NovelToon NovelToon
Dinikahi Berondong Tengil

Dinikahi Berondong Tengil

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: chustnoel chofa

Viola yang punya sebuah butik baju cukup besar dan ternama, harus menikah dengan Arga Bagaskara. pemuda berusia 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA kelas akhir itu.

Viola mengabaikan kehadiran sang suami, karena berpikir Arga masih bocah dah belum dewasa.

bagaimana kisah selanjutnya, ikuti terus ya kisah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chustnoel chofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 16

Viola baru saja akan melangkah masuk ke dalam butik ketika sebuah tangan tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya dengan kasar. Ia terkejut dan menoleh cepat.

“Dhani?!” serunya tak percaya.

Dhani berdiri di hadapannya, wajahnya kusut dan matanya menyala penuh emosi. Ia menarik tangan Viola dengan paksa.

“Lepaskan aku!” bentak Viola sambil berusaha melepaskan diri. Ia menepis tangan Dhani sekuat tenaga, namun pria itu kembali mencengkeramnya, kali ini lebih erat hingga Viola meringis menahan sakit.

“Dhani, kamu menyakitiku!” serunya, nadanya mulai bergetar antara marah dan takut.

Namun Dhani tak bergeming. "Kamu pikir kamu bisa begitu saja pergi dariku? Kita belum selesai, Viola."

Viola menatap Dhani dengan sorot tajam. “Kita sudah selesai sejak lama. Aku sudah bilang, aku nggak mau ada hubungannya lagi dengan kamu. Kenapa kamu susah banget ngerti?”

Dhani tersenyum miring, senyum yang tak membuatnya terlihat ramah, justru membuat bulu kuduk Viola meremang. “Aku nggak akan pernah biarin kamu pergi. Kamu milikku, Viola. Selalu begitu.”

“Kamu gila,” gumam Viola, mulai merasa gentar.

“Aku serius. Kamu bisa pacaran sama siapa pun, pura-pura bahagia, tapi hatimu masih buat aku. Aku tahu itu,” Dhani mendekatkan wajahnya, nadanya semakin rendah dan menakutkan. “Kamu cuma butuh waktu buat sadar.”

Viola menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu kencang. Ia menatap Dhani lurus-lurus. “Kamu salah. Yang aku butuhkan sekarang cuma satu: kamu keluar dari hidupku.”

Dhani terdiam sejenak. Matanya menajam, ekspresinya berubah dingin. Tapi sebelum ia sempat berkata lagi, Viola berhasil menarik tangannya dan melangkah mundur.

"Kalau kamu terus ganggu aku, aku nggak segan lapor polisi, Dhani.

Viola menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya yang meletup-letup. Tatapannya tajam menembus wajah Dhani yang masih berdiri di depannya, seolah tak gentar sedikit pun.

“Aku sudah menikah, Dhani,” ucapnya tegas. “Aku punya suami yang mencintaiku dan aku bahagia dengannya. Jadi, kamu nggak punya alasan lagi untuk terus ganggu aku.”

Dhani terdiam sejenak, lalu tiba-tiba terkekeh—pelan, namun menyebalkan. Tawa yang lebih mirip ejekan daripada hiburan.

“Menikah?” ulangnya, seolah kata itu tak masuk akal. “Viola, kamu pikir aku sebodoh itu buat percaya omong kosongmu?”

“Ini bukan omong kosong,” balas Viola dingin. “Aku serius. Aku mencintai suamiku. Jadi berhenti mengganggu hidupku, Dhani. Sudah cukup semua kekacauan yang kamu buat di masa lalu.”

Namun Dhani hanya menatapnya dengan sorot tak percaya. “Kalau kamu benar-benar menikah, kenapa aku nggak pernah dengar? Kenapa kamu nggak pernah bilang dari awal?”

Viola mengangkat dagunya. “Karena aku nggak harus menjelaskan hidupku padamu. Kita sudah selesai, Dhani. Bertahun-tahun lalu. Dan aku nggak akan biarkan kamu tarik aku kembali ke masa lalu yang kelam itu.”

