NovelToon NovelToon
Balas Dendam Celestia. Cahaya Di Kegelapan

Balas Dendam Celestia. Cahaya Di Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Balas Dendam / Fantasi Wanita
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Neogena Girl

"Pergi dari Kediaman ini. Kau sudah bukan lagi bagian dari Keluarga Viscount Avena!"

"Tuan Viscount, Hubungan Ayah dan Anak di antara Kita benar-benar sudah terputus seperti rambut ini." —Celestia

"Aku membantumu untuk menghilangkan hubungan yang ingin Kau putuskan itu. Sama seperti rambutmu yang sudah terbakar habis, menjadi abu dan diterbangkan oleh angin, begitulah hubungan kita. Benar-benar menghilang." —Viscount Avena

"...Selamat tinggal. Di masa depan, berhati-hatilah dengan bencana yang datang dari dendam yang kau tanam dan Kau pupuk subur di dalam diriku ini, Tuan Viscount." —Celestia

Apa yang terjadi sehingga menciptakan sosok yang menjalani kehidupan dengan kaki yang berpijak pada dendam ? Apakah balas dendam wanita itu berjalan lancar ? Atau terkendala dengan kekuatan yang ada pada dirinya? Saksikan selengkapnya, hanya di Noveltoon dengan judul "Balas Dendam Celestia. Cahaya di Kegelapan."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 08

Dua Minggu kemudian.

“Tak kusangka perjalanan ini terasa sangat membosankan.” Ujar Celestia.

Seorang kesatria di sebelah nya langsung tertawa dan menanggapi perkataannya.

“Karena perjalanan ini bersifat rombongan dan Kita membawa banyak barang, Kita harus menjaga kecepatan. Tia, kudamu tipe pelari kan ?”

“Tentu. Nama nya Rara, Dia sangat suka berlari dengan kecepatan tinggi. Saat ini, Aku sangat yakin Dia cukup frustasi karena berjalan selambat siput.”

“Hahaha. Terlihat jelas dari hentakan kaki dan kibasan ekornya.”

“Per.. Permisi, Apa Aku boleh menyentuh Kuda Mu ?” Ucap Bocah cilik di atas kereta barang.

“Ah, apakah Ibu Mu mengizinkan nya ? Ku rasa tidak.”

“Tidak apa-apa. Ibu Ku hanya khawatir secara berlebihan.”

Celestia memalingkan wajah ke arah Wanita yang di panggil Ibu oleh Bocah itu. Wajah nya pusat pasih. Ketakutan nampak sangat jelas bahkan masih sama sejak rombongan bergerak. Seolah jika bocah itu menunggangi kuda, nyawa nya langsung menghilang.

“Tenang saja, Nyonya. Saya pastikan anak Anda aman.”

“Kamu pengguna kekuatan Suci kan ? Tolong obati saat Anakku terluka.”

“Hahaha, Dia hanya menunggangi Kuda, bukan turun dalam medan perang, Nyonya.”

Celestia pun mengulurkan kedua tangannya untuk meraih bocah yang meminta itu. Dalam sekejap, Dia sudah berada di atas kuda putih yang sangat Dia dambakan sejak 14 hari terakhir ini.

“Woooww... Kudanya sangat tinggi. Dan juga, Dia berwarna putih.”

“Astaga, Kamu belum pernah melihat kuda berwarna putih ?”

“Emm... Belum pernah sekalipun.”

“Sangat di sayangkan. Aku sudah melihat kuda ini sejak berumur lima tahun.”

“Astaga, bikin iri saja..” Sungut bocah itu.

“Masa kecil Ku memang sangat membuat banyak anak iri.”

“Kakak bertopeng, siapa namamu ?”

“Tia.”

“Apa Aku boleh melihat wajah Mu ?”

“Tidak boleh.” Tolak Celestia tegas.

“Kenapa ?”

“Karena Kamu hanya akan terpesona saat melihat wajahku nanti.”

“Hmpt.. Palingan Kak Tia hanya menutupi wajah Mu yang jelek.”

