NovelToon NovelToon
MONOLOG

MONOLOG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:556
Nilai: 5
Nama Author: Ann Rhea

Kenziro & Lyodra pikir menikah itu gampang. Ternyata, setelah cincin terpasang, drama ekonomi, selisih paham, dan kebiasaan aneh satu sama lain jadi bumbu sehari-hari.

Tapi hidup mereka tak cuma soal rebut dompet dan tisu. Ada sahabat misterius yang suka bikin kacau, rahasia masa lalu yang tiba-tiba muncul, dan sedikit gangguan horor yang bikin rumah tangga mereka makin absurd.

Di tengah tawa, tangis, dan ketegangan yang hampir menyeramkan, mereka harus belajar satu hal kalau cinta itu kadang harus diuji, dirombak, dan… dijalani lagi. Tapi dengan kompak mereka bisa melewatinya. Namun, apakah cinta aja cukup buat bertahan? Sementara, perasaan itu mulai terkikis oleh waktu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ann Rhea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hancur Perlahan

Ruang rapat penuh sesak dengan suara debat yang saling tindih. Investor beradu argumen dengan board, menuding laporan keuangan yang berantakan. Suasana makin panas ketika angka minus ditampilkan di layar.

Mereka saling mendesak dengan ancaman tarik modal, tuntutan hukum, atau mengajukan vote tidak percaya kalau perusahaannya berbentuk PT dengan saham terbagi. Intinya semua bersatu untuk membuat kepala muter tujuh keliling.

Jadi meskipun Kenziro pemilik utama, bukan berarti bebas seenaknya. Investor bisa bikin reputasinya hancur dan nilai saham jatuh.

Pak Surya, mengetuk meja dengan keras. "Ken, kalau arus kas negatif terus, saya akan tarik dana. Tak peduli anda owner atau bukan. Saya gak mau uang saya tenggelam bareng perusahaan anda. Mengingat banyaknya angka pengeluaran tidak jelas. Dan beberapa kontrak kerja sama tiba-tiba dibatalkan."

Kenziro menahan diri untuk tidak meledak. "Perusahaan ini bukan mainan. Saya pastikan semua bisa dikendalikan. Karena kami sedang lakukan audit internal. Semua akan segera dibereskan." Tapi nada suara yang bergetar menelanjangi kegelisahannya.

Seorang board member lain menimpali. "Masalahnya laporan keuangan bilang lain, Kenziro. Ada uang keluar tanpa catatan jelas. Kalau sampai ini bocor keluar, reputasi perusahaan bisa hancur."

Kenziro mengepalkan tangan. Semua laporan itu sudah dimanipulasi, ia yakin. Tapi ia tidak punya bukti kuat untuk membersihkan namanya yang seolah terlibat penggelapan, image buruk di mata publik & partner bisnis.

"Ini jelas penggelapan!" bentak salah satu investor. "Kalau begini, kami tarik modal sekarang juga!"

Kenziro hanya duduk diam dengan wajah menegang. Nafasnya berat, matanya memerah karena semalaman tidak tidur. Ia ingin membela diri, tapi setiap kali bicara, suaranya dipotong.

"Pak Kenziro, semua tanda tangan ada di bawah nama Anda!" tuding seorang board sambil menepuk meja.

Nadeo gelisah. "Saya juga tanda tangan, bukan cuma Ken…" suaranya melemah, tenggelam dalam riuh tuduhan.

Saat itulah, suara Lyodra terdengar tegas. "Cukup."

Semua kepala menoleh ke arahnya. Lyodra berdiri dari kursi, gaunnya sederhana namun berwibawa. "Saya Lyodra Isabelle Wiranata, pemilik kedua perusahaan ini. Jika ada yang ingin diputuskan, kalian tidak bisa mengabaikan suara saya."

Ruangan mendadak senyap.

"Kami paham ada laporan janggal. Tapi menuduh tanpa bukti sah hanya akan memperkeruh keadaan. Perusahaan ini sudah besar karena kerja sama, bukan karena saling menjatuhkan. Jadi kalau ada audit, biarkan audit berjalan dulu."

Salah satu investor menahan diri, tapi tetap bersuara. "Bu Lyodra, kami hanya tidak mau dana kami hilang."

