NovelToon NovelToon
Balas Dendam Si Pecundang

Balas Dendam Si Pecundang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: nurliana

kehilangan bukan lah kesalahan ku, tetapi alasan kehilangan aku membutuhkan itu, apa alasan mu membunuh ayah ku? kenapa begitu banyak konspirasi dan rahasia di dalam dirimu?, hidup ku hampa karena semua masalah yang datang pada ku, sampai aku memutuskan untuk balas dendam atas kematian ayah ku, tetapi semua rahasia mu terbongkar, tujuan ku hanya satu, yaitu balas dendam, bukan jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

aku menunggu

Pagi hari, depan kamar Zelena.

"Selamat pagi, Zelema," sapa Arman sambil tersenyum, sudah berdiri menunggu di depan pintu kamar.

Zelena membuka pintu dan menatap Arman. Tapi tatapannya dingin, tidak seperti biasanya. "Iya, pagi, Mas," jawabnya datar.

Arman mengernyitkan dahi, merasa ada yang aneh. "Kamu kenapa, Zel?"

Zelena menarik napas panjang dan memalingkan wajah. "Nggak, Mas. Lagi banyak tugas aja. Yuk, berangkat," ucapnya lalu mulai menuruni anak tangga, dengan perasaan yang tidak nyaman, karena semalaman dia mencoba untuk menghubungi Leon, namun tak ada jawaban maupun balasan,

Tiba-tiba saja, Arman menahan tangan Zelena, lembut tapi serius. "Kamu sedih karena bukan Leon yang nyambut kamu pagi ini?" Raut wajah Zelena sangat mudah di tebak, apalagi untuk Arman yang sudah hampir tiga tahun bersama nya, jika Zelena merasa tidak nyaman, maka Arman akan langsung peka,

Zelena langsung menarik tangannya dari genggaman Arman. Wajahnya masih datar, tapi suaranya pelan. "Maaf, Mas. Hari ini aku memang gak mau di ganggu aja, pertanyaan mas yang kayak tadi buat aku ngak nyaman " ketus Zelena,

" Kamu nungguin Leon semalaman? " hal ini Arman katakan, karena terlihat jelas di wajah Zelena, dia seperti lelah tidak tidur semalaman, mata panda nya terlihat jelas,

" Mas, udah cukup! harus semua hal aku kasih tau sama mas? "

Zelena pun berjalan turun tanpa menoleh lagi. Arman hanya bisa memandangi punggung gadis itu, ada rasa kecewa dan khawatir dalam tatapannya. Biasanya setiap pagi, Zelena selalu semangat saat ia datang. Tapi hari ini… dia seperti kehilangan cahaya.

Meja makan, rumah keluarga Ahmad.

Semua anggota keluarga sudah duduk. Sarapan sudah siap di atas meja.

"Dek sini makan, ada makanan kesukaan kamu ini " ajak Kenzo, memperhatikan adiknya yang tampak lemas.

Zelena duduk dengan malas. Pandangannya kosong menatap makanan, tapi tak satu pun ia sentuh.

"Zelana, kamu kenapa?" tanya Ahmad, ayahnya, dengan suara tenang namun penuh perhatian.

Zelena mengusap keningnya lalu berkata pelan, "Nggak apa-apa, Ayah. Cuma... pusing aja."

" Pusing? Kamu udah makan tadi malam kan? kamu tidur kan tadi malam? " kecurigaan yang sama di rasakan oleh Ahmad,

Zelena hanya menarik nafas nya, sama sekali tidak ada jawaban,

" Dek, kalau kamu memang gak bisa ke sekolah, biar kakak ijinkan sama guru kamu ya " Kenzo juga turut khawatir melihat kondisi Zelena,

Ahmad menoleh ke arah Kenzo. "Hubungi guru Zelena. Bilang hari ini dia nggak masuk sekolah."

Kenzo menatap ayahnya,keadaan Zelena saat ini bukan karena sakit ataupun hal lainnya, ini sudah pasti karena Leon yang belum juga kembali sejak kemarin,

"Baik, Ayah." jawab Kenzo

Zelena segera kembali ke kamarnya dan mengunci pintu dari dalam.

Ahmad lalu menoleh ke Arman. "Tolong bawakan makanan ke kamarnya. Obat dan vitaminnya juga, jangan lupa."

Arman mengangguk, menuruti perintah. Namun, tanpa sepengetahuan siapa pun, dia mencampurkan sedikit obat penenang ke dalam minuman Zelena.

Beberapa menit kemudian, di depan kamar Zelena.

"Zelana, Mas bawain makanan, ya. Makan dulu terus minum obatnya," ucap Arman dari balik pintu.

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Zelena sudah berganti pakaian, memakai piyama bersih. Wajahnya masih lesu.

"Terima kasih, Mas," ucapnya singkat, mengambil nampan berisi makanan dan obat.

