Sistem Kultivasi Harem : Penakluk Wanita

Sora, Melati, tetua serta penduduk desa berdiri di gerbang menunggu kedatangan utusan kerajaan.

"Dia datang," ujar Sora.

Seketika Melati, tetua dan penduduk desa menajamkan pandangan menatap serius ke arah depan.

Perlahan pasukan berkuda yang dipimpin wanita cantik berambut putih salju muncul dalam jarak pandang mereka.

Sora memiliki penglihatan paling tajam berkat kultivasinya. Di saat yang lain cuma bisa melihat siluet kecil, dia sudah bisa melihat penampilan pasukan berkuda dengan jelas.

(Ding! Ditemukan wanita cantik dengan nilai 98! Misi telah ditambahkan.)

'Sembilan puluh delapan? Kamu mau bilang kalau dia lebih cantik daripada Melati?'

(Berdasarkan nilai kecantikan memang begitu, tapi kembali lagi pada selera Tuan Rumah.)

Sora kembali menajamkan mata untuk melihat satu - satunya wanita di tengah pasukan berkuda dengan lebih jelas.

Semakin dekat jarak di antara mereka, semakin jelas kecantikan yang dimiliki wanita itu. Puncaknya terjadi pada saat pasukan berkuda berhenti lima meter dari gerbang desa.

Sora dan penduduk desa lainnya sekarang melihat dengan jelas kecantikan yang dimiliki sang utusan.

Utusan memiliki kulit putih yang terlihat kenyal dan lembut. Rambutnya berwarna putih bersih seperti salju murni yang menumpuk di taman.

Tatapan sang utusan tajam tapi indah dengan nuansa wanita dewasa yang keren.

Tingginya sekitar seratus tujuh puluh sentimeter. Kakinya panjang, pantatnya gemuk, pinggangnya ramping dan payudaranya besar. Bisa dibilang dia adalah perwujudan sejati dari kata seksi dan menggoda secara alami.

Wajah sang utusan tidak kalah menarik dibandingkan tubuhnya. Bentuk wajahnya sangat sempurna, alisnya tertata secara alami seperti mahakarya sang pencipta, matanya berwarna perak mengkilap seperti kilauan permata, hidungnya imut tapi sangat cocok dengan wajahnya secara keseluruhan, bibirnya tipis dan berwarna merah muda yang terlihat indah secara alami.

Secara keseluruhan, sang utusan memang layak memiliki nilai kecantikan sembilan puluh delapan.

Semua orang terpesona, khususnya mereka para lelaki yang tidak bisa mengalihkan pandangan dari sang utusan.

Bahkan orang tua seperti tetua desa tidak bisa menyembunyikan ketertarikannya, apalagi mereka yang masih muda dan punya semangat besar di bidang seksual. Kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana reaksi mereka.

Para istri cemburu, reaksi mereka tidak jauh beda dibandingkan saat para istri terpesona dengan ketampanan Sora.

Sora jadi salah satu pria yang terpesona dengan kecantikan sang utusan. Sora membuka mata lebar - lebar menatap sang utusan dengan ekspresi luar biasa.

'Ya, sekarang aku mengerti kenapa nilai kecantikannya lebih tinggi daripada Melati.'

(Tuan Rumah mengakui kalau dia lebih cantik daripada Melati?)

'Tidak, maksudku dia memang punya nilai yang tinggi, tapi soal kecantikan, keduanya sama saja di mataku.'

(Memang benar. Saat nilai kecantikan seorang wanita berada di atas sembilan puluh lima poin, sulit untuk membedakan mereka kecuali dengan melihat pesona alami mereka.)

Sora mengangguk setuju. Kalau Melati bukan seorang pemalu, nilai kecantikannya mungkin bisa di atas sang utusan.

Ketika Sora merenung memikirkan ini, tiba - tiba dia merasakan sakit yang tajam di bagian pinggang.

Sora menoleh dan melihat tangan Melati sedang mencubit pinggangnya.

"Muuu..." Melati cemberut melirik Sora.

Sora tersenyum malu dan menunduk, berhenti menatap sang utusan. Dalam hati dia bertanya - tanya, mengapa Melati cemburu di saat dia sudah bilang setuju untuk dipoligami?

Sora tidak bisa memahaminya, yang jelas dia harus lebih hati - hati sekarang.

Sebenarnya kalau Sora jeli, dia bisa tahu alasan Melati. Bahkan wanita dengan hati besar seperti Melati pasti cemburu kalau melihat pria yang dicintai ternyata lebih terpesona dengan wanita lain saat dia berada di dekatnya.

Kalau wanita yang membuat Sora terpesona adalah salah satu kekasihnya, Melati tidak akan cemburu. Tapi kasusnya benar - benar beda kalau kita membahas orang asing seperti yang terjadi sekarang.

Pada saat orang - orang terpesona, utusan dibuat heran dengan aura yang terpancar dari tubuh penduduk desa.

