Zahwa adalah seorang gadis soleha yang cantik dan juga baik hati, rela menerima perjodohan yang dilakukan oleh ayahnya kepada anak temannya pak Gunawan Wijaya demi membalas budi kepada temannya itu, karna dulu disaat mereka kesusahan ekonomi pak Gunawan lah yang telah bembatu memberikan modal kepada ayahnya.
Anton Wijaya adalah pria yang memiliki wajah tampan dengan tubuh yang perfek, ditambah lagi dengan kekayaan keluarganya yang sudah pasti jatuh kepadanya sebagai anak laki laki membuat setiap wanita terpesona dan ingin menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Zamartha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Ke esokan harinya Anton sudah nampak membaik, namun orang tuannya masih melarangnya untuk pergi ke kantor, begitu juga dengan Zahwa dia masih ragu untuk meninggalkan suaminya.
Mendengar kabar adiknya sakit, Anita dan Anisa pun mampir kerumah orang tuanya untuk menengok adik mereka setelah pulang dari berkerja.
"Kakak bilang juga apa, ini kamu pasti kena azab karna jahat sama istri mu sendiri." Anita menggoda adiknya dengan cara menakut nakutinnya.
"Iss kak jangan bilang gitu kenapa, aku cuma kelelahan dan gak ada hubungannya dengan itu semua." Bantah Anton yang nampak kesal.
"Ini nih dibilangin ngeyel sih, dikasih tau bukannya dengerin tapi dibantah mulu, untung ya kamu tuh adik aku kalau bukan sudah aku remas remas tau." ucap Anita yang kesal pada adiknya dan menarik kuping Anton.
"Auu sakit tau." Anton meringis sambil mengelus elus kupingnya yang nampak memerah.
Melihat kelakuan anak anaknya orang tua mereka hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala, Zahwa pun nampak terhibur dengan kejadian di depan matanya itu, dia juga senang dengan pembelaan yang selalu ditunjukkan oleh kakak iparnya.
Malam hari setelah kedua kakaknya pulang, Anton dan Zahwa sudah berada di dalam kamar, mereka sama sama sudah berada diatas kasur nampak terlihat kecanggungan pada Anton dan Zahwa saat mereka saling bertatapan.
"Za" panggil Anton pada istrinya itu.
"Iya mas." Zahwa menjawab sambil kembalikan badannya menghadap suaminya yang memanggil namanya.
"Apa kamu tersiksa dengan pernikahan ini, apa kamu menyesal menikah dengan aku." Anton bertanya pada Zahwa dengan nada bicara yang begitu lembut.
Jantung Zahwa berdebar debar dia kaget dengan semua pertanyaan suaminya itu dia tidak menjawab hanya diam mematung sambil menatap mata suaminya.
"Kalau semua tindakan ku selama ini menyakitimu, kamu bisa menggugat cer." Ucapan Anton terhenti karna tiba tiba tangan Zahwa menutup mulutnya.
Entah dari mana datangnya keberanian itu namun Zahwa sendiri merasa kaget dengan tindakannya, yang tiba tiba saja tangannya menutup bibir Anton dengan ujung jari jari mungilnya, yang pasti dalam fikiran Zahwa, dia tidak ingin mendengar kata kata cerai dari mulut suaminya. Bola mata Anton pun tampak melirik kebawah melihat bibirnya yang tiba tiba ditempeli tangan oleh Zahwa. Zahwa segera menarik dan menurunkan tangannya dia menunduk karna malu dan takut dimarahi.
"Maaf mas aku tidak sengaja, aku cuma tidak mau mendengar mas mengucapkan kata kata itu." Ucap Zahwa sambil tubuhnya bergetar.
"Aku tidak apa apa mas, mungkin selama ini aku yang salah tidak bisa memahami keinginan hati mas, jadi aku akan terus bertahan berada disisi mas apapun yang terjadi, aku juga akan mencoba jadi istri yang baik, tolong jangan ucapkan kata kata itu lagi mas, buatku pernikahan adalah hal yang sakral dan hanya akan terjadi sekali dalam hidupku" sambung Zahwa dengan tubuh masih bergetar tapi mencoba memberanikan diri menatap wajah suaminya sekilas lalu kembali menunduk.
"Jadi apa kamu mau memaafkan aku?" Anton kembali bertanya, namun tangannya mencoba menyentuh dagu Zahwa dan mengangkatnya, membuat mereka saling menatap.
Zahwa pun hanya menggangguk, dia malu dengan tindakan Anton yang mengangkat dagunya. Mereka saling menatap, jantung keduanya pun berdebar debar tidak karuan. Anton melihat betapa manis dan cantik istrinya itu, begitupun dengan Zahwa dia nampak mengagumi ketampanan Anton, apa lagi baru kali ini dia melihat tatapan lembut dari Anton kepadanya, jantungnya kembali berdegup kencang ketika melihat Anton mendekatkan wajahnya, tiba tiba saja mata Zahwa terpejam dan entah siapa yang memulai terlebih dalu tapi yang pasti dia merasa bibir Anton sudah ******* bibirnya.
Anton juga adalah laki laki biasa, dia juga butuh kehangatan dari seorang perempuan apa lagi dengan usiannya yang sudah dewasa, meski tidak mencintai Zahwa namun karna parasnya yang cantik dan tubuhnya yang putih mulus Anton tidak mungkin tidak tergoda.
Tindakan Anton sudah tidak terkontrol dia memeluk Zahwa yang ada di depannya. Prempuan itu pun tidak mungkin bisa menolak karna bagaimana pun Anton adalah suami sah yang berhak atas dirinya.
Anton meneguk salivanya saat melihat tubuh Zahwa yang terlihat begitu putih mulus, pelan pelan Anton merebahkan tubuh Zahwa, sementara wajah Zahwapun sudah nampak memerah dan jantungnya berdegup sangat cepat.
Anton mematikan lampu kamar menggunakan remot yang ada diatas nakas, setelah itu dia kembali fokus pada istrinya, dia benar benar sudah tidak bisa menahan hawa nafsunya lagi namun sebelum melakukan hal itu Anton pun bertanya dan meminta izin pada istrinya.
"Apa boleh aku meminta dan melakukannya.?" Tanya Anton kepada Zahwa.
Zahwa hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya karna tidak mungkin menolak hal yang memang sudah menjadi kewajibanya. Anton langsung saja memulai kembali serangnnya pada tubuh sensitif Zahwa, saat akan melakukan dia melihat istrinya meringis dan kesakitan Zahwa meneteskan air mata sambil menggit bibir bawahnya, tangan Zahwa pun mencengkran sperei dengan kuat.
Untuk mengurangi rasa sakit Zahwa, Anton mencoba kembali ******* bibir istrinya dan mencoba menekan lebih dalam lagi, usahanya pun berhasil Zahwa sudah menyerahkan keperawanan yang selama ini dia jaga kepada suami sahnya, kini suara rintihan sudah berganti dengan lenguhan dari mulut mereka berdua.