Aku sering mendengar orang berkata bahwa tato hanya diatas kulit.
“Jangan bergerak.”
Suara Drevian Vendrell terdengar pelan, tapi tegas di atas kepalaku.
Jarumnya menyentuh kulitku, dingin dan tajam.
Ini pertama kalinya aku ditato, tapi aku lebih sibuk memikirkan jarak tubuhnya yang terlalu dekat.
Aku bisa mencium aroma tinta, alkohol, dan... entah kenapa, dia.
Hangat. Menyebalkan. Tapi bikin aku mau tetap di sini.
“Aku suka caramu diam.” katanya tiba-tiba.
Aku hampir tertawa, tapi kutahan.
Dia memang begitu. Dingin, sok datar, seolah dunia hanya tentang seni dan tatonya.
Tapi aku tahu, pelan-pelan, dia juga sedang mengukir aku lebih dari sekadar di kulit.
Dan bodohnya, aku membiarkan dia melakukannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Media Sosial Liora
Amukan Selena di studio Vendrell menyisakan luka yang dalam. Kekalahan itu membakar amarahnya, mengubah rasa cemburu menjadi obsesi. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa ada wanita lain yang bisa mendekati Drevian, apalagi seorang gadis sederhana yang sama sekali tidak ia kenali. Setelah diusir oleh Zeke, Selena pulang ke apartemen mewahnya dengan langkah tergesa-gesa.
Pintu dibanting, tasnya dilempar ke sofa, dan ponselnya digenggam erat-erat seolah ingin dia remukkan. Selena adalah tipikal wanita yang tidak pernah menerima penolakan. Sejak SMA, ia sudah terbiasa mendapatkan semua yang ia inginkan. Tapi Drevian berbeda. Drevian tidak pernah luluh, bahkan ketika Selena menawarkan segalanya. Drevian hanya menolaknya dengan dingin, membuat Selena merasa harga dirinya jatuh ke titik terendah.
Di dalam kamar kerjanya yang serba putih dan minimalis, Selena duduk di kursi, menyalakan laptop. Jemarinya mengetik di atas keyboard, mencari-cari. Ia memulai pencariannya dengan kata kunci yang sangat sederhana: "Drevian Vendrell." Hasilnya tentu saja tidak mengejutkan. Ratusan foto Drevian dan studio tatonya muncul. Namun, matanya yang tajam dan terlatih langsung fokus pada satu foto yang diunggah oleh salah satu pelanggan Drevian beberapa waktu lalu. Di foto itu, Drevian terlihat sedang berbincang dengan seorang gadis di depan sebuah toko buku.
Toko buku itu terlihat kecil, tapi memiliki aura yang hangat, jauh berbeda dari dunia Drevian yang keras dan gelap. Selena memperbesar foto itu, mencoba membaca nama toko buku tersebut. "Evianne Books," gumamnya, bibirnya membentuk garis tipis. Nama yang puitis, pikirnya sinis.
Dengan segera, ia membuka tab baru dan mengetikkan nama toko buku itu. Hasilnya muncul, lengkap dengan alamat, nomor telepon, dan foto-foto interiornya. Di salah satu foto, ada seorang gadis yang sedang tersenyum di balik meja kasir. Wajah gadis itu sama persis dengan gadis di foto Drevian.
"Jadi namanya Liora Evianne," bisik Selena pada dirinya sendiri. Ia kini tahu nama Liora dan nama toko bukunya. Itu adalah permulaan. Namun, Selena tidak berhenti di situ. Ia tahu, nama Liora adalah kunci untuk membuka pintu lain. Dengan informasi itu, ia mencoba mencari akun Instagram Liora.
"Liora Evianne" gumamnya, mengetikkan kata kunci di kolom pencarian Instagram. Hasilnya langsung muncul, sebuah akun dengan nama @liora.evianne. Tanpa ragu, Selena mengeklik akun itu, menelusuri setiap postingan. Ia melihat Liora berfoto dengan berbagai buku, berinteraksi dengan pelanggannya, dan bahkan ada beberapa foto Liora bersama seorang wanita yang ia duga adalah sahabatnya, yaitu Livia.
Selena menganalisis setiap detail yang ia temukan. Ia melihat foto-foto Liora yang sederhana namun memiliki aura tulus. Ia melihat bagaimana Liora berinteraksi dengan buku, dengan tokonya, dengan sahabatnya. Ia melihat bagaimana Liora membangun dunianya sendiri. Hal itu membuat Selena merasa jengkel. Ia tak percaya seorang gadis biasa seperti Liora bisa membuat Drevian tertarik.
