Miranda adalah seorang jurnalis wanita berusia 29 tahun di sebuah majalah sport di Toronto, Kanada. Impian sebagai seorang penulis buku dia hentikan setelah bertemu Jeff, kekasihnya. Selama dua tahun mereka tinggal bersama, Jeff dengan teganya berselingkuh dan membuat Miranda jatuh di titik terendah hidupnya.
Di saat kegalauan itu datang, Miranda diperintahkan atasannya untuk kembali menulis buku. Sebuah buku biografi dari mantan atlet nasional rugby yang kini menjadi seorang pelatih terkenal bernama Rick. Pria berusia 51 tahun yang baru kehilangan istri yang dicintainya karena kanker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biran ASMR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Siang ini, Miranda ada janji makan siang bersama Nat di cafe tak jauh dari kantor Miranda. Rencananya dia akan menyampaikan rasa terima kasihnya pada Nat karena telah membuatnya mengenal Rick. Sebuah pengalaman yang sangat berharga sekaligus menanyainya sesuatu.
"Hai, Miranda!" sapa Nat saat masuk ke dalam cafe yang penuh dengan pengunjung di jam makan siang seperti ini.
"Hai Nat!" balas Miranda, melambaikan tangannya.
Nat mendekat dan duduk bersama Miranda. Setelah memesan makanan, Miranda memulai obrolan.
"Nat, biografi Rick sudah selesai dan sudah naik cetak. Kita tinggal menunggu peluncurannya," kata Miranda.
"Ohh wow! Timing yang bagus! Buku ini akan laris di pasaran berkat kemenangan kita kemarin," balas Nat antusias.
Makanan datang dan mereka pun mulai makan dengan perlahan sambil mengobrol.
"By the way, besok aku akan keluar dari rumah Rick," kata Miranda dengan tatapan nanar.
Nat terkejut lalu meminum minumannya. "Kenapa? Apa Rick kasar padamu?"
Miranda terkekeh. "Haha.. tidak. Bukan itu."
"Lantas?"
"Memangnya sampai kapan aku harus tinggal di sana? Biografinya sudah selesai, tugasku sudah selesai. Sudah seharusnya aku kembali ke apartemenku kan?" jelas Miranda.
Nat menyadari hal itu. Meski sebenarnya dia ingin Rick mengambil langkah untuk menyatakan perasaannya dan menahan Miranda keluar dari hidup Rick. Yah, keluar dari rumah itu sama saja dengan keluar dari hidup Rick.
"Ohh.. ya.. aku lupa. Kalian terlihat sudah melekat. Jadi aku lupa, kalau kau tinggal di sana hanya untuk menulis biografi," kata Nat. "Yah.. Jika kau tidak memiliki alasan untuk keluar dari rumah itu, ya.. itu sudah hakmu untuk kembali ke apartemenmu," tambahnya.
"Ya. Dan Nat, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Miranda mulai memincingkan tatapannya.
"Tentu," Nat bersiap dengan pertanyaan itu.
"Kata Tuan Laurence kau lah yang memilihku untuk menulis biografi Rick. Benar?"
Nat mengangguk sambil meminum air minumnya.
"Boleh aku tau alasannya?" tanya Miranda lagi.
Nat membenarkan posisi duduknya dan bersiap untuk menjelaskan. "Aku melihatmu pertama kali saat kau mewawancarai Rick di pertandingan perempat final. Kau ingat itu?"
Miranda mengangguk.
"Sejak saat itu, aku tahu kalau Rick menyukaimu."
Miranda tertawa. Saat dia mengingat kembali peristiwa itu, Rick menatapnya dengan penuh kebencian saat dia mulai menyinggung mendiang isterinya.
"Aku tidak bercanda Miranda!" bantah Nat.
"Dan kau termasuk ke dalam tipenya Rick. Lalu aku mencari tahu tentangmu dan berpikir aku ingin menjodohkan Rick denganmu. Agar Rick kembali mendapatkan lentera hidupnya yang sempat padam." kata Nat lagi.
Miranda tersedak air minumnya sendiri mendengar itu.
"Dan sepertinya aku berhasil," kata Nat lagi.
"Kau benar-benar gila Nat!" Miranda menyandarkan tubuhnya di badan kursi.
"Yah.. aku memang gila. Tapi kegilaanku ini selalu berakhir dengan kebahagiaan," kata Nat yang semakin ngawur.
"Entahlah Nat, tapi kupikir dia tidak mencintaiku," kata Miranda pada akhirnya. "Dia sama sekali tidak pernah mengungkapkannya."
Nat tertawa. "Lalu, bagaimana denganmu? Apa kau mencintainya?"
Miranda terdiam. "Aku tidak akan pernah mengatakannya, sampai Rick yang mengatakannya lebih dulu."
Nat menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kenapa wanita rumit sekali sih? Itulah yang ada di pikirannya, tak menyadari padahal dia sendiri juga seorang wanita, wanita yang tomboy.