“Ehei ~ Aku tidak akan terpancing walaupun Kau sudah berkata seperti itu, anak kecil.”

“Nama Ku Ishidore.” Ucapnya sambil mengembangkan pipi.

“Hahaha, baik baik. Aku tidak akan memanggilmu anak kecil, Ishidore.”

Perjalanan tetap berlanjut. Selama satu jam penuh, Ishidore tampak bercerita asyik dengan Celestia. Seolah tidak ada habis-habisnya topik yang muncul. Celestia tidak merasa risih. Dia justru menikmati nya, karena hal ini seperti hiburan di dalam perjalan panjang yang membosankan ini.

Selama 14 hari ini, memang sudah terjadi sepuluh kali pertempuran melawan monster-monster. Namun tidak ada yang terlalu membahayakan. Banyaknya kesatria dan juga penyihir mempermudah perjalanan.

“Perhatian, Semuanya. Ini adalah hutan terakhir. Dan juga merupakan hutan yang terus di adakannya pembasmian monster berkala besar lantaran pertumbuhan Monster yang terbilang cukup aneh. Semuanya dalam posisi Siaga.”

“Ishidore, kembali pada Ibu Mu.”

“Huum ? Kenapa begitu—”

Perkataan Isidore terhenti saat melihat mata Celestia yang tidak teralihkan dari hutan yang berjarak dua ratus meter di depan.

“Kak Tia, apakah hutan itu sangat berbahaya ?”

Celestia melirik Isidore, kemudian tersadar bahwa bocah ini sangat peka. Celestia pun tersenyum dan mengusap kepalanya “Memang berbahaya, tapi Isidore jangan khawatir. Karena banyak Kesatria dan penyihir hebat dalam rombongan Kita. Kamu ingat pertempuran Kita sebelum-sebelumnya kan ? Kita pasti akan baik-baik saja.”

“Tapi tatapan Kak Tia berbeda saat memandang hutan itu dengan hutan-hutan sebelumnya.”

Celestia pun tenggelam dalam lautan pertanyaan. Sejak kapan Bocah ini memperhatikannya ? Apa saja yang Dia sadari ? Dan se peka apa bocah ini dalam menyimpulkan yang dia lihat?

“Nak, ayo kembali ke sini. Patuhi perkataan Kak Tia.”

Isidore pun kembali ke kereta bersama Ibunya. Sedangkan Celestia sudah fokus menatap hutan di depan yang sebentar lagi akan mereka masuki.

“Warna hitam kelabu yang menyelimuti hutan itu lima kali lipat dari pada hutan yang sudah pernah Ku sucikan. Bisa jadi lingkaran hitamnya tidak seperti yang sudah Kutemui. Huuhh, apa yang menanti Kita di dalam sana ?” Batin Celestia dengan perasaan gelisah.

Pihak robongan tidak ada yang tau, bahwa pihak penyelidik yang selalu memantau dan menganalisis hutan-hutan Monster dengan skala mengancam menemukan pergerakan aneh di hutan besar milik Marquis Bloom yang baru Mereka masuki. Pihak penyelidik segera mengirim pesan pada pihak rombongan yang sudah berangkat untuk menghentikan pergerakan, namun sayangnya surat itu sampainya terlambat. Para rombongan sudah memasuki hutan besar yang memiliki gejolak yang aneh.

Hal ini langsung di sampaian lewat alat komunikasi sihir pada Marquis Bloom, Dia langsung meminta bantuan pada rombongan PM yang kebetulan tidak jauh dari hutan yang di masuki para rombongan. Yang membuat jantung Marquis hampir berhenti berdetak, saat Dia mendapat laporan tentang Putra bungsu nya yang dengan gagah berani ikut dalam rombongan yang sudah masuk ke dalam hutan berbahaya itu.

...***...

Kegelisahan Celestia di benarkan dengan kenyataan saat ini. Mereka baru memasuki hutan, namun Monster sebesar Gajah sudah menyambut kedatangan mereka dengan taring tajam yang terbuka lebar.

