NovelToon NovelToon
Janji Di Atas Bara

Janji Di Atas Bara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Balas Dendam / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

"Janji di Atas Bara" – Sebuah kisah tentang cinta yang membakar, janji yang teringkari, dan hati yang terjebak di antara cinta dan dendam.

Ketika Irvan bertemu Raisa, dunia serasa berhenti berputar. Cinta mereka lahir dari kehangatan, tapi berakhir di tengah bara yang menghanguskan. Di balik senyum Raisa tersimpan rahasia, di balik janji manis terselip pengkhianatan yang membuat segalanya runtuh.

Di antara debu kota kecil dan ambisi keluarga yang kejam, Irvan terperangkap dalam takdir yang pahit: mempertahankan cintanya atau membiarkannya terbakar menjadi abu.

"Janji di Atas Bara" adalah perjalanan seorang pria yang kehilangan segalanya, kecuali satu hal—cintanya yang tak pernah benar-benar padam.

Kita simak kisahnya yuk, dicerita Novel => Janji Di Atas Bara
By: Miss Ra

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 13

"Raisa & Febri "

Dunia Irvan seakan berhenti berputar. Ia merasakan dadanya seperti diremas dari dalam. Tangannya gemetar, mencoba menyentuh huruf-huruf itu namun tak mampu.

"Raisa--" bisiknya nyaris tanpa suara. Ada getir, ada luka, dan ada amarah yang terpendam begitu dalam.

Sehelai kelopak mawar jatuh di kakinya, menandai satu hal yang tak bisa lagi ia hindari_perempuan yang ia jaga, kini akan menjadi milik orang lain.

Suara langkah Irvan yang berat menarik perhatian seseorang. Dari balik bayangan, Nenek Ratna muncul perlahan dengan wajah terkejut. Matanya membulat saat melihat sosok cucu lelaki sahabat lamanya berdiri di taman dengan napas terengah dan mata memerah.

"Irvan? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nenek Ratna pelan namun penuh keheranan.

Irvan segera berbalik. Begitu melihat wajah tua itu, amarahnya sedikit mereda_berganti dengan rasa getir yang menyesakkan dada. Tanpa berpikir panjang, ia melangkah cepat dan meraih tangan Nenek Ratna, lalu menciumnya penuh hormat.

"Nek--" suaranya bergetar, nyaris parau. "Apa semua bunga ini Raisa yang memilihnya?" tanyanya dengan wajah frustrasi, matanya berkeliling menatap dekorasi yang tampak sempurna, seolah setiap warna bunga adalah simbol luka baru yang ditancapkan di hatinya.

Nenek Ratna terdiam sejenak, lalu mengangguk perlahan. "Iya, Nak. Semua pilihan Raisa sendiri--" jawabnya lembut, belum mengerti arah dari kegelisahan Irvan.

Irvan menatap papan nama besar di papan_Raisa & Febri_ lalu kembali menatap Nenek Ratna dengan mata yang kini berkaca-kaca.

"Kenapa kau tak memberitahuku tentang pernikahan ini?" suaranya meninggi, namun lebih terdengar seperti jeritan hati yang remuk. "Dan lihat ini, Nek--" Ia menunjuk ke papan nama itu dengan tangan gemetar. "Kau salah memasang nama, Nek. Nama prianya harusnya namaku_Irvan!" katanya dengan nada frustasi, suaranya pecah di akhir kalimat.

Nenek Ratna tertegun. Wajahnya memucat, bibirnya bergetar, tak tahu harus berkata apa. Ia menatap Irvan yang kini tampak begitu hancur_campuran antara amarah, cinta, dan luka yang tak terucap.

"Irvan-- apa yang kau lakukan? Kenapa kau seperti ini, Nak?" ucap Nenek Ratna pelan, nadanya bergetar di antara iba dan ketakutan.

Ia tak pernah melihat Irvan seperti ini sebelumnya_begitu terluka, begitu rapuh di balik wibawa dan ketegasan yang selama ini ia kenal.