Lyodra mengangguk tenang. "Dan saya jamin, tidak akan ada dana hilang. Jika terbukti ada pihak yang menyalahgunakan, maka kami sebagai pemilik akan menindak langsung. Sampai saat itu tiba, saya minta semua tetap tenang."

Kenziro menatap istrinya dengan campuran terkejut dan lega. Baru kali ini Lyodra turun tangan sekeras ini untuk membelanya di depan orang banyak.

Rapat akhirnya bubar dengan berat hati, para investor masih waswas, tapi tidak bisa melawan otoritas pemilik langsung.

Nadeo yang ikut tanda tangan di beberapa dokumen ikut terseret. Ia panik, karena para investor juga menyorotinya. "Ken, kalo auditnya ngaco gimana? Gue bisa ikut kebawa nih. Nama gue ada di laporan keuangan."

"Tenang, Nad. Gue bakal bersihin semua," balas Kenziro, walau dalam hati ia makin kalut.

Di luar ruangan, Kenziro menepuk dahinya, lega tapi juga penuh beban. "Ly, makasih tadi udah—"

"Tahan ucapan terima kasih kamu, Ken. Ini belum selesai. Kita harus cari siapa yang berani main di belakang kita. Kalau tidak, perusahaan bisa runtuh kapan saja."

Kenziro terdiam. Ada ketegasan baru di mata Lyodra, bukan hanya sebagai istri, tapi benar-benar sebagai partner bisnis.

"Aku bakalan usahain perusahaan kita tetap bertahan, biar kita bisa tetap makan."

...--✿✿✿--...

Sementara Aura di ruangannya sendiri menatap layar laptop dengan seringai. "Pinter juga lo, Lyodra. Tapi kita lihat seberapa lama lo bisa tahan. Gue punya bukti palsu yang bisa bikin lo berdua saling nuduh. Ini baru pemanasan."

Dengan begini, Lyodra akan jadi tameng sekaligus partner sejati di depan publik, tapi tetap ada celah buat Aura menghancurkan mereka dari dalam.

Laporan keuangan yang ia rekayasa sudah masuk, dan beberapa transfer gelap berhasil lolos akibat kelicikannya bermain kotor. "Sebentar lagi lo tenggelam, Kenziro. Dan saat lo jatuh, gue yang pertama nyodorin tangan. Biar lo percaya cuma gue yang bisa nolongin dan cuma gue yang gak bakalan ninggalin Lo pas terpuruk tapi ups boong," gumamnya.

Senyum liciknya merekah ketika ia membaca pesan dari orang suruhannya.

"Foto sudah sampai ke Bu Lyodra. Sepertinya berhasil."

Aura tertawa kecil. "Bagus. Kalau suami-istri itu mulai saling curiga, gampang banget buat gue bikin mereka hancur total."

Setelah berhasil membobol keuangan kantor dengan rayuan manisnya terhadap staf yang bodoh, ia bisa membeli hunian mewah. Tanpa takut ketahuan karena transaksi itu dilakukan oleh manager keuangan, dia ternyata menyukai kemolekan dirinya.

"Kelemahan pria adalah tubuh wanita," gumamnya.

...--✿✿✿--...

Malam itu rumah terasa dingin. Kenziro baru saja pulang larut setelah menenangkan board. Tapi begitu masuk, ia melihat Lyodra duduk di ruang tamu dengan wajah kelam, ponsel di tangannya.

"Kamu bisa jelasin ini?" Lyodra melemparkan handphone ke meja. Ia melipat tangan di dada dan memalingkan pandangan.

Kenziro mengambilnya. Matanya membelalak kala foto dirinya bersama Aura di sebuah restoran. Foto itu diambil dari sudut tersembunyi, seakan-akan mereka sedang berduaan romantis. "Ly, ini fitnah! Aku nggak pernah kayak gini tau—"

"Jangan bohong lagi, Ken!" suara Lyodra pecah, matanya berair. "Aku capek ngeliat kamu sibuk di luar tapi lupa sama aku. Sekarang ternyata… Aura? Cewek yang dari awal aku nggak pernah suka? Malah terang-terangan makan malam sama kamu diluar padahal aku sengaja pulang duluan, udah masak, nungguin kamu pulang."