'Apa mereka sungguh meminta bantuan untuk melawan bandit? Menurutku mereka sendiri sudah bisa membantai bandit gunung. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa orang - orang ini memancarkan aura yang sangat kuat.' Sang utusan mengamati sekeliling dan terakhir pandangannya tertuju pada Sora. 'Tahap dua inti emas? Apa dia yang berada di balik semua perubahan ini?' Di saat sang utusan menatap Sora, Sora juga menatap sang utusan.

Pandangan mereka bertemu.

Zzzt!

Keduanya tiba - tiba merasa seperti disengat listrik.

'Apa yang terjadi? Kenapa tubuhku bereaksi setelah pandangan kami berpapasan?'

(Tuan, ternyata wanita ini memiliki Fisik Yin Murni. Itulah yang menyebabkan kalian merasakan kejutan saat pandangan kalian bertemu.)

'Fisik Yin Murni? Salah satu fisik khusus pasangan Fisik Sembilan Yang Kuno?'

(Benar, levelnya memang tidak bisa dibandingkan dengan Fisik Sembilan Yang Kuno, tapi jauh lebih baik dibandingkan fisik khusus biasa.)

'...' Sora menatap utusan, kebetulan utusan juga menoleh dan tatapan mereka kembali bertemu. Kali ini tidak ada sengatan listrik, adanya cuma rasa penasaran dan rasa ingin tahu satu sama lain.

"Nona Yuki? Apa ada masalah?" tanya salah satu pasukan berkuda dengan sopan dan segan.

Yuki tersadar lalu menggelengkan kepala. "Tidak."

"Saya mengerti."

Yuki menatap sekeliling mencari sosok tetua desa. "Siapa tetua desanya?"

Tetua desa mengangkat tangan. "Itu aku."

"Aku ingin bicara serius, di mana kita bisa melakukannya?" Suara Yuki tajam dan dingin.

"Ikuti aku."

Yuki mengangguk ringan lalu menatap Sora. "Bagaimana kalau kamu ikut? Mungkin percakapan kami ada kaitannya denganmu." Yuki tersenyum manis yang membuat anggota pasukan berkuda terkejut.

Sora melirik Melati.

Melati diam - diam menganggukkan kepala.

"Baiklah, tapi pacarku harus ikut."

"Pacar?" Yuki menoleh ke samping melihat Melati. Dia tersenyum lembut dan menganggukkan kepala. "Kamu punya pacar yang cantik, dia boleh ikut kok."

"Makasih pujiannya, Melati memang wanita paling cantik di dunia."

Yuki mengangguk lalu balik badan tanpa bicara.

Sora mengikuti dari belakang bersama Melati. Selama perjalanan, wajah Melati merona seperti buah ceri. Melati merasa malu sekaligus bahagia setelah disebut sebagai wanita paling cantik di dunia oleh Sora.

...

Awalnya Yuki membahas tentang bandit gunung bersama tetua desa. Sora dan Melati berdiri di samping berhadapan dengan anggota pasukan berkuda yang berdiri di sisi lain.

Anggota pasukan berkuda menyadari kecantikan Melati, mereka tidak henti - hentinya menatap Melati, hingga memunculkan kemarahan di hati Sora.

Wosh!

"!"

Sora melepas sedikit momentumnya untuk menekan anggota pasukan berkuda.

Yuki langsung bereaksi dengan wajah kaget, sementara anggota pasukan berkuda mulai berkeringat dingin karena tidak tahan dengan penindasan aura Sora.

Tatapan Yuki memadat. "Apa yang kamu lakukan?" Suaranya tajam dan dipenuhi ancaman.

"Aku cuma ingin memberi mereka sedikit pelajaran," jelas Sora tidak gentar meskipun sedang berhadapan dengan sosok yang lebih kuat darinya.

Sejak awal, Sora sadar kalau kekuatan Yuki berada di ranah nascent soul. Meski begitu, dia sama sekali tidak merasa takut pada Yuki.

Selama Sora melangkah di jalan yang benar, dia tidak akan takut pada siapa pun termasuk dewa.

Yuki menoleh menatap bawahannya dengan aura menindas. "Apa benar yang dia katakan?"

"Tidak Nona Yuki, kami-."

"Huh!"

Brual!

Tekanan yang lebih besar menindas anggota pasukan berkuda.

Seketika semua anggota pasukan berkuda dipaksa berlutut oleh momentum yang terlampau kuat ini.

Bukan Sora yang melakukannya, tapi Yuki.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Sora ragu.

"Menggantikanmu menghukum mereka. Sekarang kamu puas?"

Sora melirik sejenak anggota pasukan berkuda yang menyedihkan lalu menganggukkan kepala. "Aku puas, kamu bisa berhenti menindas mereka."

Yuki menarik auranya kembali tanpa meninggalkan jejak. Akhirnya anggota pasukan berkuda bisa menghirup napas lega meski tubuh mereka hampir hancur karena kejadian ini.

Mereka langsung jujur tanpa sedikit pun keberanian menatap Melati.

'Ternyata benar, wanita ini berbahaya,' ucap Sora dalam hati.

...

..

.

Bersambung...