Irvan menatap sang Nenek dengan mata yang basah. Suara hembusan angin terasa begitu keras di tengah keheningan itu, seolah waktu pun ikut menahan napas, menyaksikan bagaimana seorang pria kehilangan separuh jiwanya tepat di depan bunga-bunga pernikahan orang yang ia cintai.

Irvan masih terdiam, suaranya tercekat di tenggorokan, ketika sebuah tangan kokoh tiba-tiba menepuk bahunya. Sentuhan itu tegas, seolah memberi peringatan untuk berhenti. Ia menoleh perlahan, dan matanya langsung menatap tajam ke arah sosok yang berdiri di belakangnya_Dharma.

Wajah pria itu tenang, namun pandangannya tajam dan penuh perhitungan. Aura wibawa sekaligus ancaman terasa kuat di antara keduanya.

"Irvan, pergilah dari kehidupan Raisa. Dia akan menikah besok," kata Dharma datar, namun nada suaranya mengandung kekuasaan yang tak bisa diabaikan.

Irvan menatapnya dalam-dalam, rahangnya mengeras. Napasnya memburu, matanya seperti bara yang menyala.

"Tidak. Dia hanya akan menikah denganku," balas Irvan dengan suara berat dan menekan setiap kata dengan penuh keyakinan.

Keheningan menegang. Hanya terdengar suara angin yang menghembus dari udara dan deru jantung Irvan yang terasa sampai ke telinga. Nenek Ratna berusaha melangkah maju, tapi tubuhnya membeku melihat dua pria itu berdiri saling menatap penuh kebencian.

Dharma tidak bicara lagi. Ia hanya menoleh sedikit, memberi kode halus dengan gerakan tangan pada seseorang di sudut ruangan. Dari arah pintu belakang, muncul sosok bertubuh kekar_Roy, musuh lama Irvan, sekaligus orang-orang kepercayaan Dharma.

Tatapan mereka bertemu. Sekejap mata, udara di ruangan terasa menegang seperti tali yang siap putus.

Tanpa menunggu perintah kedua, Roy bersama yang lain melangkah cepat, menepis kursi yang menghalangi jalannya. Irvan segera bersiap, tubuhnya menegang. Begitu Roy dengan yang lain mendekat, adu hantam pun tak terelakkan.

Suara benturan keras terdengar ketika pukulan pertama mendarat di rahang Irvan, namun ia tak mundur. Ia membalas dengan tendangan kuat ke perut Roy, membuat pria itu terhuyung mundur beberapa langkah. Barang-barang di sekitarnya berjatuhan, vas bunga pecah, dan papan nama Raisa & Febri terhempas ke halaman.

"Hentikan!" teriak Nenek Ratna, tapi tak seorang pun mendengar.

Roy menyerang lagi, tinjunya menghantam bahu Irvan, namun Irvan membalas dengan pukulan keras ke rahang lawannya hingga terdengar suara retakan halus. Napas mereka sama-sama terengah, darah mulai menetes di sudut bibir Irvan, tapi tatapan matanya tak goyah sedikit pun.

"Aku tidak akan pergi," desis Irvan dingin, suaranya rendah namun penuh ancaman. "Selama Raisa belum mengucap janji di hadapan Tuhan, dia masih milikku."

Dharma menatapnya tanpa ekspresi, namun sorot matanya menunjukkan sesuatu yang lain_amarah yang ditahan, sekaligus rasa takut bahwa mungkin--Irvan benar-benar tidak akan menyerah.

Benturan keras kembali terdengar. Irvan tersungkur ke tanah halaman, darah mengalir dari sudut bibirnya, namun matanya tetap menatap tajam_penuh perlawanan. Roy tak lagi sendirian; dua pria lain datang membantu, mengepung Irvan dari dua sisi.

"Lawan aku kalau berani!" teriak Roy sambil menendang perut Irvan hingga tubuhnya terpelanting menabrak meja. Suara kayu pecah memenuhi ruangan.