Selena tidak menemukan informasi yang ia cari. Ia tak menemukan foto Liora bersama keluarga, tak ada foto-foto liburan mewah, atau pun foto-foto pesta. Liora tampak seperti gadis biasa. Selena mencibir. "Anak yatim piatu? Atau anak orang miskin?" bisiknya sinis. Namun, ia belum bisa memastikannya. Ia tahu, ia harus lebih dalam lagi mencari.
Selena kemudian membuka website toko buku Liora. Ia membaca deskripsi tentang toko itu, tentang bagaimana Liora membangun toko buku itu dari nol. Ada sebuah kalimat yang membuat Selena tersentak: "Toko buku ini adalah rumah bagi saya dan kenangan-kenangan saya." Kalimat itu terasa begitu tulus, begitu personal, membuat Selena semakin membenci Liora.
Selena tahu ia tidak bisa menyerang Drevian secara langsung. Drevian sudah menolaknya berkali-kali. Namun, Liora adalah sasaran empuk. Liora adalah kelemahan Drevian. Selena tersenyum sinis. Ia akan menggunakan semua informasi yang ia dapatkan untuk menghancurkan Liora. Ia akan menyebarkan gosip, menyebarkan cerita, dan membuat Liora terlihat buruk di mata Drevian. Ia akan menggunakan semua senjatanya, dari uang, koneksi, hingga media sosial, untuk membuat Liora menyerah.
Selena teringat masa lalunya. Dulu, ia juga pernah merencanakan hal serupa saat Drevian menolaknya di SMA. Ia menyebarkan gosip tentang Drevian yang kasar dan dingin, tapi Drevian tidak peduli. Drevian hanya menatapnya dengan tatapan kosong, seolah Selena adalah debu yang tak berarti. Kali ini, ia tidak akan gagal. Ia akan pastikan Liora yang hancur, bukan dirinya.
"Lo pikir lo bisa merebut Drevian dari gue, Liora?" bisik Selena pada dirinya sendiri. "Lo enggak tahu siapa gue." Selena kini memiliki obsesi baru. Ia tidak hanya ingin memiliki Drevian, ia juga ingin melihat Liora hancur. Ia akan pastikan Liora menyesal karena telah muncul di kehidupan Drevian. Ia akan membuat Liora terlihat seperti gadis murahan yang hanya mengincar uang, gadis yang tidak pantas untuk Drevian.
Rencananya itu perlahan mulai terukir di benaknya. Ia akan mencari tahu teman-teman Liora, keluarga Liora, semua hal tentang Liora. Ia menggunakan semua informasi itu untuk menyerang Liora di media sosial, tempat di mana gosip menyebar dengan cepat. Ia akan pastikan Liora menjadi bahan tertawaan semua orang dan akan memastikan Drevian melihat bahwa Liora tidak pantas untuknya.
Tak lama, pesan masuk dari bos Selena
"Sayang, kenapa kamu tidak masuk kerja? Aku kesepian disini."
Seperti yang dikatakan pelanggan Vendrell, bahwa Selena adalah simpanan bosnya dikantor. Ia menjadi sekretaris untuk bisa mendapatkan semua kekayaan bosnya dan melayaninya dengan tubuhnya. Selena itu tak perlu cinta, Ia hanya perlu kekayaan yang lebih padahal dia sendiri anak orang kaya tapi masih merasa kurang.
"Iya. Aku gak mood hari ini." balasnya
"Oh, kamu udah mulai kembali ngejar si Vendrell itu ya? Kamu mau aku sebarin foto kita?" ancam bosnya
Kalau Selena menolak, semua aibnya akan terbongkar dan uang dari bosnya tidak akan mengalir ditangannya lagi.
"Iya. Besok aku datang. Tapi uangnya dua kali lipat ya, sayang." balas Selena
"Iya tenang aja yang penting kamu melayaniku." balas bosnya lagi.
Entah apa yang ada dipikiran Selena hingga dia bisa memilih posisi gila ini menjadi pekerjaannya. Ayahnya CEO, dia anak orang kaya tapi Ia justru tak mau mewarisi perusahaan ayahnya padahal Ia anak satu-satunya.
Sewaktu SMA, Selena sangat senang Ia akan dijodohkan dengan Drevian. Pujaan hati yang dibangga-banggakannya. Tapi karena Drevian memilih jalan hidup lain, harapan Selena hancur. Ia tahu bahwa Selena hanya ingin harta warisan orang tuanya. Kalau lah sampai Drevian menikahi Selena, habislah perusahaan ayah Drevian.
"Liora, lihatlah kehancuranmu nanti." gumam Selena. Ia menggeram karena Drevian tidak memilihnya sebagai pasangannya.