Formasi pertempuran sudah di buat. Ricard memimpin para kesatria berpedang melawan Monster-monster dengan menggabungkan keahlian berpedang dan sihir dari pihak penyihir. Sedangkan sebagian penyihir sudah membuat formasi perlindungan bagi rombongan pedagang. Mereka aman selama berada di dalam formasi. Penyihir yang lain mulai mengeluarkan kekuatan bertenaga besar untuk menghancurkan Monster-monster yang terus berdatangan.

Mereka tampak tenang karena ini bukan pertempuran pertama. Dan lagi, mereka sudah terbiasa sekali dengan situasi ini.

Para pengguna kekuatan Suci dengan level tiga sampai lima ikut dalam pertempuran. Sedangkan yang level satu dan dua berdiam diri di dalam formasi. Saat ada yang terluka, mereka akan keluar dan mengobatinya.

Celestia sudah masuk keluar sebanyak lima kali untuk mengobati Para Kesatria yang terluka dan tidak bisa bergerak.

Pertempuran berlanjut seperti itu selama tiga puluh menit.

...***...

Para Monster seolah mencari posisi aman dengan mundur dari pertarungan. Para rombongan pun bisa beristirahat. Sesuai keputusan bersama, Pemilik Kekuatan suci akan menggabungkan kekuatan dan menyalurkannya sejauh sepuluh kilometer kedepan. Dengan harapan jalan yang sudah dibungkus oleh kekuatan suci akan menghemat energi mereka dalam pertarungan yang tidak menguntungkan kedepannya.

Para rombongan tidak ada yang terluka sedikitpun. Itu hal yang patut di syukuri. Kesatria dan penyihir yang di terluka sudah diobati oleh pemilik Kekuatan Suci dari level satu sampai lima.

Keadaan fisik mereka sudah pulih, begitupun dengan stamina berpedang dan stamina sihir. Ricard pun berucap,

“Kita tidak boleh berlama-lama di dalam hutan ini. Kita harus bergegas. Maaf, namun Kita tidak akan tidur ataupun istirahat sampai keluar dari hutan ini. Kita hanya perlu bertahan selama satu hari satu malam saja.”

“Saya keberatan, Ketua.”

“Keluarkan pendapatmu, Tia.”

“Jika tak ingin istirahat, Saya masih dapat memaklumi nya. Namun harus diimbangi dengan kecepatan perjalanan Kita. Kita naikkan sedikit saja kecepatan Kita dari sebelumnya. Karena hutan ini pasti akan penuh dengan banyak kejutan.”

“Baiklah, Kurasa tidak ada yang keberatan dengan pendapatmu. Melihat monster-monster di sini berbeda dengan yang sudah Kita temui sebelumnya.”

“Lalu, pengguna kekuatan suci di kelompok ini terdiri dari delapan wanita dan dua pria. Maka sebaiknya Kami tidak menunggangi kuda lagi. Kami harus menghemat tenaga, agar bisa menyalurkan kekuatan suci sejauh 20 kilo meter dalam selang waktu setiap satu jam sekali.”

“Baiklah. Kesatria berpedang yang berjumlah dua orang dalam satu kuda menggantikan para pengguna kekuatan Suci dalam menunggang. Para pemilik Kekuatan Suci silahkan duduk dan beristirahat selama perjalanan ke depan. Simpan tenaga kalian, karena Kita membutuhkannya.”

Keputusan sudah disetujui. Perjalanan kembali di lanjutkan. Dan entah kenapa, semakin kedalam, ketegangan semakin menyelimuti suasana di sekitar rombongan yang di pimpin oleh Ricard. Namun dengan tekat dan keberanian, tapak kaki kuda terus bergerak sesuai instruksi penunggangnya.

...***...

...Jangan lupa like dan komen ya Guys. Neo butuh penyemangat lewat ketikan Kalian🫶 Silahkan pergi ke Chapter selanjutnya usai meninggalkan jejak Guys😌♥️...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!