Irvan berusaha bangkit, tubuhnya gemetar, namun secepat itu satu pukulan lagi mendarat di wajahnya, membuat pandangannya berkunang. Meski begitu, ia masih mencoba berdiri, menolak menyerah.

"Raisaaa...! Keluarlah, Raisaaa..!" suaranya serak, menggema di seluruh rumah yang kini hening.

Namun tak ada jawaban. Tak ada langkah kaki lembut yang muncul dari arah tangga. Gadis itu tak menampakkan batang hidungnya_hanya gema teriakannya yang memantul di dinding, menambah sesak di dada siapa pun yang mendengarnya.

"Bawa dia pergi!" perintah Dharma akhirnya.

Dua orang lelaki langsung mengangkat tubuh Irvan yang kini lemas dan berlumur darah. Ia masih berusaha melawan, menendang udara kosong, tapi tenaganya sudah hampir habis. Matanya tetap menatap ke arah pintu rumah Raisa, berharap satu kali saja gadis itu muncul. Namun harapan itu tak pernah datang.

Malam pun turun ketika mereka tiba di sebuah gudang kosong di pinggiran kota. Bau karat dan debu menyengat. Roy mendorong tubuh Irvan ke lantai, membuatnya terhantam keras.

"Ini untuk terakhir kalinya kau campuri urusan Tuan Dharma," ucap Roy dingin, lalu memberi isyarat.

Tiga pria lain segera menghajar Irvan tanpa ampun. Pukulan demi pukulan menghantam tubuhnya yang sudah tak berdaya_perut, wajah, punggung. Darah menetes di lantai beton, suara napas Irvan makin berat, tapi ia tak mengeluarkan keluhan. Hanya matanya yang menatap kosong, seolah seluruh dunia telah runtuh bersamanya.

Setelah puas, Roy menarik seutas tali tebal dan mengikat tubuh Irvan ke salah satu tiang besi. "Pastikan dia tidak bisa kabur sampai besok," ujarnya datar.

Mereka pergi meninggalkan gudang dengan pintu berderit keras. Dalam kegelapan yang sunyi, Irvan hanya bisa menunduk, tubuhnya lemas. Antara rasa sakit dan kesedihan, satu nama terus terucap pelan di bibirnya yang pecah:

"Raisa--Jangan pergi..."

Lalu hening. Hanya suara angin malam yang masuk melalui celah dinding, membawa kesepian yang terasa lebih menyakitkan dari luka di tubuhnya.

...----------------...

Next Episode...

1
Deyuni12
dikit amaaaaat
Miss Ra: siaaaap
total 3 replies
Deyuni12
complicated
oh cintaaaa
Deyuni12
sungguh memilukan
Deyuni12
hadeeeeh
kumaha ieu teh atuh nya
Kutipan Halu
mampir kak, mampir jg ya ke karyaku "DIMANJA SAHABAT SENDIRI"☺☺
Deyuni12
lanjuuuut
Jee Ulya
Tapi kalau kebanyakan naratifnya, aku nggak bisa nafas. hihi😁
Jee Ulya
Nyampeee, Aromanyaaa nyampe siniii kaaaak😍😍😍
Jee Ulya: luv banyaak banyaaak
total 4 replies
Jee Ulya
😭😭😭😭 bagus bangettt
Jee Ulya
Aaah diksinyaaaa bikin meleleeeh 😭😭😭
Deyuni12
agaiiiiiin
Deyuni12
lagiiiiii
Deyuni12: d tungguuuu
total 2 replies
Deyuni12
makin penasaran dengan kisah cinta mereka n juga mungkin dendam d masa lalu antara kedua org tua mereka,,hm
lanjut
Deyuni12
hancurkaaaaan
Deyuni12
cinta 🥺🥺🥺
Deyuni12
huft 🥺🥺
Deyuni12
pertikaian dua sahabat kental,berujung kepahitan yg d dapat irvana,,hm
Deyuni12
jeng jeng jeeeng
badai akan segera d mulai
Deyuni12
memadu kasih
hm
lanjut
Deyuni12
hm
haruskah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!