa pesan-pesan suara dan e-mail* sedang dikirim ke inbox-nya. Betapa leganya ia bisa terhubung lagi dengan dunia luar.
Jantungnya berdegup kencang ketika ia menekan nomor untuk mendengarkan pesan suara. Apakah Pria itu menelepon? Apakah pria itu tahu bahwa Kendall sudah meninggalkan Denville dan menyadari betapa besar cintanya? Apakah pria itu menyesal karena sudah mematahkan hatinya? Apakah pria itu akan meminta maaf dan memintanya untuk kembali?
Tidak.
Pesan-pesan suara itu kebanyakan berkaitan dengan pemutusan layanan air dan gas di apartemennya. Dengan kekecewaan yang bertambah besar. Ia tahu bahwa 'mantan' tunangannya bukan pria seperti yang ia bayangkan, tetapi Kendall tetap mencintainya dan pernah merencanakan masa depan bersamanya.
Pesan terakhir berasal dari Cara Delevingne. Suara merdu kawannya itu membuat Kendall tersenyum. Sebenarnya ia tidak begitu mengenal Cara. Mereka baru berkenalan sejak Kendall pindah dari rumah yang di tinggalinya bersama mantan tunangannya ke kompleks apartemen di dekat tempat tinggal Cara. Tapi saat bertemu di kelas yoga, mereka langsung cocok satu sama lain.
Saat Kendall memberitahu bahwa ia mempertimbangkan untuk bergabung dengan kelompok wanita yang akan pindah ke Happiness, Carolina, Cara cukup mendukung. Ia sudah membaca iklan itu dan bisa mengerti kenapa wanita tertarik oleh janji akomodasi gratis selama tiga tahun dan banyak pria kekar dan lajang. Tetapi ketika Kendall bertanya apakah Cara tergoda dengan tawaran itu, kawannya itu hanya tertawa, berkata bahwa ia tumbuh besar di tempat yang kurang-lebih sama dengan Happiness, dan tidak berniat kembali ke kehidupan seperti itu.
"Hanya memastikan kau sudah tiba di tempat tujuan." Kicau Cara. "Telepon aku kalau kau ada waktu."
Kendall menekan nomor temannya itu, hatinya riang saat Cara menjawab pada dering pertama.
"Cara Delevingne."
Kendall membayangkan temannya sedang duduk di balik meja kerjanya. "Cara, ini Kendall."
Cara berseru kaget. "Hei, kau rupanya. Dimana kau sekarang?"
"Kau tak akan percaya kalau kuberitahu."
"Coba saja."
"Aku ada di puncak menara di atas kota kecil bernama Happiness, di Carolina."
Cara membisu beberapa detik. "Aku tidak percaya."
Kendall tertawa. "Sungguh. Aku harus memanjat ke sini agar bisa mendapat sinyal ponsel."
"Kedengerannya tempat itu sangat terpencil."
"Memang," sahut Kendall. "Tapi indah. Sejauh mata memandang hanya ada pohon dan pegunungan."
Cara berdecak, nyaris iri. "Bagaimana orang-orangnya?"
"Orang-orang yang memasang iklan itu, kakak beradik Booker, cukup baik, tapi kurasa mereka berharap terlalu banyak. Mereka tidak siap menghadapi kedatangan seratus wanita."
"Pasti kakak beradik Booker itu masih lajang dan mereka tidak tahu cara menghadapi wanita."
"Benar. Kurasa mereka semua pernah berdinas di militer. Dan sepertinya mereka tumbuh besar di sini. Aku tidak tahu bahwa pria-pria itu berusaha membangun kembali kampung halaman mereka. Aku jadi bertanya-tanya apakah mereka terbawa perasaan sehingga tidak menggunakan akal sehat."
"Pria Utara sepertinya menyangka bisa mengatasi situasi apa pun." Cara menyetujui. "Jadi... omong-omong soal pria Utara, apakah kau sudah ketemu yang menarik?"
"Tidak."
"Cepat sekali kau menjawab pertanyaanku. Kau yakin?"
"Ya. Bayangkan saja, adiknya jatuh dari menara ini. Jadi, begitu tiba di kota, aku harus merawat tungkai yang patah."
Cara tertawa. "Wah, jatuhnya pasti cukup jauh. Apakah hanya itu yang patah?"
"Ya, sulit dipercaya, kan? Omong-omong, aku terpaksa harus merawatnya."
"Hmm... Apakah ia tampan?"
Kendall menyusuri kain halus dari baju David dengan jemari.
"Hanya kalau kau suka otot, mata hazel menusuk dan dagu belah."
"Wah... kedengarannya menjanjikan."
Kendall tertawa. "Aku tidak tertarik. Lagi pula, ia dan Hailey Baldwin sudah saling mengincar."
"Oh, ya. Hailey. Bagaimana ia bisa bertahan tanpa salon rambut?"
Kendall tertawa. "Sebenarnya, ia tampak betah, menyuruh-nyuruh semua orang. Bahkan... justru aku yang memutuskan untuk tidak tinggal."
"Kenapa tidak?"
Kendall ragu-ragu. "Tadinya kupikir datang ke sini bisa membuatku melupakan tentang pria itu dan semua rencana yang pernah kami buat. Tapi entah kenapa, parasaanku justru lebih buruk." Air mata menyengat kelopak matanya dan ia berusaha mengendalikan suara.
Cara mendesah. "Sudah kuduga itu akan terjadi. Ada sesuatu saat berada di desa, jauh dari gangguan teknologi dan hiruk-pikuk kota, yang membuat orang merasa lebih... emosional. Sulit menjelaskannya kepada orang yang belum pernah mengalami, tapi pegunungan punya cara sendiri untuk menggoda orang."
"Aku baru sadar," sahut Kendall, sambil menatap pemandangan megah biru dan hijau di depannya.
"Tapi jangan tertipu," kata Cara. "Kehidupan desa tidak seromantis kelihatannya. Begitu pula pemuda-pemudanya."
Mandi air dingin, tidak ada fasilitas medis. "Aku mulai menyadari itu juga." ucap Kendall datar. "Kehidupan di sini tidak cocok untukku."
...****************...
kendall udah balik ga usah buru2 juga 😅
Beneran End ya K Devoy🥺Semoga sukses dgn karirnya d Real,sehat sllu dan jgn lupa tengok2 rumah halu kita ya kk,love youuu k dev😘😘😘
hayuu David bilang I lope yu atuuuh meuni susyaaah...
eta baju d kamanakeun atuuh,pasti d alungkeun kamana karep🤦♀️🤣🤣🤣
kuy semangat nyatakan cinta David,hanya itu yg bisa membuat Kendall menetap d happinese....
Cara kayanya orang yg sama,dy mantan Harry yaa??
knpa Cara sampe pergi dan meninggalkan Harry?
kabooooor🚴♀️🚴♀️🚴♀️🚴♀️🚴♀️
Terima kasih banyak untuk karyanya, semoga akan hadir karya² yang baru. Semangat berkarya dan semoga sukses selalu ❤❤