My Husband My Bos

" Huek, huek " Erika pun segera berlari ke kamar mandi membuat Amara penasaran dan mengikutinya ke kamar mandi.

" Erika, apa yang terjadi? " Tanya Amara curiga.

Erika tak bisa menjawabnya karena tiba tiba saja perutnya mual, matanya berkunang kunang tubuhnya lemas seperti tak punya tenaga.

" Erika, apa kamu pernah berhubungan badan dengan laki laki, jawab! Katakan siapa yang sudah berani menjamahmu? " Pekik Amara mulai kehilangan kesabarannya.

Erika tertunduk dengan gemetar sambil menyembunyikan hasil tespeknya yang memang positif.

Dengan kasar Amara merebut hasil tespek itu dan membuangnya ke tempat sampah kemudian menyeret tangan putrinya dan dilemparkannya di tempat tidur.

Bruks

" Dasar, anak tidak tahu diri bisa bisanya kamu hamil di luar nikah membuat keluarga malu saja! " Umpat Amara penuh kemarahan.

" Ampun ma, Erika tidak tahu kalau akhirnya begini. Erika cuma melakukan sekali ma dan itupun hanya dengan satu orang " Jawab Erika penuh rasa takut sambil menunduk dan bersimpuh di kaki mamanya.

" Siapa dia, mama akan menemuinya untuk meminta pertanggungjawaban atas perbuatannya "

" Kak Vero " Jawab Erika perlahan-lahan.

Jleg

Amara melotot tajam begitu mendengar jawaban dari Erika " Astaga Erika, kenapa dia apa tidak ada laki-laki lain. Dia mantan pacar Emely ".

" Tapi Erika sangat mencintai dia ma, karena itu Erika bersedia melakukan apapun asalkan kak Vero mau bersamaku ma"

Amara menarik nafas dalam dalam

" Kenapa sih bodoh sekali kamu Erika, apa kejadian yang aku alami akan terjadi lagi pada anakku, ah dia memang bodoh" Batinnya sambil mijit mijit pelipisnya kemudian duduk di sofa untuk menyandarkan tubuhnya.

Erika ikut dengan mamanya duduk di sofa.

" Sekarang kamu hubungi Vero dan ajak ketemuan untuk membicarakan ini" Tegas Amara penuh penekanan.

" Baik ma, tapi Erika sendiri saja yang mengatakan kepada kak Vero, mama jangan menemuinya " Jawab Erika kemudian meraih ponselnya dan berusaha menghubungi Vero.

Amara terdiam tanpa ekspresi.

Erika segera menghubungi Vero

Erika : Hallo kak Vero.

Vero : Iya Erika ada apa?

Erika : Kak Vero sekarang ada di mana?

Vero : Di cafe depan kantor, kenapa?

Nut nut nut

Panggilan pun berakhir dan Erika bergegas menyusulnya ke sana.

Tidak butuh waktu lama Erika pun tiba di cafe seperti yang Vero katakan.

Di sana terlihat Vero sedang duduk sendirian sambil menikmati makanannya.

" Kak Vero " Sapa Erika dengan senyumannya yang mengembang.

Vero mendongak sesaat kemudian kembali melahab makanan terakhirnya " Ada apa kemari? duduklah! ".

" Kak, aku hamil " Ucap Erika singkat.

Jleg

Vero terdiam dan mendengus kesal, matanya berubah menjadi merah dan tatapannya buas

" Hamil? "

Erika menganggukkan kepalanya dengan ragu ragu.

" Sial, apa yang aku takutkan akhirnya benar benar terjadi" Batinnya karena memang saat itu dia melakukan tanpa pengaman.

Vero beranjak namun ditahan oleh Erika " Kak, aku mohon nikahi aku, aku tidak mau anak ini lahir tanpa ayah".

Vero menatap tajam " Apa kamu yakin dia anakku? ".

Erika mendekatkan tubuhnya dan menggenggam tangan Vero " Kak, kenapa kamu masih meragukan aku, ini anak kamu. Aku tidak pernah melakukan dengan orang lain".

Vero menepis tangan Erika dan beranjak dengan memunggunginya " Tapi aku masih tidak yakin kamu tidak berhubungan dengan laki laki lain setelah denganku ".

" Kak, kamu jangan lari dari tanggung jawab! "

" Tanggung jawab yang mana? Kamu sengaja menggodaku dan memberiku obat perangsang. Jangan kira aku sebodoh itu Erika! " Jawab Vero dengan meninggikan suaranya membuat beberapa mata menatap ke arah mereka.

