Nerina Oceana, seorang mermaid muda, ditugaskan oleh ibunya, sang ratu, untuk menyelidiki hilangnya beberapa mermaid di daratan. Misinya berubah rumit saat ia bertemu Ethan Blackwood, pria yang pernah ia selamatkan. Tanpa Nerina ketahui, Ethan menyimpan rahasia keluarga kelam yang terkait dengan dunia mermaid. Kini, Nerina dihadapkan pada pilihan sulit: mengikuti kata hati dan bersama Ethan, atau mengkhianati cintanya demi membalaskan dendam klannya?
Dukungannya teman teman dengan like dan komen ❤️❤️❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Kediaman Ravendra
Brak!
Pintu bagasi ditutup paksa dari luar. Nerina dan Alia segera menunduk, menahan napas saat mobil mulai berguncang dan perlahan melaju meninggalkan pantai.
Suara mesin meraung, jalanan berbatu terasa di punggung mereka yang berbaring rapat. Nerina bisa mendengar samar-samar suara si botak dan si gondrong bercakap di kursi depan.
"Lumayan, satu lagi buat Tuan Ravendra. Katanya bayaran kali ini lebih besar" ucap Si botak.
"Ya, kalau kita terus-terusan dapat begini, hidup kita bisa enak, Bro" sahut si gondrong sambil tertawa rendah.
"Tapi gue pikir pikir,buat apa tuan Ravendra nyari mermaid sebanyak ini" tanya botak bingung.
"Ya itumah urusan orang kaya,kita sebagai pegawainya ya nurut nurut aja lah"jawab Gondrong.
"Bener sih,yang penting buat kita mah cuan" ucap botak sambil terkekeh.
Nerina menggertakkan giginya, matanya berkilat dalam gelap. Alia hanya bisa menatapnya dengan sorot khawatir, berusaha tetap tenang walau jantungnya berdetak kencang.
"Sialan,manusia gila"gumam Nerina
"Jangan berisik Ner"tegur Alia.
Mobil itu terus melaju menuju ke kediaman Ravendra. Mobil van hitam itu berhenti perlahan di depan sebuah gerbang besi tinggi yang dijaga dua orang pria berbadan besar. Suara engsel gerbang berdecit saat dibuka, dan van pun masuk ke halaman sebuah rumah megah bergaya kolonial. Lampu-lampu taman menyala redup, memperlihatkan betapa luasnya halaman dengan patung-patung marmer di kiri kanan.
Si botak turun lebih dulu, lalu membuka pintu depan mobil. Dengan kasar, ia menarik mermaid pingsan itu dari kursi dan menggendongnya di bahu. Si gondrong menyusul, memastikan tak ada orang lain yang memperhatikan.
"Cepet, bawa ke dalam sebelum ada yang lihat" desis si gondrong.
Dari dalam bagasi, Nerina dan Alia saling tatap. Begitu pintu bagasi dibuka sedikit karena si gondrong mengambil sebuah kain untuk menutupi mermaid itu, keduanya cepat-cepat melompat keluar dengan tubuh merunduk, menyelinap ke balik semak-semak besar di halaman rumah.
"Mereka masuk lewat pintu utama, kita jangan lewat situ" bisik Nerina.
Alia mengangguk, jantungnya berdegup keras.
"Ayo ikuti dari jauh, jangan sampai ketahuan"
Kedua gadis itu bergerak cepat menyusuri sisi rumah. Mereka melihat si botak dan si gondrong masuk melewati pintu utama dengan mudah, seolah sudah biasa keluar-masuk. Sementara itu, Nerina dan Alia memilih melingkar lewat jalan setapak yang remang di sisi kanan rumah.
"Kita lewat sini aja biar lebih aman"ucap Nerina.
Alia mengangguk lalu berjalan mengendap endap hingga sampailah mereka di bagian belakang rumah. Bagian belakang rumah Ravendra ternyata jauh lebih sepi, hanya ada satu lampu gantung kuning pucat yang menggantung di atas pintu kayu besar.
Aroma laut bercampur dengan bau besi dan karat menusuk hidung, membuat keduanya sadar bahwa bagian belakang ini mungkin sering dipakai untuk sesuatu yang gelap.
"Al, lihat itu" ucap Nerina lirih sambil menunjuk jejak kaki di tanah yang masih basah. Bekas jejak itu jelas berasal dari sepatu bot si botak dan si gondrong.
"Bagus, kita bisa ikuti jejak mereka" sahut Alia sambil menelan ludah dan menahan rasa takut.
Mereka berdua berjalan pelan, mendekati pintu belakang rumah Ravendra. Suara pintu besar berderit terdengar dari dalam, seolah baru saja digunakan. Nerina menempelkan telinganya di dinding kayu, mencoba mendengar percakapan samar dari dalam rumah.
