NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Kakek

Suami Pilihan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

"Ka-kakak mau apa?"
"Sudah kubilang, jaga sikapmu! Sekarang, jangan salahkan aku kalau aku harus memberimu pelajaran!"



Tak pernah terlintas dalam pikiran Nayla Zahira (17 tahun) bahwa dia akan menikah di usia belia, apalagi saat masih duduk di bangku SMA. Tapi apa daya, ketika sang kakek yang sedang terbaring sakit tiba-tiba memintanya menikah dengan pria pilihannya? Lelaki itu bernama Rayyan Alvaro Mahendra (25 tahun), seseorang yang sama sekali asing bagi Nayla. Yang lebih mengejutkan, Rayyan adalah guru baru di sekolahnya.

Lalu bagaimana kisah mereka akan berjalan? Mungkinkah perasaan itu tumbuh di antara mereka seiring waktu berjalan? Tak seorang pun tahu jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 03 Buku Catatan Pak Rayyan

Nayla mengembuskan napas panjang. Ia kemudian berbalik dan menatap Rayyan.

"Baik, Pak."

"Bagus.

"Saya boleh duduk?" tanya Nayla yang langsung diangguki oleh Rayyan.

Nayla berjalan dengan lemas ke mejanya, ia kemudian duduk di sana di mana Tania dan Alika tengah menatapnya dengan pandangan iba.

"Sabar ya Nay," ucap Alika yang duduk di belakang. Nayla hanya mengangguk.

"Lagian Lo lagi mikirin apa, sih? Dari tadi ngelamun terus," tanya Tania.

"Gue gak lagi mikirin apa-apa, kok," jawab Nayla, berbohong.

"Jangan-jangan nyokap tiri Lo makin semena-mena ya?" tebak Tania yang sudah tau bagaimana nasib sahabatnya itu.

"Gak kok cuma lagi banyak pikiran aja," jawab Nayla.

"Kalo ada masalah cerita dong Nay. Kali aja kita bisa bantu ya kan Nia," ucap Alika.

"Bener," sahut Tania.

Nayla tersenyum kecut. "Gimana gue mau cerita, kalau gue ini udah nikah sama cowok nyebelin yang sekarang jadi guru Matematika itu," gumam Nayla dalam hati, merenungi nasibnya. Ia yang harusnya bebas menikmati masa remajanya malah jadi istri dan harus nurut dengan suami.

"Yang di belakang! Diam dan dengarkan!" ucap Rayyan tegas sambil menatap ke arah Nayla dan kedua sahabatnya.

Nayla, Tania, dan Alika langsung diam. Mereka menatap ke depan dan mulai memperhatikan penjelasan dari Rayyan. Sampai akhirnya jam menunjukkan pukul 10.00 tepat. Suara bel tanda istirahat berbunyi, membuat para siswa bernapas lega.

"Baiklah, pelajaran cukup sampai sini. Lusa kita ulangan harian, jadi persiapkan diri kalian."

"Yah! Masa udah langsung ulangan, sih, Pak?" protes seorang siswa.

Rayyan menatap tajam siswa itu. "Saya tidak menerima penolakan. Terima kasih, sampai jumpa lusa!" ucapnya tegas lalu keluar kelas.

"Huft! Gila tuh, Guru! Wajahnya aja kayak malaikat, ngajarnya kayak malaikat pencabut nyawa," celetuk Tania bergidik.

"Emangnya Lo udah pernah diajar malaikat pencabut nyawa, Nia?" tanya Alika polos.

"Itu ibarat, Lika!" ucap Tania kesal.

"Tapi emang ya, Pak Rayyan serem. Baru masuk udah mau ulangan aja," ucap Lisa.

"Mana suasana jadi kayak uji nyali di kuburan," ucap Nana.

"Iya setuju banget. Gue gak jadi suka sama Pak Rayyan deh," timpal Lisa.

"Lagian Pak Rayyan udah punya istri juga," sahut Nana.

"Tapi gak masalah, yang penting cakep. Asal kita fokus waktu dia ngajar aman," ucap Zia.

"Kalau disuruh ngerjain soal gimana? Entar kayak Nayla lagi," ucap Nana.

"Iya gimana tuh?" sambung Lisa.

Nayla tidak memperdulikan semua ucapan teman-temannya. Ia bangkit setelah membereskan barang-barangnya lalu berjalan keluar.

"Mau ke mana Nay?" tanya Tania.

"Gue mau ke kantor. Takutnya Pak Rayyan makin marah," jawab Nayla.

"Mau kita temenin gak?" tawar Alika.

Nayla menggeleng. "Gak usah."

"Oke kita tunggu di kantin ya! Gue laper," ucap Tania. Nayla mengangguk.

"Mau kita pesenin sesuatu dulu?" tanya Alika.

Nayla diam sejenak. "Boleh, siomay-nya Pak Slamet aja ya."

"Oke entar gue pesenin," sahut Alika.

"Doain gue, semoga Pak Rayyan gak hukum gue berat-berat," ucap Nayla.

"Sip!" seru Alika dan Tania sambil mengacungkan jempol.

Nayla berjalan ke kantor guru. Setelah melihat Rayyan di meja dekat jendela, Nayla mendekat. Rayyan yang tadinya menatap keluar, kini menoleh.