Mata Dhani menggelap. Senyumnya perlahan memudar, digantikan dengan ketegangan yang mulai merambat di rahangnya yang mengeras. Tapi Viola tetap berdiri tegak, tidak lagi ingin terlihat takut.

“Aku bahagia sekarang,” lanjut Viola. “Dan kamu? Kamu hanya bagian dari masa lalu yang sudah seharusnya aku lupakan.

Saat Dhani kembali mencoba meraih tangan Viola, sebuah suara bentakan keras memecah suasana.

“Hentikan!”

Dhani refleks menoleh, terkejut. Sebuah motor berhenti mendadak di depan butik. Seorang pemuda dengan seragam sekolah turun dengan cepat, helmnya baru saja dilepas—rambutnya acak-acakan oleh angin, tapi sorot matanya tajam.

Arga.

Tanpa basa-basi, Arga segera maju dan mendorong tubuh Dhani dengan keras hingga pria itu terhuyung ke belakang.

“Sentuh dia lagi, aku nggak segan-segan bikin kamu nyesel!” gertaknya tajam, napasnya memburu karena emosi.

Viola langsung berlindung di belakang tubuh suaminya, tangannya mencengkeram lengan Arga erat, seolah ingin memastikan pria itu benar-benar nyata di sana.

Dhani melotot marah. “Siapa kamu ?! Jangan ikut campur urusan orang lain!”

Arga menyipitkan mata, lalu mendesis, “aku bukan orang lain. Dia istriku.”

Dhani terkesiap sesaat, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Namun sebelum dia sempat bereaksi lebih jauh, Arga melayangkan satu pukulan telak ke arah pipi Dhani—pukulan keras yang membuat pria itu terjungkal jatuh ke lantai, menggertakkan gigi sambil mengerang.

“Aku udah bilang jangan ganggu Viola lagi,” ucap Arga pelan namun mengancam. “Sekali lagi kamu sentuh dia, aku pastikan kamu bakal lebih dari sekadar jatuh.”

Viola memegangi lengan Arga, masih gemetar, namun matanya kini berbinar penuh rasa lega dan perlindungan.

Dhani perlahan bangkit, tubuhnya gemetar menahan amarah. Ia mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah, luka kecil terlihat robek di sana. Tatapan matanya menyalang penuh dendam.

“Kamu berani mukul aku…” gumamnya pelan, penuh ancaman.

Arga tidak bergeming. Ia berdiri tegak, tatapannya tajam menusuk, siap jika Dhani mencoba menyerang lagi.

“Kalau kamu masih punya akal sehat, pergi sekarang juga,” ucap Arga dingin. “Dan jangan pernah muncul lagi di depan istriku.”

Dhani terdiam sejenak. Wajahnya menegang. “Apa lo bilang?”

“Istriku,” ulang Arga tegas. "Apa kamu tuli?"

Tatapan Dhani membelalak, terpaku pada keduanya. Ia tertawa kecil, namun tawa itu sarat kepahitan.

“Kamu pasti bercanda, kan? Viola… dia nggak mungkin—”

Arga tak menunggu Dhani menyelesaikan kalimatnya. Dengan tenang namun penuh makna, ia melingkarkan lengannya di pinggang Viola, menarik wanita itu lebih dekat kepadanya. Sentuhan itu bukan hanya bentuk perlindungan—tapi juga pernyataan yang jelas dan tak terbantahkan.

Viola menyandarkan tubuhnya ke Arga, tanpa kata, namun sorot matanya berkata banyak: keteguhan, keberanian, dan keyakinan.

Dhani terpaku. Kata-kata seolah tercekat di tenggorokannya.

“Aku nggak butuh kamu percaya,” kata Arga, nadanya datar. “Tapi kalau kamu masih datang lagi, aku pastikan kamu bakal ngalamin lebih dari sekadar tamparan ngerti?”

Dhani menatap keduanya, napasnya memburu, namun tak bisa membalas. Seketika, ia membalikkan badan dan pergi begitu saja, langkahnya gontai namun penuh amarah yang belum padam.