"Jangan lupa diminum, ya," kata Arman lagi, menatap matanya dengan cemas.

" Iya mas, memang nya kalau aku ngak makan ataupun minum obat ada yang khawatir? " Zelena mulai ngelunjak, seolah tak ada yang perduli pada nya,

Arman memegang bahu Zelena, menatap mata indah nya, " mas khawatir zel, keadaan kamu yang sekarang ini membuat semua orang di rumah ini khawatir "

Zelena menatap Arman, " ini juga kesalahan kalian, kenapa leon... "

Zelena tidak bisa melanjutkan kata-katanya, karena Arman mencium bibir Zelena, cinta antara kedua nya tumbuh, namun tidak bisa bersama karena ayah Zelena, dan rencana nya,

" saya sayang sama kamu zel " ucap Arman menatap Zelena,

Zelena tidak menjawab, hanya menutup pintu perlahan.

*

*

*

Bandara internasional, siang hari.

Leon duduk sendirian di kursi tunggu, mengenakan jaket hitam dan masker. Tiket pesawat ada di tangannya. Ia menatapnya lama.

"Aku tidak akan balik sebelum pelakunya ketemu, Paman," gumamnya pelan.

Alex, yang duduk di sampingnya, melirik. "Kalau Ahmad tidak memberikan izin pulang, kamu masih akan tetap cari?"

Leon terdiam.

" kita harus pergi dari sini sekarang, sebelum polisi menemukan kita " Alex mulai waspada, karena siapa saja bisa melihat Leon dan dirinya saat ini,

Leon masih kesal dengan dirinya sendiri, " harus nya aku bisa paman, hanya dengan satu pukulan, aku bisa membawa nya "

" jangan pikirkan hal itu lagi, pikirkan bagiamana cara nya agar dirimu aman dari polisi di sini, sekarang kita harus bergegas, ayo " mereka berdua berangkat dari bandara,

Setelah perjalanan lebih dari 15 jam, mereka tiba di Bandara Jakarta. Leon dan Alex langsung berpisah, agar tak ada yang curiga mereka datang bersama.

Sore hari, depan rumah Ahmad.

Leon sampai di depan gerbang rumah. Pandangannya langsung tertuju ke taman kecil di depan rumah, tempat seseorang duduk sendirian di bangku kayu.

“Zelena?” gumamnya pelan. Jantungnya berdetak lebih cepat.

Zelena sedang duduk, memeluk lututnya. Rambutnya diikat asal, wajahnya sayu.

" Kamu kenapa duduk di sini zel? Kamu baik-baik aja kan? " Leon berjalan mendekati Zelena,

“Udahlah, Kak… aku capek ditanya terus soal itu,” ucapnya, padahal tak sadar Leon yang mendekat.

“Emang salah ya kalau aku jatuh cinta sama Leon? Kalau ini emang cinta... dia bakal jadi cinta pertamaku.” sambung nya

Leon terdiam di belakangnya. Wajahnya penuh rasa tak percaya.

Zelena menoleh.

"Zel? Kam?" ucapannya terpotong. Matanya membulat.

"Leon?" desisnya. Ia langsung berdiri dan menghampiri Leon. Matanya berkaca-kaca.

Dia menyentuh wajah Leon, memeriksa seolah memastikan dia benar-benar ada di hadapannya. "Kamu nggak apa-apa? Ada luka?"

Leon hanya memegang tangan Zelena dengan lembut. "Kamu tadi bilang apa?"

Zelena tak menjawab. Ia memeluk tubuh Leon erat-erat. "Untung kamu datang... aku nunggu dari pagi, tahu nggak?"

Leon melepaskan pelukannya perlahan, menatap dalam ke arah mata Zelena. Tangannya menyentuh tengkuk gadis itu. Lima detik... ia tenggelam dalam tatapan itu.

Tanpa kata, ia mencondongkan tubuh dan mencium bibir Zelena, lembut namun dalam. Ciuman yang penuh rindu dan kejujuran. Zelena membalas, menutup matanya, membiarkan hatinya larut.

Beberapa menit kemudian…

“Aku juga rindu…” Leon membuka suara, tapi terpotong—

“Leon? Itu kamu?” terdengar suara Kenzo dari arah gerbang, mendekat dengan langkah cepat.

Leon dan Zelena langsung terkejut, ciuman mesra itu juga berakhir saat Kenzo mendatangi kedua nya

Hai teman-teman, selamat membaca karya aku ya, semoga kalian suka dan enjoy, jangan lupa like kalau kalian suka sama cerita nya, share juga ke teman-teman kalian yang suka membaca novel, dan nantikan setiap bab yang bakal terus update,

salam hangat author, Untuk lebih lanjut lagi, kalian bisa ke Ig viola.13.22.26

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!