"Duduk!" ucap Rayyan tegas.

"Terima kasih Pak," ucap Nayla sambil duduk.

"Apa kamu tau kesalahanmu?" tanya Rayyan.

"Karena saya tidak bisa jawab tugas tadi," jawab Nayla pelan.

"Apa hanya itu?" tanya Rayyan lagi, tatapannya tajam.

Nayla mengerutkan keningnya, bingung.

"Baik saya bantu ingatkan. Pertama, kamu panggil saya 'Kak'. Kedua, kamu melamun. Ketiga, kamu tidak bisa jawab soal."

Nayla mengembuskan napas panjang. "Maafkan saya, Pak."

"Ingat! Ini sekolah, jangan lupa status kamu," ucap Rayyan tajam.

"Baik, Pak," Nayla menunduk.

"Kalau kamu masih gak bisa jawab tugas, hukumannya akan lebih berat."

Nayla bingung. "Memangnya saya mau dihukum apa Pak?" tanyanya polos.

"Sepertinya kamu sangat ingin tau," ucap Rayyan menatap dalam.

Nayla geleng cepat. "Bu-bukan begitu, Pak. S-saya hanya..."

Rayyan menghela napas, mengambil buku catatannya dan meletakkannya di depan Nayla.

"I-ini apa, Pak?"

"Pelajari semua isi buku itu. Besok saya beri kamu soal."

Nayla membuka buku itu. Matanya membelalak melihat isi penuh angka dan rumus.

"Yang mana yang harus saya pelajari, Pak?"

"Semuanya."

"Apa? Jangan bercanda dong, Kak!" celetuk Nayla spontan.

Tatapan Rayyan langsung tajam. Nayla sadar, ia salah lagi. Ia menunduk dalam, meminta maaf pada guru-guru lain yang melihat.

"Pelajari semua. Tugasnya saya kasih nanti malam!"

Mata Nayla melebar. "Yang bener aja, Pak? Tadi katanya besok?"

"Itu karena kamu melanggar lagi. Sekarang kamu boleh pergi."

Nayla menatap Rayyan yang kembali sibuk.

"Saya permisi, Pak."

"Hm."

Nayla keluar dan menuju kantin. Tania duduk di meja dengan tiga minuman. Ida masih di gerobak Pak Slamet.

"Lama amat si Nayla. Jangan-jangan dia kenapa-kenapa," ucap Tania gelisah.

"Ah kayaknya gak. Di kantor juga banyak orang," ucapnya lagi.

"Kenapa Nia?" tanya Alika sambil membawa tiga piring siomay.

"Gak apa-apa cuma khawatir aja."

Alika menatap ke pintu kantin. "Atau dia ketemu Dafa, makanya lama?"

Tania mengangkat bahu. Mereka mulai makan, hingga seseorang duduk di depan mereka.

Nayla.

"Kok lama amat sih Nay?" tanya Tania.

"Iya," jawab Nayla lemas.

"Lo kenapa? Dan itu apa?" tanya Alika menunjuk buku.

"Buku catatan Pak Rayyan. Gue disuruh pelajarin semua ini dalam sehari," keluh Nayla.

Tania membuka buku itu. "Bercanda 'kan?"

"Siapa yang bercanda, Nia!" Nayla kesal.

"Wah parah banget Pak Rayyan, bener-bener sadis," ucap Tania.

"Ada apa, nih? Kok pada tegang?" tanya seseorang yang duduk di sebelah Nayla.

Ditempat Lain

"Yah Zia! Katanya guru baru kita masih single, tapi nyatanya udah punya istri," seru Lisa.

"Ya mana gue tau. Tapi gak masalah juga. Dia bisa nambah," ucap Zia.

Lisa melotot. "Lo mau jadi pelakor?"

"Kenapa gak? Kalau cowoknya kayak Pak Rayyan, gue siap," jawab Zia.

"Parah lo!"

"Biarin," sahut Zia cuek.

"Tapi kalo kakek Lo tau?"

"Makanya jangan bilang siapa-siapa," bisik Zia.

"Oke, oke."

Di Kantin

Nayla menatap orang di sekitarnya. "Dafa?"

Dafa tersenyum. "Kamu kenapa Sayang?"

"Gak kenapa-kenapa kok."

"Kamu dihukum Pak Rayyan ya?" tanya Dafa.

"Gak disuruh apa-apa, kok."

"Katanya dihukum?"

"Dia cuma disuruh pelajari buku itu dalam sehari," jelas Tania.

Dafa menatap Nayla. "Serius, Sayang?"

Nayla mengangguk.

"Wah parah banget tuh guru," ucap Dafa.

"Mungkin guru itu suka sama Nayla, makanya caper gitu," ucap Arel.

"Maksud Lo?" tanya Dafa.

"Ya, mungkin Pak Rayyan suka Nayla, jadi nyari perhatian lewat hukuman," jelas Arel.

Dafa mengepalkan tangannya. "Awas aja dia ganggu cewek gue. Gue bakal kasih dia pelajaran!"

"Emang Lo berani sama Pak Rayyan?" tanya Tania.

"Berani! Liat aja nanti!"

"Siapa yang mau kamu kasih pelajaran?"

Semua terdiam. Mereka menoleh. Terkejut Rayyan berdiri di samping meja mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!