Kenziro terdiam, jantungnya berdentum keras. Ia ingat betul hari itu, rapat kantor, Aura ikut hadir, dan mereka memang makan bareng dengan beberapa staf lain. Tapi foto itu sudah dipotong sedemikian rupa, hanya menampilkan mereka berdua.

"Aku nggak pernah selingkuh, Ly. Aura yang ngejebak. Kamu percaya sama foto editan gini aja?"

Lyodra berdiri, menahan tangisnya. "Yang aku lihat bukan cuma foto. Aku lihat sikap kamu. Pulang larut terus alasannya sibuk sama kerjaan, cuek sama aku. Apa itu bukan tanda kamu udah berubah? Mulai ada bunga lain diluar sana, di cewek gatel itu."

Kenziro mendekat, mencoba meraih tangannya. "Aku berubah bukan karena Aura, tapi karena tekanan kantor! Aku berjuang supaya kita nggak jatuh, Ly. Aku masih sayang sama kamu. Aku gak mau kita jatuh miskin dan aku harus liat kamu hidup susah."

Tapi Lyodra menepisnya. "Sayang? Kalau sayang, kenapa kamu kasih ruang buat cewek lain masuk? Aku gak ngerti kalo ternyata sibuk dijadikan kamu alasan buat menjauh dari aku. Pantes aja ekonomi kita diuji orang belum apa-apa aja kamu udah selingkuh."

Kenziro akhirnya ikut meledak. "Karena kamu juga nggak pernah ngasih aku ruang, Ly! Kamu marah terus, kamu dingin terus! Aku pulang buat cari pelukan, yang aku dapat cuma tatapan sinis!"

"Terus sekarang kamu malah nyalahin aku gitu? Kamu disini yang salah, ini tuh teguran dari Tuhan karena kamu mulai gak setia!" sentaknya begitu keras.

Akhirnya mereka bicara saling meledak, berlomba paling tinggi suaranya. Rumah yang seharusnya jadi tempat tenang malah berubah jadi medan perang, bukan tempat pulang.

"Aku udah capek banget, jangan ajak ngobrol lagi sekarang," ucapnya ketus saat Kenziro mencoba membuka percakapan lalu melangkah pergi.

Kenziro hanya bisa menatap. Aku berantem sama dunia di luar, masa harus berantem juga sama kamu? batinnya. Tapi kata itu tak pernah keluar. Ia meneguk air putih, tangannya gemetar. Tekanan dari investor, tuduhan board, ancaman kebangkrutan, ditambah istrinya yang makin menjauh. Rasanya seperti dihancurkan pelan-pelan.

Keduanya saling menatap, napas tersengal. Niat hati ingin melepas penat untuk mengobrol dengan Lyodra. Malah rasanya semakin panas.

...--✿✿✿--...

Kenziro menatap kosong meja kerjanya yang dipenuhi berkas, kepalanya berdenyut berat menahan tekanan. Ucapan Lyodra yang menuduhnya berselingkuh dengan Aura terus terngiang, menusuk lebih dalam daripada rapat yang penuh caci-maki investor siang tadi. Dadanya sesak, pikirannya keruh, dan seluruh kepercayaan diri yang dulu selalu menjadi senjatanya kini runtuh.

Tanpa pikir panjang, ia meraih botol minuman yang sudah lama tergeletak di laci. Satu tegukan, dua tegukan, pahitnya meluncur di tenggorokan, tapi tidak menenangkan. Justru membuatnya semakin ingin lagi. Botol pertama habis, disusul botol kedua. Setiap dentingan kaca kosong yang jatuh ke lantai terdengar seperti gema kehancuran dirinya sendiri.

Tangannya gemetar ketika menuang lagi, matanya merah, dan napasnya berat. Semua terasa frustasi, apalagi perusahaan yang terguncang, pengkhianatan orang dalam, kecurigaan Lyodra, seakan menekan tubuhnya dari segala sisi. Ia tak peduli lagi, ia ingin mati rasa, meski hanya sementara.