"Baiklah kuanggap kau mencintainya," kata Nat.
Miranda tidak mengiyakan tapi juga tidak mengelak.
"Aku punya ide untukmu," kata Nat dengan senyuman devilnya.
***
Keesokan harinya, Miranda sudah siap dengan kopernya yang penuh. Rick berdiri di hadapan Miranda dengan tampang datar tapi menyimpan sejuta kebingungan di dalamnya.
Satu sisi Rick tidak ingin Miranda pergi dari rumahnya, di sisi lain dia tidak punya cara dan alasan kuat untuk menahannya tetap di rumah itu.
"Rick, tugasku sudah selesai. Bukumu sudah naik cetak dan kita hanya tinggal menunggu kabar perilisannya," kata Miranda.
"Well .. congratulation," kata Rick, singkat.
"Saatnya aku kembali ke apartemenku,"
"Mau kuantar?"
"Tidak usah, aku sudah menelepon taksi. Dan taksi sudah ada di depan,"
Sialnya, Rick mendengar bunyi klakson mobil dari luar rumahnya. Miranda berjalan menuju pintu keluar dan diikuti Rick di belakanganya.
Rick mengantarnya sampai sopir taksi itu memasukkan koper Miranda ke dalam bagasinya. Miranda mendekat pada Rick dan memeluknya. Rick membalas pelukan itu.
"Sampai jumpa Rick, terima kasih sudah menerimaku di rumahmu," kata Miranda dalam pelukan Rick.
"Sampai jumpa Miranda, aku tidak akan pernah melupakanmu," balas Rick.
That's it? Hanya itu?
Miranda melepas pelukannya kemudian masuk ke dalam taksi dan taksi itu pun menjauh dari pandangan Rick. Setelah itu, barulah dia menyadari kebodohannya. Rick mengusap mukanya kasar dan mengepalkan kedua tangannya menahan emosi.
"Kenapa aku tidak menghentikannya?" gerutunya.
***
Rick bangun pagi di hari selanjutnya dengan harapan Miranda ada di dapurnya dengan segelas kopi hangat. Tapi ternyata Miranda tidak ada.
Rick melangkah gontai menuju bar dengan rambut panjangnya yang terurai. Bukan membuat kopi, melainkan mengambil vodka dan menuangkannya di gelas.
Nat masuk ke dalam rumah dan melihat Rick yang berantakan tengah sarapan dengan sereal dan vodka sebagai minumnya. Nat mengernyitkan dahinya.
"Are you okay, Rick?" tanya Nat mendekat.
Rick mengacungkan gelasnya. "Cheers!"
"Haha.. Rick, kenapa kau jadi seperti ini?" Nat duduk di hadapan Rick. "Setelah Miranda pergi.."
"Ya.. setelah ide gilamu selesai, aku jadi seperti ini!" jawab Rick.
Nat tertawa. "Haha.. Rick, akuilah bahwa kau mencintainya!"
Rick meminum vodkanya dan menghela nafas panjang. "Yah.. aku mencintainya,"
GBRAK
Nat menggebrak meja, membuat Rick terkejut. "Ungkapkanlah itu padanya!"
"Kau yakin dia akan menerimaku?"
"Well, kau tidak akan tahu jika tidak mencobanya,"
"Apa aku tidak terlalu tua untuknya?" tanya Rick membuat Nat terbelalak tak percaya jika Rick memikirkan hal itu.
"Ya. Kau memang tua dan keras kepala. Persetan dengan itu!" seru Nat kemudian bangkit dan menyeret Rick ke kamarnya. "Sekarang mandi dan bersiaplah! Ajak Miranda makan malam, akan kuatur semuanya!"
Lagi-lagi Rick menuruti Nat. Nat mempersiapkan jadwal kencannya bersama Miranda hari ini.
TING TONG
Bel pintu apartemen Miranda berbunyi. Miranda membuka pintu dan terlihat Rick berdiri di sana. Masih tampan dan sexy dengan rambut abunya.
"Hai," sapa Rick, salah tingkah.
"Hai," balas Miranda, menatap Rick sambil tersenyum. Lamaa sekali mereka berdiri di sana.
"Akhem! Boleh aku masuk?" tanya Rick.
"Oh, tentu! Maaf, hehe.." Miranda mempersilahkan Rick masuk.
"Aku ingin mengajakmu pergi hari ini," kata Rick sesaat setelah masuk ke dalam.
"Kemana?" tanya Miranda.
"Um.. melihat pembangunan sekolah olahraga. Kau menyukai tempat itu bukan? Mungkin kau ingin jalan-jalan di sana?"
Miranda mengangguk antusias. "Tentu,"
"Dan malamnya, kita makan malam bersama," tambah Rick.
"Um.. ya. Kalau begitu, kau tunggu di sini!" kata Miranda lalu melangkah menuju kamarnya. Apa dia bermaksud mengajakku berkencan?
♤♤♤