Maya yang kecewa dengan penghinaan mantan suaminya, Reno, mencoba mencari peruntungan di kota metropolitan.. Ia ingin membuktikan kalau dirinya bukanlah orang bodoh, udik, dan pembawa sial seperti yang ditujukan Reno padanya. "Lihatlah Reno, akan aku buktikan padamu kalau aku bisa sukses dan berbanding terbalik dengan tuduhanmu, meskipun dengan cara yang tidak wajar akan aku raih semua impianku!" tekad Maya pada dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TINGKAH BU RATNA
Made merasa tak percaya, Bu Ratna mengatakan itu semua dihadapannya. Walau bagaimanapun juga keadaan Murni, baginya Murni wanita tercantik yang ada di jagat Raya.
"Maaf Bu, maksudnya apa dengan perkataan Ibu tadi?" Hati Made bergemuruh, sedikit tersulut emosi akan perkataan Bu Ratna.
Rasanya ia ingin menampar wajah Ibu gemuk yang ada dihadapannya. Tapi sebisa mungkin ia tahan, mengingat ia hanyalah seorang ibu yang sudah berumur. Apalagi ia mengaku sebagai ibu kandungnya.
Bu Ratna terdiam, ia mengerutkan kedua alisnya pura-pura tidak mengerti. "Maksudnya apa?.. Perkataan yang mana maksud kamu?"
"Baiklah Bu, kalau Ibu lupa gak apa-apa. Tapi tolong, jangan bilang hal yang kurang enak lagi tentang istri saya. Aku tahu, Ibu pasti tahu yang aku maksud." Made tak mau memperpanjang masalah. Ia hanya memberi peringatan.
"Mas..!!" Murni cemberut, matanya mengerling kearah Bu Ratna, "Tadi Ibu itu bilang astaga! Emang astaga itu apa sih?" tanya Murni, dengan nada manja.
" Ya ampun! Dasar dungu!" pikir Bu Ratna gemas, ia meremas kedua tangannya menahan kesal
"Murni, aku tadi bilang astaga itu gak ada maksud apa-apa. Aku takjub sama kamu, masih kecil tapi sudah hamil. Bagus itu! Makanya aku bilang astaga, aku senang sebentar lagi punya cucu," sangkal Bu Ratna.
"Oooh, Bu Ratna itu ibunya Mas Made toh.. kan punya cucu dari aku," jawab Murni dengan polosnya, ia manggut-manggut.
Murni meraih tangan Bu Ratna, dengan maksud akan memberi salim, sun tangan.
Tanpa diduga, Bu Ratna mengibaskan pegangan tangan Murni dengan kasar, "Gak usah! Ucapan salam dari kamu tadi juga udah mewakili ko!" Ada perasaan jijik di hati Bu Ratna, hingga ia tak mau dipegang Murni.
Made yang melihat itu hanya mengelus dada, ia sudah bisa membaca karakter Bu Ratna kalau perempuan tua itu arogan!
"Maaf Bu, kalau Mur udah lancang," Murni bicara pelan, ia menahan sesuatu yang hendak menyeruak keluar dari kerongkongannya.. Tapi ia masih bisa menahan.
"Kamu yang sabar ya.. Jangan diambil hati. Kita harus maklum, Bu Ratna udah tua," bisik Made ke telinga Murni.
Ia tak ingin istrinya tersinggung bahkan marah akan tingkah Bu Ratna.
"Iya Mas, aku ngerti." Murni mengangguk pelan, ia tak berani menatap wajah Bu Ratna.
"Ayo Bu, kita masuk," ajak Made pada Bu Ratna. Bu Ratna sedikit ragu-ragu untuk masuk gubuk Murni, tapi ia tak enak pada Made. Dengan berat hati Bu Ratna memasuki gubuk tanpa membuka sepatu.
Mereka masuk ke dalam rumah yang sempit dan berantakan. Bu Ratna semakin jijik melihat kondisi tempat tinggal Murni. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa Made memilih wanita seperti Murni, dengan keadaan yang serba menjijikan dan acak-acakan.
"Jadi, kamu ini benar-benar istrinya Made?" tanya Bu Ratna dengan nada menyelidik, merasa kurang percaya.
Murni mengangguk. "Kami menikah siri lima tahun yang lalu," jawabnya.
"Menikah siri? Kenapa tidak resmi saja?" tanya Bu Ratna lagi.
"Kami belum punya cukup uang untuk mengurus pernikahan resmi," jawab Murni dengan nada lirih.
