Rahim Sewa'An

" Nyonya sudah siang." terdengar suara Mona mengetuk pintu.

Seina terbangun dan mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih setengah.

" Bukankah semalam Tuan tidur bersamaku?, apa aku hanya mimpi?" Gumam Seina segera berdiri berjalan menuju pintu.

" Selamat pagi Nona." Mona menyapa dengan semangat.

Ada apa dengan anak ini pagi-pagi sudah sumringah.

Dalam hati Seina.

" Mona, apa kau melihat Tuan Matthew?" tanya Seina.

" Iya, Tuan kembali ke kota Nona, katanya ada urusan sebentar." jawab Mona.

Hemmm, selalu seperti itu Matthew, enak sekali dia selalu datang dan pergi sesuka hati, dia benar - benar menyebalkan.

Seina jadi agak kesal.

" Lalu di mana Martin?" Tanya Seina khawatir.

" Tuan Martin juga pergi keluar, dia tidak sarapan dan pergi begitu saja." ujar Mona.

Seina pun mengangguk dan kembali masuk, Mona mengikuti dari belakang.

" Saya siapkan air hangat untuk mandi ya Nyonya." ujar Mona.

" Boleh, terimakasih Mona." ujar Seina.

Di kantor polisi.

" Terimakasih, kalau begitu ibu anda bebas dengan jaminan." ujar polisi.

" Untuk istri anda bagaimana Tuan?" tanya polisi itu.

" Biarkan semua berjalan sesuai prosedur hukum yang berlaku, saya tidak memberikan pengacara, biarkan mertua saya yang mengurusnya." Tegas Matthew.

Kali ini Matthew benar - benar tidak membantu Gladys sama sekali.

Setelah selesai mengurus masalah di kantor polisi, Matthew segera menemui Ibunya.

" Ibu, aku sudah menyelesaikan semua." ujar Matthew memberitahu ibunya.

Tapi Olive hanya diam saja tidak merespon sama sekali.

" Bu, Ibu marah?" tanya Matthew.

" Ada apa?, bukankah kau seharusnya menemani istrimu." ujar Olive dengan wajah sinis.

" Tidak, setelah ini aku akan kembali ke rumah pinggir pantai itu." jawab Matthew.

" Apa kau mau menemui Seina?, bukan Gladys?" Olive langsung merespons dengan penuh semangat.

" Apa ada masalah Ibu?, bukankah Ibu menyuruhku memperhatikan Seina lebih baik lagi?" ujar Matthew.

" Benar, kau harus memperhatikan anak yang malang itu." Olive tampak senang.

" Ibu menyukai anak itu?" tanya Matthew.

" Siapa yang tidak suka anak cantik dan baik hati itu, istrimu saja yang keterlaluan memanfaatkan anak sebaik dia, tapi itu adalah satu hal baik yang dia lakukan." ujar Olive merasa puas.

" Aku akan menikahinya." ujar Matthew tiba-tiba.

" Sungguh?" Olive sangat terkejut dengan ucapan Matthew dan memintanya mengatakannya lagi.

" Aku akan menikahi Seina." tegas Matthew sekali lagi.

Olive langsung memeluk Matthew dengan sangat bahagia.

" Kau tidak berbohong kan?, aku akan memiliki menantu Seina?, wah aku sangat senang Matthew, kapan, kapan kau akan menikah Seina." ujar Olive tidak sabaran.

" Tapi Seina tidak mau jadi yang kedua." ujar Matthew.

Olive terdiam.

" Dia anak yang pintar rupanya." gumam Olive.

" Tapi aku tidak mau tahu kau harus menjadikan Seina menantuku!" tegas Olive.

" Tapi bagaimana dengan istrimu?, aku sangat yakin dia tidak akan mau dipoligami." ujar Olive.

" Yang satu tidak mau menjadi yang kedua, dan yang satu lagi tidak mau di poligami." Olive meledek Matthew, Olive tahu jika putranya tidak akan melepaskan istrinya begitu saja.

Kalau sudah begini, aku harus memberitahu Matthew yang sebenarnya, agar aku bisa menyambut menantu baru dengan segera.

Dalam hati Olive.

" Kau sekarang juga masih belum percaya dengan kelakuan istrimu itu?, padahal sudah ada bukti dan istrimu bahkan di tuntut, lalu apa kau sungguh mengira Ibu menjebaknya?" ujar Olivia.

Matthew hanya terdiam.

" Jika kau ingin tahu kenapa aku bisa membencinya. Ah, tapi sebaiknya aku tidak pernah memberitahu dirimu, kau hanya akan percaya dengan istrimu, dari pada orang yang sudah bertaruh nyawa melahirkan dirimu." Ujar Olive.