Begitu Dhani menghilang di balik tikungan jalan, suasana perlahan kembali tenang. Meski begitu, detak jantung Viola masih belum stabil. Ia masih berdiri dekat Arga, seolah enggan melepas perlindungan dari pelukan itu.

Arga menoleh ke arahnya, menatap lembut dengan kekhawatiran yang jelas tergambar di wajahnya.

“Kamu baik-baik aja?” tanyanya pelan, tapi nadanya serius. “Dia sempat nyakitin kamu?”

Viola menatap mata Arga sejenak, kemudian menggeleng pelan. “Aku nggak apa-apa. Cuma... kaget aja. Dan sedikit takut.”

Arga menghela napas, lalu mengangkat tangan untuk membelai pipi Viola dengan lembut. “Aku minta maaf karena telat datang.”

Viola tersenyum tipis, matanya berkaca-kaca. “Nggak usah minta maaf. Kamu datang di waktu yang tepat. Terima kasih, Arga.”

Arga tersenyum kecil, lalu menjawab, “Aku suamimu, Vi. Aku akan selalu ada buat kamu. Siapa pun yang nyakitin kamu, dia harus berhadapan sama aku dulu.”

Viola mengangguk pelan, merasa hatinya menghangat oleh ketulusan Arga. Ia menyandarkan kepalanya ke dada pria itu, mendengarkan detak jantung yang jauh lebih tenang daripada miliknya.

“Mulai sekarang, kamu nggak harus hadapi hal-hal kayak tadi sendirian,” bisik Arga sambil mengeratkan pelukannya.

Viola membalas pelukan itu, dan untuk pertama kalinya setelah insiden tadi, ia merasa benar-benar aman.

Bersambung.

1
Rewind frederiksen
ceritanya nice
Novi Ana
lnjut Thor....
partini
pantang nyerah ? ga tau diri itu mah
ga itu karena kamu masih sekolah sedangkan istri lo dah mempan jadi kaya ada jembatan
coba kamu biarpun dah sekolah ada bisnis sukses lulus sekolah ga ada tuh jembatan" ,
chustnoel chofa: /Silent//Silent/
total 1 replies
partini
ternyata suami brondong nya keren pemberani,,
jadi dhani Thor yg bikin Vi trauma
partini: salah satunya ? wah wah menarik ini
chustnoel chofa: salah satunya kak...☺️☺️
total 2 replies
partini
boleh flashback ga Thor biar tau apa yg di alami Vi ko segitu nya sakit hatinya sampai meninggal kan trauma yg segitu dalamnya
chustnoel chofa: ok kak...nanti aku buatkan ya.../Kiss//Kiss/
total 1 replies
partini
kalau uler main halus wah bisa gatal gatal nich hemmmm bisa bikin masalah tambah parah,
aihhh cembukur ini mah tapi gengsi mengakui
chustnoel chofa
iya tuh....nyebelin bgt ☺️☺️
partini
si cel malah semakin terobsesi ga mau kalah dia
partini
waduh tanda mau cinta duluan ini mah
partini
lucu mereka ber 2,,hati dah ada rasa tapi ego luar biasa
tapi yg di bilang betul jg sama aja selingkuh kah dah nikah
chustnoel chofa: iyaa kak....semoga hubungan mereka cepat membaik ya.../Grin//Grin/
total 1 replies
partini
aihhhh Lin kamu bikin riweh
partini: yes itu betul ok lanjut
chustnoel chofa: sebagai pemanis kak...biar nggak lempeng 🫢🫢
total 2 replies
partini
belajar percaya?
adakah sesuatu
aihhh penasaran
partini
cerita cinta dan perselingkuhan ini ya Thor
chustnoel chofa: gitu ya.... tenang bakal happy ending kok..
/Kiss/
partini: oke oke ,, soalnya ada yg mirip soal nikah ga da cinta wanitanya tapi bukan brondong sih sama sama dewasa ujungya putar haluan
total 5 replies
putri aulia
lanjut kk
chustnoel chofa: siap kak...besok lagi ya...😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!