"Kalau ketahuan kita bisa mati, Ner" bisik Alia dengan suara bergetar.
Nerina menatap Alia dengan mata penuh tekad.
"Kalau kita mundur sekarang, para mermaid akan terus jadi korban. Aku nggak mau menyerah"
Alia terdiam, lalu mengangguk pelan. Keduanya akhirnya bersiap membuka pintu belakang rumah itu, mengikuti jejak dua pria yang membawa mermaid malang tersebut ke dalam rumah Ravendra.
Mereka berdua mengendap endap masuk dan benar saja si botak dan si gondrong berjalan menuruni tangga di ruangan itu.
"Ikuti mereka al"ajak Nerina.
"Oke"ucap Alia lirih.
Si gondrong dan si botak berjalan menuruni tangga yang cukup curam,mereka berjalan hati hati. Alia dan Nerina juga mengikuti mereka sambil menjaga jarak.
"Yang terpenting jangan sampe kita ketahuan"bisik Nerina.
Setelah menuruni tangga itu, mereka sampai di ruang bawah tanah disana ada banyak sekali aquarium besar,ada yang terisi mermaid ada juga yang kosong.
"Ini ruang apa sih Ner"gumam Alia sambil mengenggam tangan Nerina kuat kuat.
"Lihat,ada mermaid lain" Nerina menunjuk salah satu aquarium yang berisi satu mermaid dengan ekor berwarna ungu.
Alia dan Nerina segera mendekat ke arah mermaid itu,meleka berbicara melalui telepati yang hanya dimengerti oleh mermaid.
"Putri?"tanya mermaid ekor ungu itu.
"Sejak kapan kamu disini?"tanya Alia.
"Aku tidak tahu,orang orang disini jahat. Putri tolong pergi dari sini" suruh mermaid ekor ungu.
"Tidak bisa"ucap Nerina.
"Tolong pergi putri, disini tidak aman"suruh Mermaid ekor ungu.
"Tidak,aku harus menyelamatkanmu dan lain"ucap Nerina tegas.
Tetapi saat mereka tengah telepati tiba tiba suara gondrong dan botak terdengar sedang marah marah.
"Sembunyi Ner"ajak Alia sambil menarik tangan Nerina bersembunyi di salah satu meja besar.
Suara langkah kaki berat terdengar mendekat. Nerina menahan napas, sementara Alia menggenggam tangannya semakin kencang. Dari balik meja besar yang mereka jadikan tempat bersembunyi, mereka bisa melihat jelas dua sosok yang sudah mereka kenal si gondrong dan si botak berjalan cepat dengan wajah marah.
"Dasar makhluk membangkang!" teriak si botak sambil menghantam kaca akuarium dengan batang besi, membuat air di dalamnya berguncang keras.
Mermaid ber-ekor ungu yang tadi berbicara pada Nerina terlonjak ketakutan.
"Aku tidak akan tinggal diam!" serunya dengan telepati yang hanya bisa ditangkap oleh Nerina dan Alia.
Si gondrong melangkah maju, menendang dinding akuarium hingga gelembung-gelembung besar bermunculan.
"Berani-beraninya kau mencoba kabur semalam! Kau pikir bisa lolos dari rumah ini?"
"Tidak ada yang bisa kabur dari bawah tanah ini" tambah si botak dengan suara berat, lalu membuka sebuah panel kecil di sisi akuarium. Dari situ ia memasukkan tongkat listrik dan menyetrum tubuh mermaid itu.
"AAAAHH!" suara jeritan telepatinya bergema dalam kepala Nerina, membuat gadis itu nyaris menangis. Air mata menetes di pipinya, sementara Alia buru-buru menutup mulut Nerina agar tak bersuara.
"Diam Ner! Kalau mereka tahu kita di sini, habis kita" bisik Alia dengan suara bergetar.
Namun pandangan Nerina tetap tertuju pada mermaid ber-ekor ungu itu yang meringkuk kesakitan, tubuhnya bergetar karena terkena setrum.
Si gondrong kembali berteriak, "Kau bukan apa-apa! Kalian semua hanyalah barang koleksi untuk Tuan Ravendra! Ingat itu!"
Si botak menyeringai puas melihat sang mermaid kesakitan. "Kalau masih berani macam-macam, ekormu akan kupotong dan kujual ke pasar gelap"
🧜♀️🧜♀️🧜♀️
MOHON DUKUNGANNYA JANGAN LUPA LIKE,KOMEN DAAN VOTE SEBANYAK BANYAKNYA TERIMAKASIHHH