"Iya Bu.. Apalagi aku gak punya KTP. Aku juga gak tahu kenapa aku tak punya KTP. Apa hilang atau.." Made terdiam, ia merasa bingung dengan keadaan dirinya.
"Ya sudahlah Pram. Kamu gak usah maksa mikir! Semua itu gara-gara si Maya!" jawab Bu Ratna, sedikit emosi.
"Maya?.. Siapa Maya?" Wajah Murni seketika berubah keruh. Ia tak mau Made ada wanita lain selain dirinya.
Saking sayangnya Made sama Murni, ia memeluk Murni, ia lupa kalau disana ada Bu Ratna. Melihat itu Bu Ratna membuang muka, ia merasa menyayangkan anaknya lengket sama Murni yang menurutnya sangat udik dan kucel, lebih buruk daripada Maya!
"Cih!! Jijik aku lihatnya! Anakku benar-benar bodoh!!" gerutu Bu Ratna dalam hati.
"Sayang, maafin Mas.. Maya itu.." Made tak kuasa mengatakan yang sebenarnya, ia tak tega menyakiti hati Murni.
"Ah, Pram, bilang aja kalau si Maya itu wanita penggoda." Bu Ratna menimpali sekenanya.
"Apa? Jadi Mas Made digoda sama Maya?" Murni melepaskan pelukan Made, ia melotot menatap tajam Made. Reaksinya mulai menghakimi Made.
"Mas.. Kamu tergoda kan sama dia?" Murni kembali menyudutkan Made, ia makin gencar menghakimi Made. Sifat cemburunya mulai beraksi.
"Enggak, sayang.. Aku gak tergoda dia! Makanya aku jemput kamu untuk segera pindah ke Bandung, agar kamu tahu Mas gak seperti itu. Percaya kan sama Mas?" Made memegangi dagu Murni.
Murni mengangguk, " Iya, aku sekarang percaya."
Made tersenyum, di kecupnya kening Murni cukup lama. Ia lupa kalau Bu Ratna ada diantara mereka. Ibu gemuk itu spontan memalingkan muka melihat kemesraan yang Made lakukan.
"Dasar lebay!"
Untuk kemudian Murni menatap Made dengan mata sayu, "Mas, aku sedang tidak enak badan.."
"Tidak enak badan atau tidak punya uang untuk berdandan?" sindir Bu Ratna.
'Deg'
Jantung Made maupun Murni langsung tak enak mendengar perkataan Bu Ratna yang pedas, bagai sebilah pisau menghunus jantung.
Made hanya berdehem mendengar ucapan Bu Ratna, untuk memprotes akan perkataan Bu Ratna yang kurang enak didengar.
"Bu, tolong jangan bicara begitu, untuk apa aku dandan kalau cuma hanya diem dirumah," sahut Murni. Suaranya mulai berat, sepertinya ia sudah tak kuat dengan semua ucapan pedas Bu Ratna.
Bu Ratna tersenyum kecut akan jawaban Murni. Ia hanya menatap Murni dengan wajah masam, tanpa membalas kembali ucapannya.
"Mas, aku pamit dulu." Tanpa basa-basi lagi Murni berlari kedalam kamar, ia membenamkan wajahnya dibawah bantal. Bumil itu menangisi tingkah Bu Ratna yang sangat kasar.
"Kemana istrimu itu? Ada mertua datang malah nyungsep di kamar, gak sopan!" Bu Ratna menggerutu. Ia tak mau duduk, hanya berdiri sembari melipat tangan.
"Murni lagi gak enak badan, Bu.. Mungkin ia ingin istirahat di kamar," jawab Made. Ia merasa perlu melindungi Murni dari pandangan negatif Bu Ratna.
"Aku pamit dulu sebentar, Bu.." Made pamit menuju kamar Murni.
Didapatinya Murni sedang tengkurap, isak tangisnya terdengar diantara celah-celah bantal dan kasur.
Made duduk dipinggir Murni, ia mendekap punggung istrinya itu. "Yang, udah.. jangan nangis terus. Bu Ratna emang kaya gitu. Walau bicara dan tingkahnya kurang enak, tapi hatinya baik."
Bu Ratna yang menyembulkan kepalanya diantara celah gorden, menguping pembicaraan Made.
"Apa?.. Aku orang baik?" Ia membesarkan bola matanya, senyum liciknya langsung terukir. "Apa aku harus pura-pura baik depan dia? Yes, itu dia! Aku punya ide." Bu Ratna tersenyum senang, ia mulai menyusun rencana.
Rencana apa yang ada di pikiran Bu Ratna?..