" Ibu lanjutkan saja." Matthew jadi penasaran, sebenarnya dia juga sedang mencari tahu hal ini.

" Dia yang sengaja menggugurkan kandungannya sendiri hanya untuk mendapatkan perhatian darimu." ujar Olive dengan wajah sangat marah.

Matthew sangat terkejut, itu tidak mungkin, nyatanya istrinya sangat terpukul dan sampai menderita.

" Kau kan seorang Howard, tidak sulit mendapatkan kebenarannya, kau bisa mencoba mencari kebenaran itu lewat sahabat istrimu." Ujar Olive segera beranjak pergi.

Seakan dia sudah menumpahkan semua beban berat itu dengan baik, Olive juga senang karena mendengar putranya ingin menikahi Seina.

" Aduh, Seina anak baik itu akan jadi menantuku, hahahaha, hari ini aku akan berbelanja banyak untuk Seina dan mengirimkannya lagi ke sana." Gumam Olive tampak senang.

Sementara Matthew masih terdiam dan tampak sangat ingin meledak.

Matthew pun meninggalkan kediaman ibunya, dia kembali ke kota dan menemui sahabat istrinya.

" Tuan Matthew, sebenarnya ada apa?, apa terjadi sesuatu dengan Gladys?" ujar Miranda yang masih bingung, untuk apa suami Gladys ini datang.

Jangan bilang dia melibatkan ku dengan masalah yang ada saat ini, aku sebagai sahabatnya juga sudah menasehatinya.

Dalam hati Miranda.

" Untuk masalah Gladys, saya sungguh tidak tahu apa-apa loe, Tuan." Ujar Miranda mencoba menyelamatkan diri.

" Dimana Gladys menggugurkan bayinya?" langsung memberikan pertanyaan yang sangat menyeramkan.

" Apa?, saya tidak tahu." ujar Miranda sangat gelisah.

" Menyeret seseorang dengan bukti palsu masuk dalam penjara juga bukan hal sulit, aku selalu melakukan itu untuk Gladys, apa aku mau mencoba?" ujar Matthew.

" Tuan, tapi saya tidak terlibat juga dengan hal itu, dia hanya ingin anda memperhatikannya." ujar Miranda.

" Dengan membunuh anak kita?, mengerikan!" Matthew tampak sangat menyeramkan.

" Itu Gladys, sebenarnya anak itu juga cacat jadi Gladys menggugurkan anak itu." ujar Miranda terbata-bata.

" Apa?, apa kau serius?, di mana dia melakukannya?" ujar Matthew.

" Di negara X, di rumah sakit LM." jawab Miranda.

Gladys suamimu sendiri yang sudah tahu, jika aku bilang tidak tahu mungkin aku juga tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri.

Dalam hati Miranda.

Matthew segera pergi begitu saja, dia pergi menemui Sofia dengan wajah yang sangat merah karena menahan kemarahannya.

" Wah, padahal aku sudah mengira kau akan datang dengan anak itu." ujar Sofia merasa kecewa.

" Lain kali Bibi." jawab Matthew.

" Ya, istrimu membuat ulah lagi, apa kau juga membereskannya?" Tanya Sofia.

" Tidak." jawab Matthew dengan tegas.

" Apa?, aku tidak salah dengar?" ujar Sofia terkejut.

Matthew pun menceritakan semuanya pada Sofia dan tampak sangat terpukul dengan kebenaran yang ada.

" Sebenarnya kalau memang cacat juga kasihan juga anak itu hidup di dunia yang kejam ini, tapi sebagai seorang ibu dia benar-benar tidak punya perasaan." Gumam Sofia.

" Lalu apa rencanamu?, lagian pasti kau juga akan memaafkannya kan?" ujar Sofia.

" Tidak, aku akan menikahi Seina segera." ujar Matthew.

" Apa?, kau sehat Nak?, apa kau sedang mabuk?" tanya Sofia tak percaya.

" Saya tidak mabuk." tegas Matthew.

" Wah, ini sih menarik untuk dilihat, baiklah cepat bawa anak itu ke sini, aku ingin berbisnis lagi dengan anak itu." ujar Sofia senang.

" Tidak Ibu, tidak Bibi, sama saja." ujar Matthew menghela nafas.

" Yakan, aku sudah bilang ibumu itu bukan wanita jahat, kau saja yang selama ini terpengaruh oleh istri sengkuni itu." ujar Sofia merasa puas.

Pada akhirnya Matthew benar-benar terbuka matanya, selama ini dia sangat buta dan tidak bisa dinasehati tentang istrinya.

Tapi apa yang sedang dia rencanakan dengan mata yang penuh amarah itu, sungguh sialnya jika Matthew benar - benar membalas dendam.

Dalam hati Sofia.