Erika merasa tidak punya harga diri apalagi di tempat umum membahas masalah ini

" Baiklah kak terserah kamu, tapi aku tidak terima kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku di saat aku sudah mengandung anakmu! "

Dan setelah menyelesaikan kata katanya, Erika pun beranjak pergi meninggalkan Vero yang masih di posisi yang sama ( Berdiri di sisi meja dan memunggunginya).

...💟💟💟...

Waktu menunjukkan hampir pukul 11 tapi Emely belum menampakkan batang hidungnya di kantor. Ardan semakin gelisah karena harus menyelesaikan pekerjaannya sendiri bahkan Hansen juga belum terihat tiba di sana.

Tok tok tok

Ceklek

" Kenapa jam segini baru datang, mau dipecat kamu! Sekarang bawa laporan ini untuk diperiksa ulang, waktu kamu 15 menit dari sekarang! " Titah Ardan tanpa melihat siapa yang berdiri di hadapannya saat ini.

" Ardan, kamu mau memecat mama? "

Ardan terperanjat dan mendongakkan kepalanya kemudian menutup berkas yang sedang diperiksanya " Mama? "

Sandra mengambil tempat duduk tepat di depan meja putranya itu.

" Ma, ngapain mama ke sini? "

" Mama ke sini karena kamu sudah meninggalkan Emely sendirian di apartemen" Jawab Sandra.

" Dari mana mama tahu, oh pasti dia ngadu sama mama dasar tukang ngadu" Gerutu Ardan sembari membuka layar laptopnya.

Sandra memutar bola matanya kemudian mencondongkan tubuhnya pada putranya

" Tapi kamu masih ingat ancaman mama kan? Dan juga perjanjian kita. Ingat sayang perjanjian itu sudah mama serahkan ke pengacara kita dan kalau sampai kamu melanggar perjanjian itu tahu sendiri kan akibatnya? ".

Ardan memijit pelipisnya karena merasa sangat frustasi dengan mamanya yang sudah gila dengan obsesinya " Ma, aku ini anakmu kan? Kok mama tega sih ma sama Ardan. Sebenarnya Ardan itu tidak pernah mencintai Emely, Ardan sudah menikahinya apalagi sih mau mama? ".

" Ya kamu pikirkan saja sendiri setelah berumah tangga apa lagi yang ditunggu? "

Jawab Sandra sambil menyunggingkan senyuman manja.

" Astaga mama, enggak enggak jangan pernah berpikir ke arah situ. Itu tidak akan terjadi dan tidak akan pernah terjadi. Ma, cobalah mengerti kalau dua orang tidak saling mencintai bagaimana bisa melakukan itu, enggak enggak. Lebih baik sekarang mama pergi saja dari sini masih banyak pekerjaan Ardan yang belum selesai" Ucap Ardan dengan nada kesal.

Sandra yang tidak pernah menyerah pun terus berusaha meyakinkan putranya itu untuk dekat dengan istrinya dan segera memiliki anak.

" Ardan, kalau kamu tetap bersikeras dengan keangkuhanmu itu mama juga bisa tegas sama kamu. Pokoknya kamu akan tetap bertahan dengan pernikahan ini dan Emely akan tinggal sama kamu. Tapi kalau sampai terjadi sesuatu padanya kamu tanggung sendiri akibatnya! " Ancam Sandra dengan tatapan tajam dan tidak main main.

Ardan mengangkat kedua bahunya kemudian tersenyum tipis " Mama yang terobsesi dengan cucu, tapi aku yang jadi korban ".

" Hahhh dasar anak bandel, pokoknya mama tidak mau tahu, dalam waktu dekat kamu harus membuat Emely mengandung cucuku" Sandra yang mulai emosi segera beranjak dari duduknya dan menjewer telinga Ardan hingga pemiliknya meringis kesakitan.

" Au, ma sakit, iya iya Ardan usahakan"

" Nah gitu dong " Sandra pun melepaskan Ardan dan tersenyum penuh kemenangan.

Tok tok tok

ceklek

" Selamat pagi tuan muda " Sapa Hansen sambil sedikit menundukkan kepalanya setelah memasuki ruangan bosnya yang ternyata ada Sandra.

" Nyonya ada di sini? "

" Iya Hansen, aku tadi dari klinik mampir ke sini. Kamu sendirian? Tadi kamu keluar bersama Emely kan? "

" Iya Nyonya, nona muda minta diantarkan ke cafe untuk menemui temannya " Jawabnya.

Sesekali Hansen melirik bosnya yang sedang mengusap telinganya yang nampak memerah, tapi Hansen sudah paham karena Hansen sering melihatnya kalau dia bandel mamanya selalu menjewernya meskipun di usia yang tidak lagi anak anak.