Hingga akhirnya tubuhnya terhempas di sofa, botol terakhir terlepas dari genggaman, jatuh berisik ke lantai. Dunia berputar, kesadarannya memudar, dan Kenziro tepar, ditelan frustasi yang tak sanggup lagi ia lawan.

Beberapa botol kosong berserakan di meja kaca yang hampir pecah karena tangannya sempat menghantam tadi. Aroma alkohol menusuk tajam, memenuhi ruangan yang biasanya rapi dan berwibawa. Matanya merah, pandangannya kosong, sementara satu botol masih tergenggam lemah di tangannya.

"Apa aku… memang gagal segini parahnya?" gumamnya parau, napasnya berat dan kacau.

Lyodra masuk dengan langkah terburu-buru. Begitu melihat pemandangan itu, matanya membelalak, marah bercampur kecewa. Ia langsung berjalan cepat, meraih botol dari genggaman Kenziro dan meletakkannya keras-keras di meja. "Kenziro! Apa-apaan ini?!" suaranya bergetar, lebih karena sakit hati daripada sekadar marah. "Kamu pikir semua masalah selesai dengan mabuk?!"

Kenziro hanya diam, tubuhnya limbung, mencoba bangkit tapi jatuh lagi ke sandaran sofa. Air matanya mulai menetes, ia tertawa kecil tapi getir. "Aku capek, Ly." Suaranya pecah, serak oleh alkohol dan tangis yang ia tahan terlalu lama. "Aku sumpah capek... semua orang nuduh aku, bahkan aku gak tau salahku dimana. Aku juga capek dibilang selingkuh… capek ngerasa aku gagal jadi suami padahal aku udah berusaha jadi yang terbaik, tapi selalu salah di mata kamu… selalu salah di mata semua orang. Aku udah nggak sanggup lagi."

Lyodra tercekat, amarahnya bercampur dengan rasa iba, tapi ia tetap berdiri tegak. "Kamu kira aku nggak capek juga?!" jawabnya dengan suara serak, kali ini matanya ikut berkaca. "Tapi aku masih di sini, Ken. Aku nggak ninggalin kamu. Jadi jangan kamu hancurin diri sendiri kayak gini!"

Kenziro menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahunya terguncang hebat. Tangisnya pecah, tak terkendali. Ia bukan lagi sosok CEO dingin dan kuat, tapi hanya seorang pria yang akhirnya menyerah pada beban yang menumpuk terlalu lama.

Lyodra menggertakkan gigi, hatinya remuk. Ia ingin memeluknya, tapi egonya menahan. Yang keluar hanya bentakan keras. "Kalau kamu jatuh, terus siapa yang aku punya?!"

Lyodra menelan ludah, hatinya yang semula keras kini runtuh. Ia menghela napas panjang, lalu meraih wajah Kenziro dengan kedua tangannya. "Denger aku," bisiknya lembut. "Kamu nggak sendiri. Aku di sini. Aku nggak akan pergi. Jadi jangan nyiksa dirimu sendiri kayak gini…"

Hening, hanya tersisa suara isakan Kenziro yang semakin lirih.

Napas Lyodra tersengal, air matanya akhirnya jatuh. Ia melepaskan pegangan pada Kenziro, membiarkan tubuh itu kembali terhempas di sofa. Sementara Kenziro hanya terdiam, wajahnya pucat, matanya basah namun tak mampu berkata apa pun.

"Maafin aku, banyak salah sama kamu," lirihnya saat bersimpuh di hadapan pria itu untuk memohon. "Harusnya aku percaya sama kamu. Tapi apa yang bisa aku percaya sementara kamu aja masih tanda tanya."

Tangis Kenziro semakin pecah, hingga ia akhirnya bersandar di pelukan Lyodra. Dan Lyodra, meski hatinya masih terasa perih, akhirnya membalas pelukan itu, mengusap punggung Kenziro dengan lembut, berusaha menenangkan gejolak di dalam diri suaminya.

1
douwataxx
Seru banget nih cerita, aku gk bisa berhenti baca! 💥
Ann Rhea: makasihh, stay terus yaa
total 1 replies
menhera Chan
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Ann Rhea: wahh selamat menemani waktu luangmu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!